Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Trik Ajaib Bule Sewon mBantul Lolos dari Pengawasan Mata Elang dan Tilang Polisi Colombo

Katharina Stogmuller oleh Katharina Stogmuller
5 Desember 2020
A A
Trik Bule Sewon mBantul Lolos dari Pengawasan Mata Elang dan Tilang Polisi Colombo MOJOK.CO

Trik Bule Sewon mBantul Lolos dari Pengawasan Mata Elang dan Tilang Polisi Colombo MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Sebuah ide ajaib dari Bapak ketika lupa bawa helm. Sebuah trik ajaib yang bikin kami selamat dari pengawasan mata elang dan tilang polisi di bangjo Colombo.

Ketika awal kuliah, saya masih sering diantar dan dijemput sama Bapak. Iya,  yang satu itu, yang bule Sewon, mBantul itu, kalau kamu sering baca tulisan saya di Mojok.

Waktu itu, saya belum liar seperti sekarang ketika membawa motor. Belum kebayang kena tilang polisi gara-gara lupa bawa helm.

Sekarang mah, kalau saya bawa motor udah pro, “sebelas dua belas ribu” kayak Pakdhe Valentino Rossi. Mungkin malah Pakde Rossi seharusnya belajar dari saya caranya menjadi pebalap lintas kabupaten dan menghindari tilang polisi.

Saking ngebutnya, kadang helm saya bisa lepas sendiri dari kepala. Untung nggak nyampluk pengendara di belakang saya.

Waktu awal-awal kuliah, perjalanan dari Sewon di Bantul ke kampus di Sleman terasa jauh banget. Kalau sampai kampus, Bapak sampai perlu ambegan dulu. 

Kalau berangkat pagi, harus menggigil dulu lewat sawah. Udara di Sewon sedikit mirip kayak udara di Melbourne dong, tapi Melbourne cap mBantul. Paling nyebai itu kalau sore berangkatnya bisa mabur bareng laron.

Kadang kalau ngobrol di atas motor yang melaju kita bisa nelen laron. Kemunculan laron ini jadi bukti bahwa tempat yang saya huni cukup pelosok. Saya percaya orang-orang kutha belum bisa merasakan nikmatnya nelen laron mendadak.

Nah, kalau pas jemput di kampus, Bapak saya suka duduk-duduk di atas jok motor Beat yang mungil itu. Coba bayangin bule yang badannya biasanya bongsor, duduk di atas jok Beat yang kalau kelamaan bikin pantat pegel itu. Udah gitu, kakinya disilangkan sembari mengeluarkan korek dan sebatang rokok.

Bapak saya harus ngudud dulu kalau sampai di kampus. Saya nggak paham korelasinya ngudud di depan kampus yang ada tulisannya kawasan bebas asap rokok. Mungkin butuh me time ambegan setelah menjelajahi dua kabupaten dan satu kota (mBantul – Kota Jogja – Sleman).

Kalau Bapak lupa bawa rokok, biasanya langsung mengeluarkan bungkusan ajaib berwarna oranye yang isinya tembakau. Jadi, Bapak ngelinting dulu.

Sungguh pemandangan yang ajaib! Bule bongsor, di atas jok Beat yang kecil, ngelinting tembakau. Saya sebel kudu nungguin dia ngerokok dulu. Nyebai tenan. Tapi kok ya pemandangan ini lucu banget.

Tapi pemandangan ajaib ini sudah bisa saya maklumi. Maklum, OOTD Bapak kalau jemput saya di sekolah lebih ajaib. Zaman sekolah dulu, Bapak sering menjemput saya pakai lurik. PAKAI LURIK!

Sudah bule, pakai lurik. Tidak mungkin tidak menarik perhatian banyak orang. Proses adaptasi sama budaya Jawa yang dia lakukan itu total banget.

Iklan

Kalau sekarang, sih, Bapak lebih mbois soalnya pakai jaket jeans ala-ala Dulang.

Nah, kembali ke kampus. Suatu kali ketika jemput, Bapak lupa membawa helm untuk saya. Hal ini cukup membuat kami panik. Kena tilang polisi sudah terbayang.

Bagi sebagian orang Jogja, bukan rahasia kalau Pak Polisi depan bangjo Colombo itu gualak buangettt. Konon katanya, Pak Polisi Colombo memiliki mata paling jeli sedunia dan belum pernah ada yang lolos dari tilang polisi.

Saya beruntung memiliki Bapak yang akalnya banyak. Sebuah akal ajaib demi menghindari kena tilang polisi.

Tiba-tiba, Bapak saya itu langsung membuka jok motor. Saya sih sempet mikir Bapak ini jangan-jangan nge-prank nggak bawa helm padahal ditaruh di jok.

Eh, ternyata nggak! Bapak saya mengeluarkan mantel batman mungkin sesuai namanya jadi mantelnya bisa kewer-kewer gitu.

“Kita pakai mantel ya. Kamu nanti nunduk di belakang mantel aja sepanjang perjalanan biar nggak kena tilang polisi,” ngendikane Bapak dengan percaya diri.

Bayangkan saja. Rumah saya di selatan mencit sedangkan kampus saya berada di utara sedikit mencit. Hal yang membuat keadaan semakin buruk adalah waktu itu lagi summer­-nya Indonesia yang panasnya ngenthang-ngenthang.

Bisa dibayangkan bagaimana panasnya bila memakai mantel. Mungkin, sih, bisa untuk suting sinetron azab. Ealahdalah, Bapak saya malah mengusulkan menggunakan mantel. Saya sungguh tidak paham jalan pikiran Bapak saya.

Tentu saya langsung menolak mentah-mentah usul ini.

“Are you kidding me?”

Jawab saya sok-sokan kebule-bulean malah kalau didengarkan aksen saya semakin medok. Duh!

Bapak saya malah gantian ngeyel. Dia bilang kalau nggak mau ya udah pulang aja jalan kaki. Sungguh Bapak yang durhaka sama anaknya. Udah ditungguin ngerokok masih disuruh pulang jalan kaki sendiri. Yoweslah, saya manut Bapak saja.  

Sebenarnya ya, saya sungguh meragukan ide aneh ini.

“Kalau aku pake mantel panas-panas gini emangnya polisinya nggak curiga apa? Bisa lolos tilang polisi apa?” Saya udah rada mangkel.

“Ya kita coba saja, aku juga tidak bawa uang kalo ditilang,” jawab Bapak sambil menunjukkan dompet kosong. Haduh. Perjalanan jauh kok ya Bapak nggak bawa sangu, lho.

Akhirnya Bapak pakai mantel. Mungkin Pak Satpam kampus saya udah mbatin gini:

“Iki londhone do ngopo, panase wayah ngene nganggo mantel.”

Seperti yang saya katakan di awal, Pak Polisi di depan bangjo Colombo jeli banget. Mungkin biar bisa jaga di bangjo Colombo harus punya mata setajam mata elang.

Terkadang memang kita tidak ingin melanggar lampu merah. Bahkan saya berani mengatakan lampu merah Colombo adalah lampu merah teraneh di dunia. Siapa pun pernah khilaf karena tidak fokus.

Anehnya lagi, dulu lampu merahnya bisa ngomong sendiri. Jujur ya, saya nggak pernah nggak liat orang nggak kena tilang polisi setiap saya lewat situ.

Saya itu khawatir Bapak saya akan ditilang atau dicurigai bule ini lagi menyelundupkan sesuatu. Saya saja kalau jadi Pak Polisi pasti curiga, kok.

Masak ada orang pakai mantel, siang hari panas-panas, gek yang dibonceng itu kepalanya nggak muncul. Saya lebih khawatir lagi kalau ujung-ujungnya Bapak saya akan dideportasi.

Ketika motor yang kami kendarai sudah mendekati pos polisi, Bapak saya udah memberikan kode-kode. Intinya kepala saya jangan tiba-tiba nongol. Ya saya makin deg-degan, dong.

“Jangan keluarin kepalamu, ya!” Kata Bapak saya sambil jawil-jawil. 

Ya, untung aja sih waktu itu saya nggak budek mendadak seperti biasanya. Trus kepala saya tiba-tiba nongol dari balik mantel sambil bilang, “Hah Apaaa, Apaaa!”

Saya yakin pengendara lain sudah menatap kami dengan tatapan yang aneh. Iki negara bagian endi le udan.

Namun, percaya nggak percaya, kami bisa lolos dari pengawasan mata elang Pak Polisi Colombo.

Mungkin motor Beat saya sudah berubah jadi kendaraannya Mermaidman dan Bernekelboy yang nggak kelihatan itu. Mungkin juga saking herannya ada bule pakai mantel pas siang ngenthang-ngenthang, Pak Polisinya ragu buat ngejar.

Ya, walaupun sampai rumah sudah mirip orang habis sauna. Tetangga saya aja sampai keheranan.

“Lha kutha udan po, Ket?”

“Nggih, Budhe. Ning Kutha udanipun deres sangeeet, niki mawon kula nganti klebes!”

Padahal saya klebes kemringet bukan air hujan. Jadi, saya menyarankan untuk selalu membawa mantel kapan pun termasuk ketika Indonesia lagi summer.

BACA JUGA Punya Bapak Bule Itu Ribet, Kalau Belanja Dikasih Harga Tinggi Padahal Kami Cah Sewon, Wong mBantul Kidul Kono atau tulisan lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 5 Desember 2020 oleh

Tags: BulePolisipolisi colomboTilang
Katharina Stogmuller

Katharina Stogmuller

Numpang lahir di Vocklabruck, Austria. Mahasiswi Atma Jaya Jogja.

Artikel Terkait

rkuhap, kuhap, polisi.Mojok.co
Mendalam

Catatan Kritis KUHAP (Baru) yang Melahirkan Polisi Tanpa Rem Hukum, Mengapa Berbahaya bagi Sipil?

19 November 2025
Ortu kuras tabungan buat anak jadi polisi malah kena tipu. Sempat bikin stres tapi kini bersyukur tak jadi sasaran amuk tetangga MOJOK.CO
Ragam

Ortu Kuras Tabungan buat Anak Jadi Polisi malah Kena Tipu “Intel”, Awalnya Stres tapi Kini Bersyukur

6 September 2025
Polisi gelontorkan uang banyak untuk gas air mata yang digunakan dalam demo. MOJOK.CO
Aktual

Saat Duit Rakyat Hanya Dipakai buat Membeli Gas Air Mata Kadaluwarsa oleh Polisi

31 Agustus 2025
PoliceTube Adalah Ide Brilian Kepolisian yang Patut Diapresiasi! Mojok.co
Pojokan

PoliceTube Adalah Ide Brilian Kepolisian yang Patut Diapresiasi!

26 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.