Kalau Sukarno Tak Jadi Mandor Romusha Kita Mungkin Tak Merdeka
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Kalau Sukarno Tak Jadi Mandor Romusha Kita Mungkin Tak Merdeka

Tudingan sebagai mandor romusha itu sudah diarahkan Sukarno sedari tahun-tahun awal menjabat Presiden Indonesia.

Yosef Kelik oleh Yosef Kelik
8 Januari 2022
0
A A
Rahasia peci miring Bung Karno

Ilustrasi Bung Karno (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Foto Sukarno yang sedang di lokasi proyek jalur kereta api di Banten memperlihatkan bahwa sang proklamator pernah menjadi mandor romusha.

Dalam foto dan film propaganda dari awal 1944 itu, Sukarno tampil bercelana pendek serta berkemeja lengan panjang yang lengannya digulung sampai sekitar siku.

Kepalanya bertudung sebuah topi berbahan kain lakan dengan brim melingkar lebar. Pinggiran bagian depan topi tadi ditekuk ke atas supaya jangkauan pandang mata tetap leluasa. Sebuah veldples alias botol minum lapangan tergantung menyelempangi badannya.

Pada kesempatan ini, penampilan pria kelahiran 1901 tersebut memang boleh dikata tidak serapi seperti penampilannya dalam aneka dokumentasi lainnya, baik itu yang berasal dari sebelum pecahnya Perang Dunia II, maupun dari tahun setelah Perang Dunia II.

Kalah necis dari penampilan Sukarno remaja semasa masih bersekolah HBS di Surabaya: berblangkon, berjarik batik, juga mengenakan setelan jas dan dasi kupu-kupu. Kalah pula dalam soal gagah dengan paduan busana ala seragam upacara militer yang sering dikenakannya nanti di sepanjang tahun-tahunnya menjabat Presiden Republik Indonesia.

Namun, tentang Sukarno yang bercelana pendek dan bertopi lakan lebar tadi, busana semacam tadi secara konteks waktunya ternyata bisa terbilang sangat mentereng. Pasalnya pada tengah masa Pendudukan Jepang di Indonesia itu terjadi krisis tekstil seantero Jawa dan Sumatera dan seantero eks Koloni Hindia Belanda lainnya.

Baca Juga:

megawati sang naga merah

Megawati Sang Naga Merah, Oposisi Serius yang Diwaspadai Orba

27 Februari 2023
Mengatur Selangkangan Perempuan dari Orde Baru hingga Orde Gita Savitri MOJOK.CO

Mengatur Selangkangan Perempuan dari Orde Baru hingga Orde Gita Savitri

13 Februari 2023

Rakyat akan sangat beruntung jika masih bisa memiliki 1-2-3 stel pakaian layak pakai. Banyak orang sudah compang-camping karena memakai pakaian itu-itu saja, atau bahkan sampai mesti bergiliran setelan pakaian yang sama dengan sesama anggota keluarganya. Orang-orang termiskin malah sudah sampai melirik kain bekas karung dan goni untuk tetap dapat berpakaian dan menjadi telanjang.

Henk Schulte Nordholt dalam halaman 32 buku Outward Appearances: Trend, Identitas, Kepentingan menggambarkan kronisnya krisis tekstil pada masa Pendudukan Jepang di Indonesia dengan kata-kata “membuat para pria malu pergi ke masjid, sementara para perempuan tidak berani pergi ke pasar”. Dari situ dapat teraba betapa rakyat memang sungguh mengalami kekurangan sandang.

Pakaian Sukarno yang bercelana pendek, berkemeja digulung lengannya, juga masih dapat mengenakan kacamata hitam, tentu sangat dapat digolongkan mentereng manakala mengingat lokasi perekaman dokumentasi.

Foto dan film tentang Sukarno bercelana pendek dan berselempang veldples itu tercatat diambil di lokasi proyek pembangunan jalur kereta api di Bayah, Banten Selatan. Pengerjaan proyek itu jalur sepanjang 89 kilometer yang menghubungkan Saketi dengan Bayah itu menggunakan ribuan pekerja berstatus romusha yang melakukan kinrohoshi, yakni kerja bakti untuk proyek pihak tentara pendudukan.

Sukarno sendiri tercatat tinggal beberapa hari di Bayah. Bagaimana dia turut bekerja bersama para romusha proyek pembangunan jalur kereta Saketi-Bayah direkam secara foto dan video oleh tim propaganda Jepang. Ini mulai mencangkul, menyekop, mengangkut-angkut, makan bersama, sampai kepada berpidato menyemangati para romusha dengan tak ketinggalan mengutuki musuh-musuh Jepang seperti Amerika dan Inggris.

Dokumentasi kegiatan Sukarno di Bayah ini dipakai Jepang untuk meyakinkan lebih banyak rakyat untuk mau direkrut sebagai romusha, baik untuk mengerjakan proyek di pulau-pulau di Indonesia maupun dikirim ke Luar Negeri semacam ke Burma dan Thailand. Menurut Aiko Kurasawa dalam buku Masyarakat Perang Asia Timur Raya, perekrutan romusha di Pulau Jawa sampai bisa mengirimkan sekitar 300.000 orang ke luar pulau.  

Foto dan video Sukarno selama di Bayah pada awal 1944 kemudian tercatat sering dipakai menyerang Sukarno. Berbahan foto dan video tadi, Sukarno dicap sebagai mandor romusha hingga penjual rakyat. Ini bukan akhir-akhir ini saja beredar di media-media sosial.

Tudingan semacam mandor romusha itu sudah diarahkan Sukarno sedari tahun-tahun terawalnya menjabat Presiden Indonesia. Tak pula benar-benar hilang pada sepanjang tahun-tahunnya menjabat sebagai Presiden, yang pernah pula sekaligus dilekati julukan penuh glorifikasi semacam Pemimpin Besar Revolusi.

Oh ya, tahu siapa dua pihak yang paling awal memakai ledekan mandor romusha untuk Sukarno? Pihak pertama tentu NICA serta tentara Belanda dan intelijen mereka. Kedua adalah pihak Pemberontak PKI yang dipimpin Moeso dan sempat menguasai sekitaran Madiun pada medio 1948.

Bagi mereka yang akhir-akhir ini suka meledek Sukarno sebagai mandor romusha, mestinya mengingat juga bahwa Sukarno bukan satu-satunya tokoh Indonesia yang bersedia bekerja untuk Jepang pada 1942-1945. Tokoh-tokoh lain yang juga kooperatif dengan pihak tentara pendudukan antara lain Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, Kyai Haji Mas Mansur, dan Kyai Haji Wahid Hasyim.

Sukarno sendiri kepada penulis biografinya, Cindy Adams, mengakui keterlibatannya sebagai wajah “kehumasan” yang melancarkan perekrutan romusha bagi Jepang.

Sukarno yang tampil sebagai bintang iklan program propaganda perekrutan romusha mesti pula dilihat sebagai siasat untuk meraih kepercayaan pihak Jepang, bahwa dia dan para tokoh yang bersedia berkolaborasi ke sekutu terpercaya yang akan bermanfaat dalam melancarkan agenda-agenda Jepang di Indonesia.

Dari sini, Sukarno lantas diberi Jepang akses luas terhadap panggung, mikrofon, dan sorotan di event-event temu akbar dengan rakyat, siaran radio, juga pemberitaan koran.

Pidato-pidato Sukarno yang diselipi juga pesan-pesan nasionalisme turut hadir di antara siaran-siaran radio propaganda Jepang yang didengar rakyat sampai desa-desa. Itu melipatkan ketersohoran Sukarno dari tokoh pergerakan nasional sejak 1920-an ke level pemimpin bangsa yang dikenal luas di berbagai lapisan dan daerah-daerah.

Tanpa level ketokohan yang dimatangkan periode 1942-1945 semacam ini apa dipikir Sukarno dan Hatta bisa jadi dua sosok penting dan terbilang dominan dalam perumusan konstitusi pada medio 1945?

Tanpa akses luas terhadap panggung selama 3½ tahun itu, apa dipikir Proklamasi 17 Agustus 1945 oleh Sukarno dan Hatta akan langsung bisa disambut antusias oleh jutaan orang di berbagai daerah se-Indonesia?

Dan berandai-andai bahwa tokoh-tokoh Indonesia semacam Sukarno dan Hatta tidak bersedia berkolaborasi dengan Jepang pada 1942-1945, atau bahkan menyusun aksi non kooperatif hingga gerakan perlawan bersenjata, bisa jadi malah tidak memberi manfaat optimal bagi kelahiran negara Indonesia. 

Soalnya, Sukarno dan Hatta bisa jadi malah kehilangan nyawanya di masa Pendudukan Jepang. Indonesia malah bisa juga mengalami krisis kepemimpinan ketika hendak merdeka karena tidak memiliki pemimpin yang cukup dikenal rakyat secara luas.

BACA JUGA Dongkolnya Soedirman ke Bung Karno yang Tak Pernah Mau Ikut Gerilya dan tulisan Yosef Kelik lainnya.

Penulis: Yosef Kelik

Editor: Ahmad Khadafi

Terakhir diperbarui pada 8 Januari 2022 oleh

Tags: bantenBung KarnoIndonesiaJepangmerdekaPendudukan JepangromushaSukarno
Yosef Kelik

Yosef Kelik

Periset di suatu museum swasta sejak 2013, juga peracik nama bayi dan jenama usaha sejak 2019.

Artikel Terkait

megawati sang naga merah
Podium

Megawati Sang Naga Merah, Oposisi Serius yang Diwaspadai Orba

27 Februari 2023
Mengatur Selangkangan Perempuan dari Orde Baru hingga Orde Gita Savitri MOJOK.CO
Esai

Mengatur Selangkangan Perempuan dari Orde Baru hingga Orde Gita Savitri

13 Februari 2023
Mencoba Lawson yang Baru Buka: Oden Enak yang Harganya Nggak Enak Buat UMR Jogja MOJOK.CO
Goyang Lidah

Mencoba Lawson yang Baru Buka: Oden Enak yang Harganya Nggak Enak Buat UMR Jogja

29 Januari 2023
teror ular kobra
Kotak Suara

Tolak Safari Politik Anies di Banten, Oknum Lempar Sekarung Ular Kobra

26 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Cerita di Balik Mbah Wahadi yang Jualan Burger Dinar dengan Sepeda

Cerita di Balik Mbah Wahadi yang Jualan Burger Dinar dengan Sepeda

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Rahasia peci miring Bung Karno

Kalau Sukarno Tak Jadi Mandor Romusha Kita Mungkin Tak Merdeka

8 Januari 2022
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
unpad mojok.co

10 Jurusan Tersepi di UNPAD yang Pendaftarnya Hanya Ratusan

27 Maret 2023
5 Jurusan yang Lulusannya Paling Dicari Perusahaan

5 Jurusan yang Lulusannya Paling Dicari Perusahaan

27 Maret 2023
kip mojok.co

Kecewa dengan Mahasiswa Penerima KIP

26 Maret 2023
perguruan tinggi muhammadiyah mojok.co

5 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Terbaik di Indonesia

25 Maret 2023

Terbaru

Kasubbid Penmas Polda DIY, AKBP Verena SW dalam keterangannya di Mapolda DIY, Rabu (29/03/2023). MOJOK.CO

Pemda DIY Komentari Pencopotan Kapolres Kulon Progo

29 Maret 2023
Ingatan mengenai 25 tahun Reformasi

Kamu Punya Cerita Apa di Tahun 1998? Kilas Balik 25 Tahun Reformasi Melalui Seni

29 Maret 2023
gojek ramadan mojok.co

Gojek Siapkan Amunisi Hemat dan Cermat untuk #LengkapiRamadan, Dukung Produktivitas dan Ibadah di Momen Suci

29 Maret 2023
kampus bumn mojok.co

9 Kampus Milik BUMN di Indonesia, Prospek Lulusannya Bisa Kerja di Perusahaan Plat Merah

29 Maret 2023
Google Doodle Lasminingrat

Mengenal Lasminingrat: Ibu Literasi Pertama Indonesia yang Hari Ini Muncul di Google Doodle

29 Maret 2023
kebijakan affirmative action

Yuk, Kenalan Sama ‘Affirmative Action’! Kebijakan yang Mendorong Kesetaraan Partisipasi Perempuan dalam Politik

29 Maret 2023
jurusan teknologi informasi moloc.co

Selektivitas 4 PTN yang Memiliki Jurusan Teknologi Informasi Terbaik

29 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In