Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Yang Bilang Perempuan Menikah Nggak Bisa Traveling, Tolong Attitudenya Ya!

Elisabeth Murni oleh Elisabeth Murni
15 Januari 2018
A A
Nikah-dan-Traveling-MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

[MOJOK.CO] “Seriusan ya, soal traveling aja jadi bahan debat.”

Tema debat soal wanita yang tidak bisa traveling setelah menikah sebenarnya nggak fresh-fresh amat. Tahun kemarin (atau malah 2 tahun lalu ya?), ada satu bloger yang menuliskan soal dirinya yang masih bisa jalan-jalan sendirian setelah menikah, sedangkan suami serta anaknya tinggal di rumah. Tulisan curhat itu tentu saja menjadi viral, banyak yang mendukung tapi lebih banyak yang mencaci. “Istri macam apa yang enak-enakan piknik dan ninggalin anak dengan suaminya di rumah,” kira-kira seperti itulah komentarnya.

Lantas baru-baru ini topik tentang perempuan menikah dan traveling kembali mencuat gara-gara meme di laman Facebook Indonesia Jaman Dulu yang berbunyi, “Selagi kalian melajang traveling-lah sejauh mungkin, karena kalau sudah menikah mau ke Alfamart depan aja disuruh cepat balik.”

Para perempuan (baik yang masih lajang maupun sudah menikah) akhirnya share postingan ini ramai-ramai lengkap dengan beragam komentar. Tapi, intinya mereka mengiyakan bahwa setelah menikah, traveling akan menjadi satu hal yang sangat sulit dilakukan. Apalagi jika sudah punya anak. Jangankan jalan-jalan, wong mandi aja pintu sudah digedor-gedor dari luar, bahkan terkadang boker sambil digendoli bocah.

Saya adalah orang yang tidak sepakat dengan meme tersebut. Saya perempuan. Saya menikah. Saya punya anak batita. Saya masih tetap bisa traveling. Bahkan bukan hanya traveling yang jalan-jalan cantik keliling kota atau tempat-tempat nyaman, tapi saya juga masih bisa blusukan ke hutan, arung jeram di sungai, bahkan trekking ke gunung. Dan saya juga tahu ada banyak perempuan di luar sana yang traveling ke mana-mana, bahkan keliling dunia, meski mereka sudah menikah serta memiliki banyak anak.

Saya adalah orang yang percaya bahwa pernikahan bukanlah alasan untuk menghentikan gerak. Saya tidak sepakat jika setelah menikah, langkah akan terhenti. Justru sebaliknya, pernikahan seharusnya memberi energi baru untuk terus berjalan, baik sendiri maupun bersama.

Jangan dulu salah sangka. Saya bukan orang kaya yang punya banyak uang guna menggaji banyak ART untuk mengurusi anak dan melakukan pekerjaan domestik sehingga bisa tetap jalan-jalan tanpa beban. Saya emak-emak biasa, yang masih suka nawar di pasar saat harga selisih 500 perak dari biasanya.

Saya sudah melakoni yang namanya mandi kilat 3 menit gara-gara bocah sudah nangis nungguin di depan pintu. Saya juga mengalami nikmatnya buang air besar sambil bawa bayi yang nggak bisa diam (jangan dibayangkan seperti apa bentuknya). Pokoknya segala drama emak-emak punya anak bayi dan harus mengurus semuanya sendiri pernah saya alami.

Tapi, bukan berarti itu menjadi alasan untuk tidak bisa traveling. Begini ya, buibu dan mbak-mbak, sebenarnya semua masalah hanya terletak pada pola pikir juga prioritas. Kalau di pikiran kita sudah tertancap kata “nggak bisa” atau “sudah menikah itu yang anteng di rumah saja”, semesta pun akan membuatnya tidak bisa. Bahkan bukan hanya untuk perempuan menikah, perempuan lajang pun kalau otaknya sudah bilang nggak bisa traveling karena ini dan itu ya sudah, bye bye jalan-jalan.

Kalau kita menganggap traveling penting demi kewarasan jiwa, kita pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya. Memang menikah akan membuat banyak perubahan pada hidup. Apalagi jika kita hamil, punya anak, lantas mengurus bayi yang membutuhkan effort lebih. Waktu untuk memikirkan diri sendiri pun jadi terbatas. Tapi, bukan berarti kita tidak bisa bepergian.

Kita masih tetap bisa berkelana, bedanya kini tidak mungkin seimpulsif saat lajang yang bisa pergi ke mana pun dan kapan pun sesukanya. Jika ingin traveling sendiri, sekarang sudah ada suami yang harus dimintai persetujuan (dan juga uang saku, ahay). Kalau suami sudah mengizinkan, tunggu apa lagi? Punya bayi baru lahir? Anak masih belum bisa pisah sama ibunya?

Kalau masalahnya hanya itu sih gampang. Tundalah jalan-jalanmu! Menunda beda dengan tidak bisa. Menunda beberapa tahun selama hamil dan mengurus bayi tidak ada salahnya. Itung-itung saat itu kita juga sedang mempersiapkan diri (juga budget) untuk perjalanan besar berikutnya. Saat anak sudah agak besar dan bisa ditinggal, mulailah petualangan sesungguhnya.

Jika Anda ogah menunda, pilihan lain tersedia, yaitu bawa anak-anakmu traveling. Memang kesannya ribet ya, bahkan sampai ada orang yang ngomong, “Traveling bawa anak mah sama aja bohong, ini namanya tetap momong tapi pindah tempat.” Lha kalau sudah berani punya anak, ya memang seperti itu risikonya.

Lagian traveling bareng bocah itu nggak serem-serem amat kok, seru malah. Memang sih persiapan harus lebih matang dan bawaan jadi lebih banyak, tapi itu bukan masalah yang harus dibesar-besarkan lah. Justru semakin dini bocah diajak traveling, dia justru makin mudah beradaptasi dan nggak rempong. Traveling bersama anak, selain akan mengajarkan banyak hal baru untuknya juga bisa mempererat bonding.

Iklan

Makanya itu, saya nggak sepakat kalau ada yang bilang menikah itu membuat kita, para perempuan, nggak bisa traveling. Bisa, Bu, bisa. Asalkan ya itu tadi, punya kemauan, punya uang (ini penting!), dan mau sedikit repot. Nah misalnya suamimu melarang, itu persoalan lain.

Mungkin ini bisa jadi satu pertanyaan yang para lajang ajukan untuk calon pasangan kelak, “Mas, kalau sudah menikah nanti, aku masih boleh traveling nggak?”

Jika pada akhirnya kalian bilang traveling bersama anak itu rempong serta memilih untuk tetap tinggal di rumah saja, ya sudah. Itu pilihanmu. Tapi, jangan lantas mengasihani diri, kemudian iri dengan perempuan lain yang masih bisa traveling ke mana-mana. Simpel kan?

Jadi, weekend besok mau traveling ke mana, Ibu-Ibu?

Terakhir diperbarui pada 16 Januari 2018 oleh

Tags: anakbalitajalan-jalanmememenikahperempuanrepottravelingviral
Elisabeth Murni

Elisabeth Murni

Artikel Terkait

Tepuk Sakinah saat bimbingan kawin bikin Gen Z takut menikah. Tapi punya pesan penting bagi calon pengantin (catin) sebelum ke jenjang pernikahan MOJOK.CO
Ragam

Terngiang-ngiang Tepuk Sakinah: Gen Z Malah Jadi Males Menikah, Tapi Manjur Juga Pas Diterapkan di Rumah Tangga

26 September 2025
Menentukan Waktu yang Tepat untuk Menikah | Semenjana Eps. 4
Video

Menentukan Waktu yang Tepat untuk Menikah | Semenjana Eps. 4

24 Februari 2025
ibu di upn jogja.MOJOK.CO
Catatan

Di Trotoar Dekat UPN Jogja, Seorang Ibu Setia Menanti Anak Lelakinya yang Hilang Sejak 13 Tahun Silam

20 Maret 2024
Pekerja Jogja Pilih Tak Mau Punya Anak Demi Hidup yang Tak Miskin MOJOK.CO
Ragam

Pekerja Jogja Pilih Tak Mau Punya Anak Demi Hidup yang Tak Miskin

17 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.