MOJOK.CO – Jujur saja saya cemas karena Pak Prabowo seperti tidak tahu harus ngapain. Apakah dia itu sekadar ingin jadi presiden saja?
Pada hari pertamanya menjabat sebagai presiden Amerika Serikat untuk yang kedua kalinya, Donald Trump langsung menerbitkan rangkaian kebijakan yang membikin siapa saja mengernyitkan dahi. Trump kembali mengeluarkan AS dari organisasi kesehatan dunia WHO, menarik AS dari Perjanjian Iklim Paris, mendeklarasikan darurat energi nasional demi menumbuhkan sektor pertambangan, dan menetapkan kartel narkoba di pelbagai negara Amerika Latin sebagai organisasi teroris.
Hanya itu? Tentu saja tidak. Trump kembali memulai perang dagang yang sempat mereda di era Biden. Kali ini dia menyeret Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa ke palagan tersebut dengan alasan ketimpangan neraca perdagangan.
Negara-negara tersebut sedang sibuk menyusun skenario balasan ketika Trump mengumumkan angan-angannya untuk mengakuisisi Terusan Panama dan membeli Greenland dari Denmark. Padahal, Denmark tak pernah berencana menjualnya.
Trump jelas sinting, dan semua orang tahu itu sejak dia menjabat untuk kali pertama di tahun 2017. Dia menganggap AS layaknya perusahaan dan negara lain sebagai pesaing.
Dia menerapkan yang lumrahnya akan dilakukan semua CEO perusahaan waras ketika berhadapan dengan kompetitor: “Jika tidak bisa dirangkul, ya remukkan saja.” Namun, mengapa sebagian besar rakyat AS, bisa kembali mendapuk lelaki tua itu untuk memimpin negara sebesar AS?
Jawabannya jelas. Trump punya visi yang lebih menarik ketimbang Kamala Harris. Meski caranya mewujudkan visi itu tak lumrah, Trump ingin menumbuhkan ekonomi AS, menegakkan nasionalisme yang dirasanya mulai pudar, dan mengembalikan signifikansi negaranya di panggung dunia yang mulai tersaingi oleh Cina. Visinya dengan apik dia rangkum dalam kalimat ini: “Make America great again.”
Sepak terjang Donald Trump membuat saya, mau tidak mau, mengalihkan pandangan ke rumah sendiri dan bertanya. Dengan semua kebijakan yang telah dikeluarkan pada 100 hari pertamanya menjabat, apa yang sebenarnya diinginkan oleh Presiden Prabowo? Visi macam apa yang melandasi semua tindakannya?
Dugaan #1: Menciptakan swasembada pangan dan energi
Ini adalah visi klasik yang akan terus diulang oleh siapa saja yang kepingin menjadi presiden Indonesia. Pak Prabowo tercatat pernah melontarkannya ketika mencalonkan diri sebagai presiden di tahun 2019 silam. Saat sudah resmi menjabat, kedua program tersebut dimasukkannya sebagai program prioritas pula.
Gampang untuk memahami alasan Pak Prabowo memprioritaskan swasembada pangan dan energi. Selain karena mungkin masih terkesan oleh pencapaian mantan mertuanya, yang berhasil melakukan swasembada pangan pada dekade ’80-an, dia juga pernah menjabat sebagai ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia pada 2004, jauh sebelum mendirikan Partai Gerindra.
Mempertimbangkan latar belakang seperti yang saya jelaskan di atas, tentu saja Pak Prabowo punya pemahaman yang sedikit lebih unggul. Jika kita membandingkannya dengan calon presiden lain di sektor pertanian. Dia tahu segala kendala yang membikin sektor pertanian Indonesia seperti jalan di tempat. Pak Prabowo juga (seharusnya) punya semua sumber daya untuk mencari tahu solusinya.
Sektor swasembada energi memang layak menjadi prioritas. Sudah sejak lama Indonesia menjadi negara pengimpor minyak bumi. Sementara itu, negara ini belum menggarap sumber daya energi bersih secara serius.
Ketergantungan Indonesia pada impor minyak membikin APBN boncos. Katanya sampai sekitar Rp200 triliun per tahun. Sementara itu, subsidi energi menguras kas negara hingga Rp334 triliun hanya pada 2024 saja.
Baca halaman selanjutnya: Paham nggak sih kerja presiden?












