Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Kuch Kuch Hota Hai, Mengenang 21 Tahun Film soal Bucin yang Diem-Diem Bae

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
2 September 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Dua puluh satu tahun lalu, film Kuch Kuch Hota Hai rilis dan booming di banyak negara. Apa yang paling kamu ingat dari film ini?

Waktu masih jadi bucin level mahasiswi semester tiga, saya pernah melakukan sesuatu yang saya rasa cukup romantis: menulis 9 surat untuk pacar saya karena saya harus pergi ke luar negeri selama 9 hari penuh. Setiap surat saya masukkan ke dalam amplop, dan masing-masing amplopnya saya tuliskan angka 1 sampai 9.

Pesan saya kala itu, si pacar harus membuka surat nomor 1 di hari pertama saya pergi, surat kedua di hari kedua, begitu seterusnya, sampai surat terakhir di tepat satu hari sebelum saya kembali ke Indonesia. Kenapa saya menulis surat, saya punya alasannya.

Pertama, saya nggak bisa menjamin komunikasi kami bakal berjalan lancar karena belum tentu di luar negeri saya menemukan SIM Card atau WiFi. Kedua, saya penggemarnya film Kuch Kuch Hota Hai (KKHH).

Iya, saya ulang sekali lagi: Saya. Penggemarnya. Kuch. Kuch. Hota. Hai.

Film India yang dibintangi bapak-bapak kelewat ganteng Shahrukh Khan ini sempat jadi hits di Planet Bumi. Taruhlah saya berlebihan, tapi nyatanya memang film ini se-hype itu, kok. Penjual VCD yang suka keliling depan rumah bakal berbusa mempromosikan VCD film ini dan selaluuuu saja ada yang beli, lagi dan lagi.

Hari ini bukan hari perayaan ulang tahun rilisnya KKHH, tapi—saya pikir—apa salahnya mengenang memori bahwa kita semua (hah, kita???) pada 21 tahun yang lalu pernah sama-sama hafal bernyanyi dengan lirik “Tum paas aye yun muskaraye, tumne na jaane kya sapne dikhaye”?

Kuch Kuch Hota Hai telah mengajarkan banyak hal, mulai dari persahabatan, hubungan ayah dan anak, hingga cara terbaik melepaskan seseorang yang paling kita sayang. Lebih detail, tulisan ini saya persembahkan seutuhnya sebagai media mengenang film berdurasi 3 jam 5 menit tersebut.

Pertama, terima kasih KKHH, saya—dan kamu-kamu sekalian—jadi agak ngerti bahasa India dan koreografi dalam lagu.

Yah, mau gimana lagi, di film ini, ada delapan lagu yang diputar, masing-masing dengan koreografi yang berbeda. Coba putar satu saja di YouTube sekarang, saya jamin kamu bakal ikut bernyanyi dan bisa menebak gerakan seperti apa yang bakal ditampilkan, minimal bergumam mengikuti nadanya!

Waktu SD, saya pernah melakukan hal yang berkesan: mencoba menari Koi Mil Gaya di perpustakaan. Dari luar ruangan, saya sedikit berlari masuk ke dalam perpus yang kala itu sepi Niat saya, saya ingin mendarat dengan dengkul, persis seperti yang Rahul lakukan di atas panggung.

Tapi, apa yang terjadi?

Saya nabrak meja dan menimbulkan bunyi “Geludak!” yang cukup keras. Dengkul saya lecet dan berdarah. Pantat saya sakit. Bapak Penjaga Perpustakaan panik, “Kamu ngapain, Li?”

“Nggak apa-apa, Pak, lagi ngetes gaya gravitasi Bumi,” jawab saya, asal.

Iklan

Kedua, kemampuan akting penonton Kuch Kuch Hota Hai jadi terasah. Pasalnya, sebagai penggemar KKHH, kita tentu bakal mengalami setidaknya satu kali akting-aktingan tokoh KKHH, baik sebaga Rahul, Anjali, maupun Tina.

Bersama teman-teman satu kompleks, saya pernah memerankan adegan di mana Anjali pergi ke luar kota naik kereta api, yang kemudian dikejar oleh Rahul. Bukan adegan ciuman perpisahan ala Cinta dan Rangga, Anjali membuat adegan ini berkesan dengan melemparkan selendang merahnya untuk Tina yang menemani Rahul.

Saya, sebagai penggemar Anjali garis keras, berdiri di kursi, menatap sahabat laki-laki saya dan kakaknya (yang tentu saja saya paksa untuk ikutan main drama-dramaan), lalu melemparinya kerudung paris warna merah milik ibu saya. Dada saya naik turun, berakting menahan tangis. Biar lebih maksimal, saya sempat pula membayangkan bahwa sayalah yang akan pindah rumah dan berpisah dengan sahabat saya, tapi dampaknya kelewatan: saya malah nangis beneran dan drama-dramaan tadi langsung bubar.

Ketiga, film KKHH memberikan referensi fashion bagi para penggemarnya.

Saya dan teman-teman yang berambut pendek, misalnya. Mendadak, saya melihat banyak sekali kawan yang menggunakan bandana ke sekolah. Warnanya pun berwarna-warni. Jelas, penjual bandana langsung untung besar. Kurang lebih, fenomena ini mirip dengan fenomena topi “Tersayang” setelah sinetron Tersayang jadi booming.

Bukan cuma itu, pose-pose dengan bola basket pun menjamur. Bahkan, olahraga basket langsung jadi favorit banyak orang. Khusus bagi perempuan yang ingin mem-branding dirinya sebagai orang tomboy, basket seolah jadi standarnya.

Keempat, film Kuch Kuch Hota Hai, bagaimanapun, mengajari kita betapa pentingnya melepaskan sesuatu, meskipun itu adalah hal yang paling kita inginkan.

Poin ini tidak saya pahami saat kecil. Di mata saya kala itu, Rahul jahat sekali karena membuat Anjali menangis, dan kenapa sih Anjali harus pergi??? Kenapa Anjali nggak tetap saja ada di situ, lalu bikin perhitungan dengan Tina???

Tapi nyatanya, hidup memang nggak bisa sesembarangan itu. Rahul perlu waktu dan jarak untuk menyadari bahwa Anjali adalah orang yang paling ia rindukan. Anjali juga perlu waktu dan jarak untuk merelakan Rahul mencintai Tina, lalu akhirnya merasakan bahwa dirinya berhak dicintai dengan sepenuh hati oleh orang yang lebih bisa bersikap tegas: Aman.

Maksud saya, lewat plot ini, saya yakin kita semua bisa sepakat bahwa duka dibuat untuk suka di kemudian hari. Iya, kan?

Kelima, hidup terkadang kelewat tidak adil, tapi sekaligus adil—setidaknya bagi KKHH.

Adegan terakhir film Kuch Kuch Hota Hai mungkin adalah hal yang paling melukai hati Aman. Gimana nggak; ha wong dia udah mau nikah sama Anjali, tapi Anjalinya malah sedih dan masih sayang sama Rahul!

Yang dilakukan Aman berikutnya adalah hal terbesar, mungkin dalam hidupnya, yaitu melepaskan Anjali dan mengizinkannya menikah dengan Rahul.

Iya, saya ulangi lagi: Pria ini mengizinkan tunangannya menikah dengan cinta masa lalunya di hari yang seharusnya jadi hari pernikahannya!

Sayangnya, Kuch Kuch Hota Hai ini rilisnya bertahun-tahun lalu. Coba kalau rilis tahun 2019, mungkin Aman bakal diam-diam menangis sambil bergumam “Layak untuk cantikmu, itu aku” setelah menyenandungkan lagu Adu Rayu, khususnya bagian yang dinyanyikan Tulus.

BACA JUGA Drama Korea Lebih dari Pria Tampan Mencintai Gadis Miskin atau tulisan Aprilia Kumala lainnya.

Terakhir diperbarui pada 2 September 2019 oleh

Tags: AnjaliFilm IndiaKuch Kuch Hota HaiRahulTina
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Mahfud Ikhwan: Sepak Bola, Film India, dan Sastra
Video

Mahfud Ikhwan: Sepak Bola, Film India, dan Sastra

8 Oktober 2021
drakor
Pojokan

‘Reply 1988’ dan ‘Hospital Playlist’ Membuat Istri Saya yang Penggemar Film India Perlahan Berubah Menjadi Penggemar Drama Korea

6 Agustus 2021
Zara, Posting Video Pribadi Emang Hak Kamu, tapi Hak Itu Nggak Bebas Konsekuensi perempuan edgy kalis mardiasih mojok.co
Kolom

Gimana kalau Cinta Sejati Baru Ditemukan Justru setelah Menikah?

23 Mei 2021
film india artis india irrfan khan obituari memoar mojok.co
Esai

Irrfan, Khan yang Berbeda

2 Mei 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.