MOJOK.CO – Selepas Tragedi Kanjuruhan, nama Arema FC dan Aremania menjadi bahan ejekan dan lelucon. Kehormatan yang kini sirna.
Hanya dalam waktu kurun waktu tak lebih dari dua minggu, Arema dan Aremania yang ada Yuli Sumpil, menjejali kita dengan pemberitaan yang membuat geram. Izinkan saya mengurutkan kejadian-kejadian tersebut.
Kita mengawalinya dengan pemberitaan soal Arema yang ditolak oleh banyak kota. Mereka harus minggat dari Malang karena Tragedi Kanjuruhan. Kapan pihak yang berwenang melanjutkan pengusutan tragedi ini lagi?
Setelah penolakan banyak kota yang memang sudah tepat, kita meluncur ke kejadian pendudukan Arema FC Store, sekaligus menjadi kantor PT AABBI, oleh massa yang menamakan dirinya “Arek Malang”. Massa yang menduduki kantor tersebut menuntut klub punya “hati nurani” dan ikut aktif mengusut tuntas Tragedi Kanjuruhan. Mereka bahkan berbesar hati meminta maaf kepada semua elemen sepak bola Indonesia. Ini baru aksi yang positif.
Selepas aksi massa tersebut, giliran Aremania mengadakan semacam “rapat koordinasi”. Para senior Aremania yang ada Yuli Sumpil menghadiri acara ini. Bahkan Yuli Sumpil sampai menangis lantaran logo Arema di kantor dirusak oleh massa. Dia malah tidak menangis untuk 135 nyawa yang hilang di Kanjuruhan. Lucu sekali.
Peristiwa terakhir adalah Arema FC boleh main “kandang” di Stadion PTIK, milik polisi. Cie, mesra sekali ya sama polisi. Berkali-kali nggak bisa main kandang kok nggak kena WO, ya? Hebat sekali jagoan Malang ini. Malah diusahakan bisa main, entah bagaimana caranya, hingga berakhir di stadionnya polisi.
Kemudian publik bertanya: “Ada apa dengan Arema?”
Baca halaman selanjutnya….