ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Gimana kalau Cinta Sejati Baru Ditemukan Justru setelah Menikah?

Kalis Mardiasih oleh Kalis Mardiasih
23 Mei 2021
0
A A
Zara, Posting Video Pribadi Emang Hak Kamu, tapi Hak Itu Nggak Bebas Konsekuensi perempuan edgy kalis mardiasih mojok.co
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Akhir-akhir ini banyak orang di Twitter melempar pertanyaan: Buat kalian yang sudah menikah, gimana caranya kalian tahu kalau he or she’s the one?

Maksudnya, gimana caranya kalian tahu kalau orang yang kalian nikahi itu adalah satu-satunya kayak lagu Dewa 19 gitu, lho.

Trus, baru kemarin banget juga ada orang ngetwit lagi: Kalau seandainya kalian bertemu tulang rusuk atau soulmate kamu setelah menikah, what would you do?

Maksudnya, gimana kalau ternyata orang yang kamu nikahi adalah pilihan salah, yang kamu telat nyadarnya. Terus, ketemu orang yang benernya itu telat.

Ini maksudnya kayak adegan pembuka di film Kabhi Alvida Na Kehna gitu kali. Rani Mukerji yang udah pakai baju pengantin tiba-tiba kabur dulu ke belakang gedung ijab qobul terus ketemu Shah Rukh Khan. 

Di situ, Rani nanya ke Shah Rukh Khan, “Gimana kalau kita nemu cinta sejati justru setelah pernikahan?”

Kalau di film itu sih, jawaban Shah Rukh Khan adalah, “Kamu nggak akan menemukannya kalau nggak mencarinya.”

Alias, menemukan orang lain setelah kamu menikah itu bukan sesuatu yang coincidence. Kamu pasti niat, dan setelah itu ada usaha buat mencarinya.

Saya… setuju sih. Soalnya saya nggak bisa bilang nggak sama Shah Rukh Khan.

Kalau dalam Islam sih rumusnya simpel. Seseorang yang menikah dengan kita, itulah jodoh kita. Terkadang kita menganggapnya sebuah kebetulan untuk berjodoh dengan seseorang. 

Tapi kata Prof Quraish Shihab dalam buku Pengantin Al-Quran, “Kebetulan adalah pandangan/ucapan siapa yang tidak mengetahui, sedang Allah Maha Mengetahui segala sesuatu; sebelum, pada saat, dan sesudah setiap kejadian, besar atau kecil. Pengaturan Allah sudah selalu sesuai dengan ilmu-Nya Allah.”

Jadi, kenapa ada jodoh yang kemudian bercerai? Ya karena jodoh ternyata tak harus sehidup semati. Ada jodoh yang memang tak langgeng, mesti berpisah demi kebaikan, agar bisa mendapat jodoh baru yang lebih membawa kebaikan dalam fase hidup yang selanjutnya.

Tapi, begini. Saya pernah ada dalam dua posisi itu, baik merasa nggak yakin dengan seseorang dan merasa yakin dengan seseorang. Perasaan yakin yang terakhir, setidaknya membuat saya akhirnya menikah dengan suami saya yang sekarang. 

Setelah membandingkan dua perasaan tersebut, saya sampai pada kesimpulan bahwa seperti keputusan-keputusan lain yang kamu ambil dalam hidup, keputusanmu untuk memilih seseorang sesungguhnya sangat bisa dirasionalisasi.

Saat pernah merasa tidak yakin dengan seseorang, dalam diri saya timbul banyak kecemasan. Saya cemas akan hari-hari yang akan datang. Saya cemas jika dia tidak menyetujui banyak pilihan yang saya ambil. 

Saya cemas jika pilihan-pilihan saya digugat. Saya cemas jika dia dapat melakukan agresi untuk menyetop pikiran-pikiran saya dan menggagalkan pilihan-pilihan saya.

Saat itu, kecemasan saya bukan asumsi. Dalam banyak waktu, saya berusaha keras untuk mengkomunikasikan hal tersebut. Biar lebih jelas, saya coba beri contoh usaha untuk mengubah asumsi menjadi fakta itu.

Situasi 1: saya diterima sebagai editor di sebuah penerbitan buku agama yang tokoh ulamanya kontroversial. 

Lalu, saya bertanya kepadanya, “Bolehkah saya mengambil pekerjaan itu? Lokasi kantornya di Pondok Cabe. Tidak terlalu jauh dari rumah tinggal yang kita rencanakan. Saya niatkan pekerjaan ini untuk belajar. Jika tak nyaman, saya akan keluar.”

Dia tidak menjawab.

Situasi 2: saya sedang ada dalam kondisi writers’ block padahal tenggat pekerjaan semakin dekat. Saya mengeluh kepadanya, “Aduh… nulis apa lagi ya, pusing banget, huhu.”

Dia lalu menjawab, “Udahlah nggak usah nulis mulu. Toh nanti yang cari nafkah juga aku.”

Belakangan, saya belajar kalau jawaban dia yang terakhir itu namanya gaslight. 

Saya sedang pusing, saya lelah dan mengeluhkan pekerjaan. Tapi, kondisi dan perasaan saya itu tidak divalidasi dan justru dijawab dengan masculinity complex dari dirinya.

Ketidakjelasan demi ketidakjelasan itulah yang membentuk kecemasan saya, yang kemudian berujung kepada perasaan tidak yakin dan berkeputusan untuk meninggalkannya.

Saat berusaha mengenal pasangan saya yang sekarang, ternyata situasi mencekam seperti di atas tidak pernah terjadi.

Saya menyampaikan keinginan-keinginan saya, dia bersedia untuk mendukung.

Saya menyampaikan bagaimana jika begini, bagaimana jika begitu, dia menyatakan bahwa dia tidak keberatan.

Clear. Terjawab.

Tentu saja tak selalu mudah. Saya beri contoh yang tak mudah itu juga agar berimbang.

Situasi: pasangan saya mulai mencemaskan pekerjaan saya yang berpindah-pindah kota dalam waktu yang berminggu-minggu. Ia cemas, bagaimana jika kelak sudah menikah, kami akan kekurangan waktu untuk bersama-sama.

Dia bahkan bilang, saya bukan laki-laki yang cukup siap untuk ditinggal istri LDR bertahun-tahun untuk studi di luar negeri.

Kami mendiskusikan masalah tersebut. Sampai akhirnya, menyepakati sebuah solusi, yakni setiap kali keluar kota, batas waktu pergi adalah satu minggu. Setelah satu minggu, saya mesti pulang dulu minimal dua hari. Setelah ada di rumah sejenak, saya boleh pergi untuk pekerjaan yang selanjutnya.

Apakah kesepakatan itu terlaksana? Kenyataannya tak selalu tepat. Setelah menikah, terkadang saya tetap memfasilitasi pelatihan di luar Jawa lebih dari satu minggu. 

Dan ternyata, pasangan saya juga kini lebih gembira ketika saya sedang pergi, karena artinya ia bisa jajan bebek goreng kesukaannya. Masalahnya, kalau ada saya, dia susah jajan karena saya bilang jangan boros-boros.

Namun setidaknya, untuk saat itu, kesepakatan-kesepakatan yang selalu punya jawaban membuat saya yakin untuk punya keputusan. Komunikasi efektif pada masa perkenalan dengan calon pasangan dapat meminimalisasi kecemasan yang hadir sebelum pernikahan.

Modal penting untuk menambah keyakinan adalah menyampaikan prinsip atau nilai yang kamu hormati kepadanya untuk mencari tahu apakah ia bisa menerima nilai tersebut. 

Saya, misalnya, menyampaikan kepadanya perihal nilai kesetaraan manusia yang saya yakini. Saya menyampaikan bahwa saya tidak bisa menerima pandangan atau sikap diskriminasi atas nama agama, abilitas, kelas sosial maupun gender.

Dia menerima. Dan bersepakat untuk saling belajar bersama jika ada hal yang tak cukup kami mengerti.

Di hadapan penghulu dan wali, saya menikah dengan perasaan yakin. Tak ada keraguan atau kecemasan seperti Rani Mukerji pada film Kabhi Alvida Na Kehna. Meski begitu, tentu saja perasaan yakin itu tetap saya hantarkan dengan doa serta tekad untuk selalu merawat hubungan pernikahan ini dengan sebaik-baiknya.

Jadi, seberapa yakin kamu dengan pasanganmu yang sekarang?


Kamu bisa baca kolom Kelas-Kalis lainnya di sini. Rutin diisi oleh Kalis Mardiasih, tayang saban hari Minggu.

Terakhir diperbarui pada 23 Mei 2021 oleh

Tags: cinta sejatiFilm IndiaKelas KalisNikahpernikahansakh rukh khan
Iklan
Kalis Mardiasih

Kalis Mardiasih

Artikel Terkait

Kapankah Saat yang Tepat untuk Putus Cinta? | Semenjana Eps. 6
Movi

Kapankah Saat yang Tepat untuk Putus Cinta? | Semenjana Eps. 6

3 Maret 2025
Menentukan Waktu yang Tepat untuk Menikah | Semenjana Eps. 4
Movi

Menentukan Waktu yang Tepat untuk Menikah | Semenjana Eps. 4

24 Februari 2025
Serumah dengan Ibu Mertua Bak Neraka. MOJOK.CO
Ragam

Pengakuan Pasangan yang Nekat Menikah Meski Weton Tak Cocok, Rumah Tangga Aman dan Baik-baik Saja Tuh!

6 Maret 2024
Cerita Mahasiswa Jatim Rela Melepas UGM Demi Masuk Jurusan Kependidikan di UNY, Menyesal Kemudian karena Dapat UKT Selangit dan Lingkungan Kuliah Toksik.mojok.co
Kampus

Cerita Mahasiswa UM Malang Nyaris Gagal Nikah Gara-gara Wisuda Mundur Hampir Setahun, Ada yang Rugi Jutaan Rupiah

29 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tukang parkir (jukir) liar di Surabaya bikin repot, tak seperti di Jogja MOJOK.CO

Jukir di Surabaya Bisa Ngajak Ribut dan Bikin Repot karena Uang Rp2 Ribu, Tukang Parkir Jogja Lain Cerita

15 Juni 2025
Belajar Bahasa Inggris Cocok untuk Atlet Brain Rot kayak Kamu MOJOK.CO

Belajar Bahasa Inggris Adalah Tahap Awal untuk Memanusiakan Diri bagi Atlet Brain Rot seperti Saya

10 Juni 2025
Upaya mahasiswa dapat beasiswa s2 dari dosen Unair. MOJOK.CO

Gelar Sarjana Akuntansi Tak Guna, Akhirnya Pilih Kuliah S2 dan Nekat Cari Beasiswa dari “Ordal” dengan Harapan Kerja di Perusahaan Besar

11 Juni 2025
KA Airlangga, kereta murah, surabaya.MOJOK.CO

Coba-coba Naik KA Airlangga Jakarta-Surabaya: Bahagia Tiketnya Cuma Seharga 2 Porsi Pecel Lele, tapi Berujung Tak Tega sama Penumpangnya

12 Juni 2025
kuliah di ugm.MOJOK.CO

4 Tahun Pura-pura Jadi Mahasiswa UGM demi Bahagiakan Ortu, padahal Kuliah di Kampus Tak Terkenal Jogja

10 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.