Klaim Konyol Kalung Anti-Corona dari Peneliti Gatal Publikasi dan Media yang Tak Peduli - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Beranda Esai

Klaim Konyol Kalung Anti-Corona dari Peneliti Gatal Publikasi dan Media yang Tak Peduli

Hasanudin Abdurakhman oleh Hasanudin Abdurakhman
10 Juli 2020
0
A A
Klaim Konyol Kalung Anti-Corona dari Peneliti Gatal Publikasi dan Media yang Tak Peduli

Klaim Konyol Kalung Anti-Corona dari Peneliti Gatal Publikasi dan Media yang Tak Peduli

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Hasil riset para peneliti di Kementan soal kalung anti-corona sebenarnya masih sangat jauh dari tahap untuk dipublikasikan. Buru-buru itu emang rentan sih.

Kalung yang diklaim sebagai obat antivirus corona yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbang Kementan) membuat heboh. Pembuatnya pada awalnya mengklaim kalung itu punya khasiat menangkal virus corona.

Tentu saja itu klaim konyol. Bahkan orang awam pun sulit menerima klaim itu. Setelah mendapat cemoohan kiri-kanan, kini tingkat klaimnya diturunkan, menjadi sekadar aksesori kesehatan saja.

Apa sih yang diteliti oleh para peneliti Kementan itu? Menurut keterangan pers dari penelitinya, yang dilakukan adalah penelitian in vitro.

Apa itu? Ini adalah penelitian yang dilakukan terhadap bagian dari benda hidup, biasanya berupa jaringan atau sel. Bagian dari benda hidup ini dilepaskan dari tubuh induknya. Dalam bahasa ilmiahnya, di luar konteks biologis normal. Intinya, bahan yang dipakai diambil sarinya, kemudian diujikan pada sel, lalu dilihat efeknya.

Apa hasil yang diharapkan dari penelitian in vitro?

Baca Juga:

pejabat diy maen ketoprak mojok.co

Para Pejabat Bermain Ketoprak, Ribuan Warga Padati Titik Nol

5 Desember 2022
Kendaraan Pelat RF Sering Dikeluhkan, Siapa yang Bisa Menggunakan? mojok.co

Kendaraan Pelat RF Sering Dikeluhkan, Siapa yang Bisa Menggunakan?

1 November 2022

Ini adalah cara untuk melakukan kajian awal, penyederhanaan terhadap sistem biologi yang kompleks. Tujuannya adalah untuk melakukan pengujian awal, sebelum dilanjutkan ke tahap yang lebih serius, rumit, dan tentu saja memakan biaya. Para peneliti biologi tentunya paham bahwa hasil penelitian ini tidak dijamin akurat untuk menggambarkan efek sesuatu terhadap sistem biologis.

Dalam konteks penelitian untuk pengembangan obat, penelitian in vitro adalah langkah awal, tujuan utamanya untuk memilih kandidat bahan kimia (calon obat) yang akan dipakai. Dari situ ada proses yang sangat panjang sampai bahan tersebut siap duji secara klinis. Uji klinis ini artinya diuji ke tubuh manusia hidup, untuk dikaji khasiatnya. Uji klinis ini pun sangat panjang.

Artinya, hasil riset para peneliti di Kementan tadi masih sangat dan sangat jauh dari tahap yang membuat mereka bisa mengklaim khasiatnya.

Saya kira mereka, para peneliti yang bergelar doktor itu, sudah paham betul soal itu. Anehnya, mereka langsung meloncat ke tahap paling ujung, yaitu membuat produk dan siap memasarkannya.

Apa yang sedang terjadi? Dalam hal ini saya hanya bisa menduga. Ini adalah tekanan dari ambisi politik dari pejabat di atas, yang ingin menunjukkan sesuatu kepada atasan maupun khalayak.

Terlepas dari soal spekulasi tekanan politik itu, saya melihat para peneliti kita memang gatal publikasi. Gatal yang tidak pada tempatnya. Peneliti memang harus mempublikasikan hasil risetnya. Tapi bukan dengan cara konferensi pers atau bikin press release. Mereka harus mempublikasikannya di jurnal ilmiah.

Di jurnal ilmiah itu ada para ahli yang akan menilai apakah hasil yang diperoleh itu sahih atau tidak, lalu menetapkan apakah hasil itu layak diumumkan kepada khalayak atau tidak. Dalam hal ini khalayaknya adalah khalayak terbatas, yaitu kalangan peneliti di bidang tersebut. Para pembaca ini pun akan menilai kesahihan hasil penelitian tersebut.

Kalau ada dari hasil riset itu yang layak diketahui orang awam, biasanya pihak pengelola jurnal ilmiah mempublikasikannya secara populer melalui media sains populer. Para editor di media itu mengemasnya dalam bahasa awam yang mudah dipahami dan menarik perhatian orang awam. Tapi substansi informasinya sahih.

Masalah pada kasus kalung Kementan ini, para penelitinya langsung mengumumkan ke media umum. Para pekerja di media umum sekarang adalah para tukang sambar. Apapun yang bisa bikin heboh akan mereka publikasikan.

Gatal publikasi ini tidak hanya diderita oleh peneliti Kementan tadi. Banyak peneliti lain yang membuat klaim-klaim heboh di media massa, baik media cetak, elektronik, maupun media daring. Ada yang mengaku menemukan teknologi 4G, memecahkan persamaan yang ratusan tahun tidak terpecahkan, menyembuhkan kanker, dicalonkan sebagai penerima Hadiah Nobel, dan sebagainya.

Media kita diisi oleh para wartawan yang kurang peduli. Mereka enggan menilai dulu apakah suatu klaim itu sahih atau tidak. Mereka juga tidak peduli apakah informasi yang disampaikan itu benar atau tidak. Yang penting ada sumbernya. Titik.

Hal yang terjadi kemudian penyebaran informasi tak akurat terjadi. Bersumber dari orang pintar yang gatal ingin populer, disebarkan oleh awak media yang tak paham, disambut dengan bergairah oleh orang-orang yang tak paham pula.

Saya tidak ingin melulu menyalahkan para peneliti. Apalagi peneliti yang bekerja di kementerian. Bagi orang pemerintah, tulisan di jurnal ilmiah itu sering kali dianggap sampah belaka, tidak ada maknanya.

Kita sering mendengar cemoohan terhadap hasil riset, yang katanya hanya menghasilkan tumpukan kertas. Orang-orang di atas sana ingin penelitian itu menghasilkan produk, yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Atau setidaknya bisa dipamerkan oleh menterinya.

Pada awal masa pemerintahan Jokowi saya sempat berkomunikasi dengan Menristek. Ucapan dia mencerminkan mentalitas tadi.

“Kita harus dorong hilirisasi hasil-hasil riset. Hanya riset-riset yang akan menghasilkan produk nyata yang akan kita biayai,” katanya bersemangat. Lima tahun bekerja, entah apa yang sudah dibawa oleh menteri itu ke hilir.

Fenomena ini terus berulang. Ini menyedihkan. Ini menggambarkan keadaan yang sebenarnya memalukan.

Apa yang tergambar di sini?

Pertama, para peneliti kita minim prestasi, sehingga bila ada hal kecil saja yang mereka hasilkan, mereka gatal untuk mempublikasikannya. Kedua, media yang diisi oleh orang-orang yang tak peduli dalam memilah informasi yang sahih dan tak sahih, khususnya terkait sains.

Ketiga, pejabat negara yang minim prestasi sehingga gatal untuk membuat klaim. Keempat, pejabat negara yang tak paham seluk beluk riset, termasuk pejabat yang mengelola kebijakan riset. Kelima, rakyat seperti kita yang rendah literasi sehingga gampang percaya dengan informasi tak akurat.

BACA JUGA 3 Fitur Tersembunyi Kalung Anti-Corona yang Terlalu Diremehkan Banyak Orang atau tulisan Kang Hasanudin Abdurakhman lainnya.

Terakhir diperbarui pada 10 Juli 2020 oleh

Tags: coronakalung coronakementanMediapejabat
Hasanudin Abdurakhman

Hasanudin Abdurakhman

Artikel Terkait

pejabat diy maen ketoprak mojok.co
Hiburan

Para Pejabat Bermain Ketoprak, Ribuan Warga Padati Titik Nol

5 Desember 2022
Kendaraan Pelat RF Sering Dikeluhkan, Siapa yang Bisa Menggunakan? mojok.co
Hukum

Kendaraan Pelat RF Sering Dikeluhkan, Siapa yang Bisa Menggunakan?

1 November 2022
penjabat mundur mojok.co
Politik

Deretan Pejabat Indonesia yang Mundur karena Merasa Gagal

7 Oktober 2022
mie sorgum mojok.co
Ekonomi

Indofood Bakal Bikin Mie Instan dari Sorgum Pengganti Gandum Impor

14 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Kenapa Kiai Kholil Tak Selalu Komplet Ikut Yasinan dan Tahlilan 7 Hari?

Kenapa Kiai Kholil Tak Selalu Komplet Ikut Yasinan dan Tahlilan 7 Hari?

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak yang Dihujat Warganet - MOJOK.CO

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet

24 Januari 2023
PO Haryanto Bikin Perjalanan Cikarang Jogja Jadi Menyenangkan MOJOK.CO

PO Haryanto Sultan Bantul Bikin Perjalanan Cikarang-Jogja Jadi Sangat Menyenangkan

27 Januari 2023
Klaim Konyol Kalung Anti-Corona dari Peneliti Gatal Publikasi dan Media yang Tak Peduli

Klaim Konyol Kalung Anti-Corona dari Peneliti Gatal Publikasi dan Media yang Tak Peduli

10 Juli 2020
Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU / satu abad yang Gini-gini Aja MOJOK.CO

Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU yang Gini-gini Aja

28 Januari 2023
Suara Hati Petani di Gunungkidul Karena Monyet yang Marah Kena JJLS

Suara Hati Petani di Gunungkidul karena Monyet yang Marah Kena JJLS

26 Januari 2023
warung madura mojok.co

Tiga Barang Paling Laris di Warung Madura Menurut Penjualnya

27 Januari 2023
kecamatan di sleman mojok.co

5 Kecamatan Paling Sepi di Sleman yang Cocok untuk Pensiun

27 Januari 2023

Terbaru

jumat curhat mojok.co

Polda dan Polres Gelar ‘Jumat Curhat’ untuk Wadah Uneg-uneg Warga

1 Februari 2023
remaja ktd sumedang

Siswi di Sumedang yang Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan Boleh Kembali Sekolah

1 Februari 2023
500 Triliun Anggaran Kemiskinan Cuma Dipakai Rapat dan Studi Banding Doang?

500 Triliun Anggaran Kemiskinan Cuma Dipakai Rapat dan Studi Banding Doang?

1 Februari 2023
kemiskinan di diy mojok.co

Pakar UGM Mempertanyakan Garis Kemiskinan di DIY

1 Februari 2023
wali kota semarang

Wali Kota Perempuan Pertama Kota Semarang Langsung Dapat PR dari Megawati

1 Februari 2023
awal bulan puasa mojok.co

Muhammadiyah Tetapkan Awal Bulan Puasa 23 Maret, Bagaimana Cara Penentuannya?

1 Februari 2023
bacaleg pks

PKS Terima Bacaleg Non-Kader, Banyak Juga yang Non-Muslim

1 Februari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In