Modal Baca Buku Saja Tak Cukup bagi Dosen Pengajar Mahasiswa Milenial - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Modal Baca Buku Saja Tak Cukup bagi Dosen Pengajar Mahasiswa Milenial

Syamsul Arif Galib oleh Syamsul Arif Galib
16 Januari 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Jadi dosen bagi mahasiswa milenial berarti harus selalu siap terkejut dengan pertanyaan atau permintaan aneh yang kadang sulit dimengerti.

Suatu ketika, seorang mahasiswa tiba-tiba mengirimi saya sebuah pesan di WA. “Pak, tugas final sudah saya kirim ke email Bapak. Tapi kok nama saya tidak muncul di presensi ujian, Pak? Mohon penjelasannya.”

Saya memperhatikan foto profil si mahasiswa. Ini mahasiswa yang seingat saya satu kali saja tidak pernah hadir di kelas. Kecuali ia punya ilmu menghilang sehingga setiap kali di dalam kelas saya tidak melihatnya.

Logikanya, jika tidak pernah hadir di kelas satu kali pun, maka harusnya mahasiswa sadar jika namanya tidak muncul di presensi ujian. Tapi ini lain. Si mahasiswa tiba-tiba menghubungi dan mempertanyakan kenapa namanya tidak muncul dengan perasaan tak berdosa.

Menurut saya itu adalah hal yang luar biasa. Lebih luar biasanya lagi entah kenapa saya kadang jadi merasa bahwa jangan-jangan saya yang salah. Mungkin inilah yang disebut The Power of Millenial Student.

Bagi sebagian orang, menjadi dosen mungkin impian mulia. Berdiri di hadapan mahasiswa lalu mendiskusikan pokok materi pengajaran mungkin terlihat keren. Sebagian lagi menganggap bahwa menjadi dosen adalah pekerjaan mudah.

Baca Juga:

Curahan Hati Dosen yang Ngajar tapi Nyambi Buka Usaha. MOJOK.CO

Curahan Hati Dosen yang Ngajar tapi Nyambi Buka Usaha

14 Maret 2023
profil khofifah politisi perempuan

Khofifah Diharapkan Jadi Bu Nyai Berakhir Jadi Politisi

21 Februari 2023

Apalagi kalau pengalamannya diajar oleh dosen yang hanya hadir membagi materi untuk didiskusikan. Lalu di saat proses diskusi sang dosen tak perlu hadir. Enak sekali memang.

Ada yang berkata, mengajar mahasiswa lebih mudah dibanding mengajar anak TK. Ah, kata siapa? Orang yang berkata seperti itu mungkin belum pernah bertemu mahasiswa milenial yang perilakunya kayaknya anak TK.

Kok Bisa? Bisalah. Gus Dur saja pernah berujar soal sulitnya membedakan anggota DPR dengan taman kanak-kanak, apalagi mahasiswa milenial. Meski penilaian itu tidak berlaku untuk semua mahasiswa milenial di Indonesia juga sih.

Tentu saja, adalah sah-sah saja jika antum-antum semua bermimpi menjadi dosen. Tapi sebelum terlambat. Mungkin perlulah saya ingatkan bahwa menjadi dosen tidak cukup hanya dengan modal paham materi, banyak baca buku, atau modal kuliah di luar negeri yang foto-fotonya yang diupload di Instagram. Sungguh.

Menjadi dosen bagi mahasiswa milenial berarti menjadi dosen yang harus selalu siap terkejut dan siap untuk menjawab pertanyaan dan permintaan yang sering aneh dan sulit dimengerti. Ada semacam shock culture-nya gitu.

Menghadapi mahasiswa milenial, dosen harus paham bahasa mahasiswa yang kurang familiar. Misalnya, bagaimana menjawab sebuah pesan mahasiswa yang dimulai dengan “piu” dan dikirimkan saat tengah malam.

Apakah harus dibalas dengan “Waalaikumsalam” atau membalasnya dengan kata “Selamat tengah malam” atau justru membalasanya juga dengan ucapan yang sama “piu”.

Dosen juga harus siap menghadapi permintaan aneh-aneh mahasiswa, misalnya “Alamat IG, apa ya, Pak?” atau “Folbek dong, Pak.”

Selain itu, seorang dosen diharapkan punya kemampuan khusus untuk memahami jenis-jenis penyakit mahasiswa. Ketika seseorang mahasiswa menyebutkan bahwa seorang temannya sedang sakit.

Kata sakit bisa bermakna bermacam-macam. Bisa saja si mahasiswa benar-benar sakit, bisa saja ia sedang bekerja, bisa saja pacarnya sedang tak datang menjemput sehingga tak ada tumpangan ke kampus, bisa saja ia sedang malas, bisa saja ia sedang bangun kesiangan, bisa saja ia sedang ikut aksi, bisa juga ia sedang tak ingin masuk kelas. Bahkan bisa saja si mahasiswa sedang menyamar. Jadi sungguh, kita harus tahu betul macam “penyakit” mahasiswa.

Selain itu dosen harus memahami posisi penting mahasiswa. Misalnya, seorang mahasiswa akan mengirimi pesan; “Maaf, Pak. Hari ini saya mau ijin nggak masuk karena ada keperluan.”

Memahami kata “keperluan” itu juga butuh pengalaman. Apa yang dimaknai keperluan? Apakah sang mahasiswa mau berobat? Apakah sang mahasiswa mau ikut kegiatan lain? Apakah sang mahasiswa mau nonton? Apakah sang mahasiswa sedang ikut aksi? Atau apakah mahasiswa mau menghadiri pernikahan teman dari keponakan adik perempuan sahabatnya?

Salah satu syarat jadi dosen juga harus selalu siap tampil di depan kamera kapan saja mengingat mahasiswa kadang juga berprofesi sebagai paparazzi.  Percayalah, banyak di antara adik-adik kita yang berpotensi jadi paparazzi.

Secara sembunyi-sembunyi mengambil gambar dosen di dalam kelas lalu mengirimkan foto itu di grup mahasiswa untuk sekedar mengabarkan kepada mahasiswa yang lain: “Bapak sudah masuk. Kalian pada di mana?”

Seorang dosen juga diharapkan punya kuota internet yang cukup dan bisa berfungsi sebagai wifi dadakan. Ketika berada di dalam kelas dan menagih bacaan yang telah diberikan sebelumnya, mahasiswa mungkin saja akan menjawab dengan tanpa perasaan bersalah.

“Belum sempat baca saya, Pak. Kuota saya habis. Bisa bagi kuota nggak, Pak? Apa passwordnya?”

Untuk urusan passwordnya, berilah password yang mudah dan tidak susah misalnya berbagi itu indah. Jangan menggunakan pasword wifi seperti; tidak tahu malu atau bagi nggak yah.

Serius, ada beberapa mahasiswa yang hatinya lebih sensitif dari mantan. Tidak akan menggunakan wifi gratis itu meski mereka butuh karena harga dirinya tersinggung. Tapi berhati-hati juga, karena ada juga mahasiswa yang setelah diberi wifi gratis yang seharusnya digunakan untuk membaca artikel justru menggunakannya untuk nonton Youtube atau buka Instagram.

Dosen juga harus punya ilmu gaib. Atau setidaknya punya kemampuan membalap ala Valentino Rossi. Bayangkan jika seorang mahasiswa tiba-tiba menelepon. “Pak, Kelas kami kosong hari ini.  Bapak bisa masuk biar pertemuannya cepat selesai? Kami tunggu.”

Tapi tentu bersiap-siap jugalah bertemu dengan mahasiswa yang melahap banyak bacaan dan bahkan mungkin melebihi bacaan yang dosen baca. Atau mereka yang memiliki referensi yang jauh lebih baru dibanding referensi yang dosen miliki. Atau bahkan mungkin juga mahasiswa yang diam-diam merupakan penulis Mojok.

Kalau bertemu mahasiswa seperti ini, selalu belajar dan terus membaca merupakan keharusan dan hal yang paling utama. Kalau modal bacaanmu hanya modal bacaan saat dulu kuliah di tahun 80-an atau 90-an dan tidak pernah diupgrade dengan bacaan terbaru dan referensi terbaru, maka kasihan kamu dan kasihan mahasiswanya.

Tapi sekali lagi, membaca tidak cukup. Karena mahasiswa yang punya bacaan bejibun pun tidak segan-segan melontarkan pertanyaan, “Instagram Bapak apa?” atau permintaan, “Folbek dong, Pak.”

Ups, satu lagi. Pakailah pakaian terbaikmu di akhir pertemuan. Jangan lupa cukur dan cuci muka biar kelihatan fresh. Karena setiap pertemuan akhir akan diakhiri dengan ritual foto bersama yang fotonya bakal diupload di Instagram mahasiswa sambil mention instagrammu.

Terakhir diperbarui pada 15 Januari 2019 oleh

Tags: Anggota DPRDosenGus Durkuota internetmahasiswa milenialpresensiwifi gratis
Syamsul Arif Galib

Syamsul Arif Galib

Tenaga pengajar di Fak. Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin, Makassar.

Artikel Terkait

Curahan Hati Dosen yang Ngajar tapi Nyambi Buka Usaha. MOJOK.CO
Geliat Warga

Curahan Hati Dosen yang Ngajar tapi Nyambi Buka Usaha

14 Maret 2023
profil khofifah politisi perempuan
Kotak Suara

Khofifah Diharapkan Jadi Bu Nyai Berakhir Jadi Politisi

21 Februari 2023
Rektor UII nilai dosen UII menghindari masalah
Pendidikan

Rektor UII: Dosen Rafie Menghilang Kemungkinan karena Menghindari Masalah

21 Februari 2023
Uneg-uneg

Uneg-uneg untuk Dosen UIN Sunan Kalijaga yang Sering Absen Mengajar

18 Desember 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Mengungkap Kategori Tukang Rese Bahasa, Dari Polisi Bahasa sampai Hansip Bahasa

Tanding Aja Belum

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Jurusan yang Lulusannya Paling Dicari Perusahaan

5 Jurusan yang Lulusannya Paling Dicari Perusahaan

27 Maret 2023
Modal Baca Buku Saja Tak Cukup bagi Dosen Pengajar Mahasiswa Milenial

Modal Baca Buku Saja Tak Cukup bagi Dosen Pengajar Mahasiswa Milenial

16 Januari 2019
unpad mojok.co

10 Jurusan Tersepi di UNPAD yang Pendaftarnya Hanya Ratusan

27 Maret 2023
sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
kip mojok.co

Kecewa dengan Mahasiswa Penerima KIP

26 Maret 2023
kampus bumn mojok.co

9 Kampus Milik BUMN di Indonesia, Prospek Lulusannya Bisa Kerja di Perusahaan Plat Merah

29 Maret 2023
perguruan tinggi swasta mojok.co

15 Universitas Swasta Terbaik di Indonesia Versi Webometrics 2023

30 Maret 2023

Terbaru

anak band jadi politisi

Dari Panggung Musik ke Panggung Politik, Ini Daftar Musisi yang Jadi Politisi

1 April 2023
pendanaan politik mojok.co

Mengenal Modus Pencucian Uang untuk Pendanaan Politik 

1 April 2023
Kartu Merah untuk Indonesia dari FIFA yang Nggak Punya Power di Tragedi Kanjuruhan. MOJOK.Co

Kartu Merah untuk Indonesia dari FIFA yang Nggak Punya Power Mencoret Israel

1 April 2023
ptn mojok.cp

20 PTN Paling Diminati dalam SNBP 2023, Bukan UI ataupun UGM!

1 April 2023
sma terbaik di yogyakarta mojok.co

10 SMA Terbaik di Yogyakarta Versi LTMPT

1 April 2023
Ibadah Sastra dan Cinta Ala Jalaluddin Rumi di Pesantren Maulana Rumi

Ibadah Sastra dan Cinta Ala Jalaluddin Rumi di Pesantren Maulana Rumi

31 Maret 2023
piala dunia u-20 mojok.co

Jogja Gagal Dapat Limpahan Wisatawan Akibat Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20

31 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In