Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Meratapi Karier Politik Prabowo Subianto: Dulu Terjun Bebas di Medan Laga, Kini di Medan Politik

Aris Santoso oleh Aris Santoso
23 Oktober 2019
A A
prabowo subianto gerindra jatah 3 menteri pertahanan

prabowo subianto gerindra jatah 3 menteri pertahanan

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Setidaknya ada dua agenda yang akan dimainkan Prabowo Subianto ketika dia dengan mantap menyatakan diri bergabung dengan kubu Jokowi dan menjadi menteri pertahanan. 

Kekuasaan memiliki logikanya sendiri, yang mungkin hanya bisa dimengerti bagi orang yang pernah berkubang di dalamnya. Bagi rakyat jelata (seperti saya), bagaimana daya tarik atau manisnya kekuasaan sama sekali tak terbayangkan. Begitulah yang kini terjadi pada Prabowo Subianto. Ia, yang oleh para pendukung fanatiknya nyaris dianggap “setengah dewa”, kini telah bermetamorfosis menjadi manusia (biasa) yang sangat pragmatis ketika dengan senang hati menerima posisi sebagai menteri pertahanan.

Dalam iklan versi media elektronik saat maju dalam Pilpres 2019 lalu, Prabowo Subianto mem-branding dirinya sebacai macan, perlambang citra diri sebagai manusia bernyali besar dan tidak mudah menyerah. Namun, imajinasi macan dalam diri Prabowo kini telah lenyap, ikon macan kini telah diambil alih oleh Bamsoet (Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI) yang dalam safari politiknya menjelang pelantikan Presiden-Wapres selalu memakai kemeja batik dengan aksen macan di dada.

Saya tidak tahu apakah Bamsoet telah meminta secara resmi kepada Prabowo agar simbol macan bisa dia (Bamsoet) pakai, setidaknya untuk sementara waktu. Yang ingin saya katakan adalah, ada degradasi yang cukup signifikan pada Prabowo, orang yang mengidentikan dirinya dengan macan, bahwa ia kini cukup sebagai burung cenderawasih atau burung merak, atau ikon jinak lainnya, sebagai wujud bahwa kini dirinya tak lagi sesangar macan.

Bagi yang ingat ketika Prabowo masih memimpin pasukan dulu, banyak momen yang tak mungkin terlupakan. Setiap pindah tugas ke satuan lain, selepas upacara resmi pelepasan jabatan, Prabowo selalu dipanggul dan disanjung oleh segenap anak buahnya dari kesatuan lama saat meninggalkan lapangan upacara. Prabowo selalu menjadi komandan yang dicintai anak buahnya dengan sepenuh hati, di mana pun ditugaskan. Karena selain karisma, ada hal yang lebih utama, Prabowo dikenal sebagai komandan yang royal kepada satuan dan anak buah. Sudah menjadi pengetahuan umum, Prabowo acap kali menggunakan dana pribadi untuk membesarkan satuan dan memberi insentif bagi anak buahnya.

Karisma dan pembawaan dirinya yang senang membagikan bonus terus berlanjut saat dirinya terjun ke politik praktis. Pada medium yang baru ini, Prabowo lagi-lagi disanjung oleh segenap pendukungnya. Dalam pandangan pendukungnya, Prabowo ini kira-kira sudah sampai pada fase sebagai “Bapak Bangsa”. Dengan kata lain, meski Prabowo selalu gagal dalam Pilpres, namun kecintaan dan fanatisme para pendukungnya tidak berkurang sejengkal pun.

Mulai hari ini, semua kenangan indah tersebut telah hangus, ketika Prabowo resmi dilantik sebagai Menhan dalam kabinet Jokowi. Kita tidak tahu apa yang ada dalam benak Prabowo, apakah Prabowo telah melupakan begitu saja sanjungan segenap pendukungnya, untuk “sekadar” memperoleh posisi Menhan. Saya kurang yakin, bila Prabowo tak lagi berempati kepada para pendukungnya, yang tentu saja kini sangat kecewa, ketika Prabowo menempuh jalan pragmatis dengan menyatakan bergabung dengan kubu Jokowi.

Selalu ada yang linier dalam sejarah. Bila saat menjadi komandan pasukan dulu Prabowo biasa melakukan terjun bebas saat berangkat ke medan operasi, kini di ranah politik Prabowo kembali lagi “terjun bebas” ketika menerima posisi menteri pertahanan.

Saya mencoba memahami road map yang bakal ditempuh Prabowo kelak, berdasarkan pengamatan selama ini terhadap dirinya. Setidaknya ada dua agenda yang akan dimainkan Prabowo, ketika dia dengan mantap menyatakan diri bergabung dengan kubu Jokowi. Pertama, dia masih terobsesi untuk menjadi presiden sehingga masih mungkin dia akan maju lagi pada Pilpres 2024. Kedua, terkait dengan pembawaan dia sebagai filantropis.

Dengan bergabung di pihak kubu “lawan”, Prabowo ingin merasakan bagaimana atmosfer pihak lawan, yang telah dua kali mengalahkannya. Jadi singkatnya, Prabowo sedang melaksanakan operasi intelijen skala besar sebagai modal pengetahuan menuju Pilpres 2024. Bisa jadi Prabowo sedang terinspirasi oleh Opsus (Operasi Khusus) Ali Moertopo dulu, yang terkenal dengan operasi “penggalangan”.

Saya kira Prabowo juga tidak polos-polos amat ketika dia menyatakan bersedia menjadi menteri pertahanan. Artinya dia juga akan mengambil manfaat dalam posisi ini. Dia akan melakukan penggalangan, seperti konsep dalam tentara, dia menyusup jauh ke kubu lawan, bila perlu di belakang garis pertahanan lawan.

Dalam bahasa sehari-hari, kita biasa mendengar ada plus-minusnya dalam memutuskan sesuatu. Nah salah satu faktor plus dalam memilih Prabowo adalah pembawaan filantropi yang melekat padanya. Saya membayangkan, saat menjadi Menhan nanti, Prabowo tidak segan-segan untuk mengeluarkan dana pribadi, agar segala programnya bisa jalan.

Dalam hitungan kasar, skemanya bisa 50:50, antara dana pribadi Prabowo dan APBN.

Dulu dalam anggaran negara ada istilah off-budget (dana non-budgeter), yakni dana yang ada di luar anggaran resmi, yang tidak tercatat dalam APBN. Pada komponen inilah Prabowo bisa menyalurkan hasrat mulianya sebagai filantropis. Tentu ini sangat meringankan negara, setidaknya karyawan yang menjadi organik Kementerian Pertahanan, tidak perlu waswas soal THR dan bonus lainnya. Dan bisa jadi, tindakan Prabowo akan lebih jauh lagi, misalnya mengakusisi unit kapal selam, atau alutista lainnya, dengan menggunakan dana pribadi, setidaknya untuk down payment-nya.

Iklan

Untuk menggambarkan figur Prabowo hari ini, saya meminjam ungkapan yang biasa dipakai generasi sekarang, “Main lo kurang jauh, Bray.” Ungkapan ini biasanya muncul secara spontan ketika menemukan kawan yang sekiranya rada kuper atau suka telat info. Prabowo tentu sudah pernah pergi jauh ke seantero dunia. Pada dekade 1950-an, ketika rakyat kita masih makan nasi jagung dan gaplek, Prabowo sudah bersekolah di luar negeri.

Namun dari segi imajinasi, ternyata Prabowo Subianto tidak beranjak jauh. Obsesinya terhadap kekuasaan telah menjadikan dirinya terbelenggu sehingga jadilah dia yang “mainnya kurang jauh.”

BACA JUGA Nama-nama Mengejutkan dalam Pengumuman Menteri Jokowi dan artikel Aris Santoso lainnya.

Terakhir diperbarui pada 29 September 2020 oleh

Tags: kabinet baru jokowimenteri Jokowiprabowo
Aris Santoso

Aris Santoso

Pengamat militer

Artikel Terkait

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO
Esai

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)
Pojokan

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025
Video Prabowo Tayang di Bioskop Itu Bikin Rakyat Muak! MOJOK.CO
Aktual

Tak Asyiknya Bioskop Belakangan Ini, Ruang Hiburan Jadi Alat Personal Branding Prabowo

16 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.