Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Lulusan Jurusan Psikologi Itu Nggak Spesial: Lapangan Pekerjaan yang Linier Sedikit, Gajinya Juga Kecil

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
12 Desember 2023
A A
Lulusan Sarjana Psikologi Itu Nggak Spesial MOJOK.CO

Ilustrasi Lulusan Sarjana Psikologi Itu Nggak Spesial. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Menjadi lulusan Jurusan Psikologi nggak sesuai angan

Setidaknya, angan itu bertahan hingga saya lulus kuliah. Sampai akhirnya saya dihadapkan dengan kenyataan bahwa, setelah mendapat gelar S.Psi, adalah salah satu masa tersulit dalam merealisasikan cita-cita dan harapan sebelumnya dalam bekerja—menjadi seorang HRD.

Jika kalian masih belum menemukan benang merahnya, akan coba saya jelaskan. Sederhananya begini, adik-adik.

Setelah bekerja dalam kurun waktu nyaris selama 9 tahun, saya menyadari satu hal. Kebutuhan HRD di banyak perusahaan itu selalu tidak banyak. Entah untuk posisi generalis, rekruter, atau lainnya yang masih berkaitan. Tidak berhenti sampai di situ. Berbanding terbalik dengan premis awal, kandidat untuk menjadi seorang HRD itu selalu banyak. Iya, banyak betul.

Agar semakin jelas, biar saya pertegas lagi

Pertama, nggak perlu jauh-jauh. Teman satu angkatan dari kampus kalian, ketika lulus, suka atau tidak, sedikit banyaknya akan menjadi kompetitor untuk merebut posisi HRD. Belum lagi senior kalian di 1, 3, bahkan 5 tahun sebelumnya. Itu baru yang dari satu kampus. Belum lagi dari kampus lainnya yang punya beragam kompetensi.

Bahkan, karena alasan tersebut, sahabat saya dari Jurusan Psikologi sampai berucap, “Setelah lulus, aku nggak mau kerja jadi HRD. Saingannya banyak, salah satunya kamu.” Akhirnya, dia memilih untuk menjadi dosen di kampus.

Kedua, punya gelar S.Psi dan saklek pengin jadi HRD itu sangat sulit. Sebab, ada 2 jurusan lain yang menjadi pesaing berat. Di antaranya adalah lulusan Jurusan Hukum (yang bisa diandalkan untuk memahami peraturan UU sekaligus praktiknya) dan Jurusan Manajemen yang lekat sekali dengan personalia, SDM, atau sebangsanya.

Bahkan saat ini, lulusan IT pun bisa jadi seorang HRD (Technical Recruiter) dengan nominal gaji yang kompetitif dan mentereng! Belum lagi perusahaan lain yang mencantumkan persyaratan “semua jurusan” untuk posisi HRD. Menyebalkan, tapi kenyataannya demikian.

Jadi, saat ini, siapa saja bisa menjadi seorang HRD, bukan hanya lulusan Jurusan Psikologi saja. Lantaran, kompetensinya bisa didapat melalui learning by doing, kursus, atau banyak pelatihan. Saingannya makin banyak, kan? Hehehe. Kecuali untuk hal yang spesifik seperti asesmen alat tes, akan menjadi jatah dari lulusan Jurusan Psikologi (utamanya Psikolog).

Ketiga, gaji untuk posisi staf HRD dan turunannya ini tergolong kecil dibanding posisi lain. Kalian bisa cek secara mandiri. Cukup cek rata-rata gaji untuk posisi HRD di beberapa job portal atau googling. Hasilnya, nggak akan jauh dari UMR.

Apakah hanya bisa pasrah?

Itu baru gambaran ketika bekerja di sektor formal saja. Belum lagi di sektor informal. Menjadi influencer kesehatan mental, misalnya. Apakah semuanya berasal dari Jurusan Psikologi? Nggak juga. Banyak yang bermodalkan pengalaman, jumlah followers, dan/atau ketahanan konten. Siapa saja, jika ada kemauan, bisa melakukan hal ini.

Di sisi lain, entah bisa dikatakan sebuah anomali atau tidak, para lulusan Jurusan Psikologi justru disenangi oleh banyak user untuk ditempatkan di posisi marketing, sales, telemarketing, atau sebangsanya. Sebab, para user menilai bahwa, sense dan intuisi yang dimiliki lulusan Jurusan Psikologi dalam berinteraksi dengan manusia cukup bisa diandalkan. Salah satunya, ilmu mengenai observasi dan wawancara untuk menarik para calon pelanggan. Hal ini pada akhirnya saya ketahui setelah bekerja menjadi sebagai rekruter dan berdiskusi dengan banyak User.

Tapi, ya, di lapangan, seberapa banyak, sih, lulusan Jurusan Psikologi yang secara sukarela bekerja di posisi marketing? Lantas, apakah lulusan Psikologi harus pasrah dengan kenyataan yang ada untuk menjadi seorang HRD atau bekerja secara linier?

Tentu tidak. Secara teknis, bagi kalian yang masih ngotot bekerja secara linier—sesuai latar belakang sebagai S.Psi—ada beberapa alternatif. Selain menjadi HRD generalis atau rekruter, kalian bisa bekerja untuk divisi Learning & Development, HCBP (Human Capital Business Partner), Talent Development, sebagai Headhunter, atau Culture.

Apakah saya menyesal?

Lulusan Psikologi sangat kuat ditempatkan di beberapa posisi tersebut. Apalagi jika kalian sudah punya pengalaman di area HRD sekira 3 sampai 5 tahun. Soal gaji, sudah pasti akan di atas, bahkan jauh melampaui UMR. Ditambah dengan benefit keseluruhan yang sangat menggiurkan.

Iklan

Sebagian dari kalian boleh menggunakan ucapan, “Semua tergantung mindset dan skill yang dimiliki,” sebagai tameng. Tapi, maaf saja, Bung. Hal tersebut tidak bisa menyembunyikan beberapa realitas yang terjadi di lapangan mengenai betapa makin sulitnya lowongan kerja sebagai HRD dan gaji yang hanya mepet UMR.

Jika ditanya, “Apakah saya menyesal menjadi seorang lulusan Jurusan Psikologi dan bekerja sebagai HRD?” Sejujurnya, sih, tidak sepenuhnya. Apalagi setelah menggeluti profesi ini selama beberapa tahun. Tentu ada penyesuaian benefit secara keseluruhan, posisi yang lebih baik, dan jenjang karir yang semakin terbuka.

Kendati demikian, dengan segala plus-minusnya tentang Jurusan Psikologi dan perkembangan kariernya, dengan keyakinan penuh dan agar kesalahan yang sama tidak menurun, kelak saya akan berpesan kepada anak saya. 

“Saat kuliah nanti, kalau bisa jangan ambil Jurusan Psikologi. Coba yang lain saja. Yang peluang kariernya lebih terbuka lebar, bisa eksplore banyak, dan gajinya lebih besar.” Sebab, pada akhirnya, lulusan Sarjana Psikologi nggak spesial-spesial amat. Hehehe.

Penulis: Seto Wicaksono

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 8 Macam Derita Anak Psikologi dan pengalaman menarik lainnya di rubrik ESAI. 

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 12 Desember 2023 oleh

Tags: fakultas psikologiipb bandungjenjang karier sarjana psikologijurusan psikologikarier sarjana psikologikuliah psikologilowongan kerja psikologipsikologi
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang suami, ayah, dan recruiter di suatu perusahaan.

Artikel Terkait

Eva Nandha Jalma Yael, wisudawan terbaik Unesa Jurusan Psikologi. MOJOK.CO
Kampus

Belajar dari Kerja Keras Sang Bapak sebagai Buruh Bangunan, Antarkan Saya Jadi Wisudawan Terbaik di Unesa

25 November 2025
Belajar Bahasa Inggris Cocok untuk Atlet Brain Rot kayak Kamu MOJOK.CO
Esai

Belajar Bahasa Inggris Adalah Tahap Awal untuk Memanusiakan Diri bagi Atlet Brain Rot seperti Saya

10 Juni 2025
Mahasiswa Jurusan Psikologi UAD kerap dikira peramal. MOJOK.CO
Kampus

Mahasiswa Psikologi Ditakuti Jurusan Lain karena Dikira Jago Cenayang, Bisa “Membedah” Isi Hati dan Pikiran Tanpa Diminta

28 Mei 2025
Begini Rasanya Kesurupan: Tubuh Diambil Alih Macan, yang dalam Medis Disebut ‘Mekanisme Caper’ dan Gangguan Psikologis.MOJOK.CO
Ragam

Begini Rasanya Kesurupan: Tubuh Diambil Alih Macan, Tapi dalam Medis Disebut Cuma ‘Mekanisme Caper’ dan Gangguan Psikologis

15 Mei 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.