MOJOK.CO – Modifikasi motor para petani muda di daerah terjang merupakan sebuah usaha mengembalikan khitah teknologi, yaitu memudahkan pekerjaan manusia.
Kalau udah ngomongin modifikasi motor, tujuan yang kebayang pasti buat gegayaan sama pamer aja. Motor modif lahir bukan untuk hal-hal prinsipi. Tetapi itu hak, punya uang, kok, ya silakan saja.
Satu hal yang disayangkan itu, motor modif malah mengganggu kenyamanan orang lain. Lampu yang mengganggu, bisingnya suara kenalpot, perubahan dimensi kendaraan yang mengganggu lalu-lintas, dan banyak lagi gangguan-gangguan yang hadir dari teknologi bernama modifikasi kendaraan bermotor itu.
Namun, tidak melulu teknologi modifikasi berujung tidak punya faedah dan mengganggu. Ada manfaatnya, tapi sekali lagi, saya meyakini manfaatnya itu tidak prinsipil dan bisa diabaikan. Hingga akhirnya, hobi dan pekerjaan membikin saya mesti merevisi pandangan perihal teknologi modifi motor.
Satu dekade belakangan, saya kerap berkunjung ke wilayah-wilayah dataran tinggi yang dihuni para petani pekerja keras. Mereka menanam bermacam komoditas di wilayah pegunungan dengan lahan-lahan pertanian yang didominasi kontur miring. Kemiringannya bervariasi hingga mendekati 90 derajat.
Akses menuju lahan pertanian tersebut cukup sulit. Jarang sekali mobil yang bisa mengakses. Sepeda motor adakalanya bisa. Dan terkadang, ada lahan yang hanya bisa diakses dengan berjalan kaki dari titik terakhir sepeda motor diparkir.
Kopi, tembakau, kentang, dan sayur-mayur jadi komoditas yang ditanam di wilayah-wilayah itu. Ketika musim panen tiba, dan hasil panen mesti segera dibawa dari ladang menuju gudang, atau lokasi penjualan, peran sentral sepeda motor modifikasi menjadi penting.
Jalan yang menanjak, tak beraspal, beberapa tersusun dari tumpukan batu-batu, makadam, sebagian besar masih jalan tanah yang licin di musim penghujan dan berdebu di musim kemarau, serba sulit dilewati, membikin tak sembarang kendaraan bisa melintasi jalur itu. Lebih lagi jika mesti mengangkut berkarung-karung hasil panen dari ladang.
Di sinilah saya melihat langsung modifikasi motor benar-benar memiliki kegunaan yang fundamental. Sepeda motor dimodifikasi agar bisa melalui jalur-jalur sulit menuju ladang, jalur-jalur yang tidak bisa dilalui sepeda motor non-modifikasi, apalagi mobil.
Asyiknya, di lokasi-lokasi ini, para petani berusia muda, memodifikasi sepeda motor mereka secara mandiri dan kolektif. Mereka tidak perlu membawa motorya ke bengkel. Apalagi bengkel yang ada letaknya jauh.
Ketika masa jeda antara musim tanam dan musim panen, mereka akan meluangkan waktu untuk berkumpul dan mengecek kondisi sepeda motor bersama-sama. Mereka mengetes “kelayakan jalan” supaya fit digunakan naik dan turun jalan berbahaya saat musim panen tiba.
Ada tiga prinsip utama dari modifikasi motor supaya bisa melintasi jalur terjal guna mengangkut hasil panen. Pertama, mengganti gir roda belakang dengan ukuran yang lebih besar. Kedua, mempreteli bodi sepeda motor menjadi selangsing mungkin agar sepeda motor was-wes-wus ketika melintasi jalan mendaki. Ketiga, menambahkan rantai yang dililitkan pada kedua ban sepeda motor agar ban tidak muda meleset atau selip ketika melintasi jalur licin dan terjal.
Satu hal yang pasti adalah, mereka tidak pernah memodifikasi motor metik untuk pekerjaan berat ini. Mau dua tak atau empat tak, pokoknya jangan motor metik. Bahaya.
Nah, bagaimana dengan modifikasi motor secara lebih spesifik? Untuk motor dua tak, biasanya kopling diperpendek agar tarikan sepeda motor semakin berenergi. Untuk empat tak yang tidak berkopling, mereka akan memodifikasi sendiri dengan menambahkan unsur kopling tangan.
Memang, tidak semua melakukan modifikasi yang satu ini. Mereka yang memodifikasi sepeda motor empat tak non-kopling dengan tambahan kopling, biasanya para petani yang memiliki ladang di wilayah yang sangat terjal. Kopling ditambahkan agar sepeda motor lebih bertenaga.
Pekerjaan tidak berhenti di modifikasi motor saja. Membawa berkarung-karung hasil panen melintasi jalur terjal butuh keterampilan. Di sini saya salut kepada para petani muda yang bisa mengontrol diri. Kalau merasa belum jago mengendalikan, mereka tidak akan ngawur mengendarai motor ke wilayah berbahaya. Mereka akan memarkirkan motor di wilayah yang lebih rendah dan jalan kaki ke daerah yang lebih tinggi.
Para petani muda ini malah sudah mempraktikkan anjuran berlalu-lintas, yaitu pakai akal sehat, bukan emosi sesaat. Nggak sein ke kiri kalau mau belok kanan. Gimana mau belok kiri, lha wong sebelahnya jurang atau ladang milik tetangga. Iya, sih, mereka sering nggak pakai helm. Untungnya, nggak ada cegatan di atas gunung.
Bagi saya, mereka adalah orang-orang yang paling boleh untuk modifikasi motor. Gak bikin jengkel orang lain karena suara kenalpot atau pakai lampu yang bini mata silau. Modifikasi motor yang mereka lakukan mengembalikan khitah teknologi, yaitu memudahkan pekerjaan manusia.
BACA JUGA Ini Nih Starterpack Modif Motor, Hobi Mahal yang Dulu Rasanya Gahol Sekali atau tulisan war wer wor lainnya di rubrik OTOMOJOK.