Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

The Lone Wolves

Kardono Setyorakhmadi oleh Kardono Setyorakhmadi
11 Januari 2015
A A
The Lone Wolves

The Lone Wolves

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook
PENYERANGAN kantor redaksi Charlie Hebdo di Prancis memang menarik perhatian dunia. Tapi, tulisan ini tak hendak bicara soal kebebasan berekspresi versus menjaga ideologi. Tapi bicara tentang sebuah fenomena yang lebih mengkhawatirkan lagi: fenomena serangan the lone wolves.

Ya, serangan para serigala terisolir. Ini adalah sebuah cara baru teroris pasca Al-Qaeda. Bukan seperti Puthut EA yang menonton AS Roma vs AC Milan di stadion San Siro, Milan. Serigala sendirian.

***

Dunia ikhwan jihadi kini mengalami pergeseran. Dari model serangan yang direncanakan, didanai secara terpusat oleh Al-Qaeda, menjadi sel-sel teroris yang bisa bergerak mandiri. The lone wolves bebas bergerak sendiri, mencari dana sendiri, dan melakukan penyerangan sporadis di mana-mana. Meski hanya memakan korban minimal sekalipun.

Banyak faktor yang menjadi penyebab. Tapi, yang paling utama adalah munculnya ISIS sebagai salah satu tanzhim jihadi terkemuka, menyaingi Al-Qaeda. Sejak menolak kepemimpinan Zayman al Zawahiri sebagai amir Al-Qaeda baru setelah Bin Laden, Baghdadi sukses mentransformasikan ISIS sebagai tanzhim jihadi yang paling besar kekuatannya. Dari sekitar 50 ribu anggota intinya, 3/4 di antaranya adalah orang asing.

Dengan gayanya yang agresif dan bersifat takfiri (siapa yang tidak bersumpah setia pada mereka adalah kafir, dan karenanya halal darahnya), banyak ikhwan jihadi muda yang tertarik menjadi anggota. Semakin menarik, ketika mereka bahkan terang-terangan berani menantang Al-Qaeda. Di Syiria, mereka lebih fokus bertempur dengan Jabhat al Nusra (Al-Qaeda-nya Syria) ketimbang melawan pasukan Bashar al Assad. Dengan sumpahnya untuk berusaha menghancurkan Kabah, yang dianggapnya tak lebih dari berhala dan sumber keuangan negara munafik seperti Arab Saudi, dengan cepat ISIS menarik perhatian anak-anak muda.

Terlihat seksi, dan menjanjikan sebuah pertarungan yang lebih besar dari hidup mereka itu sendiri, pengaruh ISIS menjadi sangat besar di kalangan radikal muda dari berbagai negara. Sekaligus menjadi bibit munculnya gerakan lone wolves.

***

Para serigala kesepian ini sangat berbahaya. Tanpa harus pernah mencicipi jihad di Syiria, Iraq, maupun Afghanistan, para radikal muda ini belajar bagaimana membenci dan bagaimana membunuh secara cepat di internet. Andrew Parker, Direktur agensi rahasia Inggris M15, mengakui bahwa fenomena lone wolves sangat sulit dideteksi. Mereka bergerak spontan, perencanaan minimal namun sangat mematikan.

Penembakan di parlemen Kanada pada Oktober 2014, dan penyerangan kantor berita Charlie Hebdo, menunjukkan bahwa para lone wolves ini sangat sulit diantisipasi. Sebab, mereka tidak tergabung dalam sebuah jejaring panjang dan rumit sebuah organisasi teror. Tanzhim jihadi seperti ISIS tahu betul cara terbaik untuk menyebar teror adalah cukup menanamkan ideologi saja, berikut cara sederhana bagaimana membuat plot serangan dengan perencanaan seminimal mungkin. Selebihnya, biarkan lone wolves ini berimprovisasi.

Memang betul bahwa salah satu dari empat tersangka penyerangan Charlie Hebdo mengaku sebagai anggota Al-Qaeda. Tapi, seorang anggota Jamaah Islamiyah (JI) Indonesia senior meragukannya. Sebab, bisa jadi itu salah satu cara mendiskreditkan Al-Qaeda. Sebab, ciri penyerangan ke Charlie Hebdo bukan khas Al-Qaeda. Tapi, kelompok takfiri.

Di Indonesia, potensi lone wolves ini sangat besar. Warning pemerintah AS agar berhati-hati di Surabaya menunjukkan hal tersebut. Hanya, bedanya, para serigala di Indonesia tidak mempunyai dua hal sebagaimana kompatriotnya di Eropa. Yakni, kemampuan militer (di Eropa, banyak negara memberlakukan wajib militer), dan mendapatkan senjata dengan cara yang relatif mudah.

Tapi, itu bukan dua kelemahan yang sulit diatasi. Mereka akan segera mendapatkannya. Sebab, menjadi lone wolves lebih bergengsi dan bernilai ketimbang menjadi jomblo ngenes. Karena ada sebuah titik yang diperjuangkan.

Meski saya tak kenal dengan Agus Mulyadi, saya berharap keputusasaan dalam asmara tidak lantas membuatnya menjadi lone wolf. Karena, salah satu benang merah para lone wolves adalah mereka-mereka ini sebenarnya bingung pada satu pertanyaan ontologis yang ditakuti para jomblo: “untuk apa aku hidup?”

Terakhir diperbarui pada 4 Juni 2021 oleh

Tags: Al QaedaCharlie HebdoThe Lone Wolves
Iklan
Kardono Setyorakhmadi

Kardono Setyorakhmadi

Jurnalis spesialis aksi terorisme. Tinggal di Surabaya.

Artikel Terkait

Bashar Al Assad Minggat, Suriah Dikuasai Alumni Al Qaeda MOJOK.CO
Esai

Ketika Alumni Al Qaeda Memimpin Pemberontakan terhadap Bashar Al Assad di Suriah dan Mereka Menang

10 Desember 2024
tetsu nakamura uncle murad orang jepang afganistan kemanusiaan dokter irigasi 9/11 teror as mojok.co
Esai

Tetsu Nakamura, Dokter Jepang yang Tewas dalam Misi Kemanusiaan

14 Desember 2019
Esai

Bom Surabaya Adalah Buah Kontestasi JI dan JAD

15 Mei 2018
Esai

Godaan Melecehkan Agama, dari PKI hingga Charlie Hebdo

10 Januari 2015
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jadi ojol di Malang disuruh nyekar ke Makam Londo Sukun. MOJOK.CO

Driver Ojol di Malang Pertama Kali Dapat Pesanan Bersihin Makam dan Nyekar di Pusara Orang Kristen, Doa Pakai Al-Fatihah

16 November 2025
Biennale Jogja 18 Mojok.co

Blusukan di Biennale Jogja, Sensasi Menikmati Karya Seni di Desa

11 November 2025
Kiper tim futsal putri UNY, Agma. MOJOK.CO

Perjuangan Ibu Belikan Sepatu Futsal, Beri Saya Kegigihan di Bawah Mistar

13 November 2025
futsal uny.MOJOK.CO

Satu Malam, Dua Trofi: Tim Futsal UNY Kawinkan Gelar Juara, Putra-Putri Menang Besar di Final

12 November 2025
Derita Pakai QRIS: Minimal Order Gak Ngotak Bikin Sengsara MOJOK.CO

Pengalaman Buruk ketika Memakai QRIS: Jadi Boros karena Minimal Order yang Nggak Masuk Akal dari Pemilik Minimarket

11 November 2025
Dari Indomaret Point Jakal km 9, menguak fakta orang-orang yang merasa iri hati pada standar orang lain MOJOK.CO

Duduk di Kursi Indomaret Ternyata Juga bikin Orang Makin Nelangsa dan Iri Hati karena Standar Orang Lain

11 November 2025
Summer Sale Banner
  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.