Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Sudah Administrasinya Ribet dan Sulit, Beasiswa KJP Seringnya Juga Nggak Tepat Sasaran. Pemkot DKI Perlu Belajar Dari Leasing Motor

Ifana Dewi oleh Ifana Dewi
3 September 2025
A A
KJP Nyatanya Busuk, Salah Sasaran, Rentan Manipulasi MOJOK.CO

Ilustrasi KJP Nyatanya Busuk, Salah Sasaran, Rentan Manipulasi. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sudah administrasi KJP berbelit dan sarat pungli, ditambah salah sasaran pula

Sebenarnya, tak hanya Pemkot Jakarta, sistem berbelit dan menyusahkan warga, sudah menjadi ikon birokrasi Indonesia. Bayangkan, untuk mengurus satu surat keterangan miskin, warga harus pontang-panting dari RT ke RW, lalu ke kelurahan, hingga TU sekolah. 

Sudah begitu, di setiap meja, selalu ada dalih “sumbangan perawatan”. Nominalnya bukan lagi puluhan ribu, melainkan hingga ratusan ribu. Ironisnya, sudah mengeluarkan uang banyak, hasil akhirnya masih gagal juga. 

Selain birokrasi KJP yang ribet dan sarat pungli, kriteria penerima bantuannya juga masih bias. Malah jauh dari kata adil. Pasalnya, data yang dijadikan pertimbangan layak tidaknya penerima bantuan, hanyalah aset kepemilikan rumah dan besar listrik. Mereka melewatkan pertimbangan kondisi ekonomi riil. Padahal, itulah pertimbangan yang paling fundamental. Eh, malah diabaikan. 

Dilema orang mampu yang tak lagi mampu 

Asal kalian tahu, ada banyak keluarga Jakarta yang tiba-tiba jatuh miskin. Misalnya seperti sumber sandang pangan keluarga hilang, usaha gulung tikar, bahkan kepala keluarganya kena PHK. Karena kondisi tak terduga inilah yang bikin mereka mendadak terjerembab dalam badai kemiskinan.

Nah, masalahnya, kalau hanya aset rumah dan besar listrik yang menjadi ukuran penerima KJP, ada banyak anak dari keluarga seperti ini yang otomatis terdiskualifikasi. Termasuk keluarga saya. Di atas kertas, kami memang terlihat “mampu”, padahal kenyataannya kontras dengan itu. Lantaran kriteria itu, bantuan yang kami ajukan selalu tertolak.

Bagi saya, jelas ini tidak adil. Bukan apa. Pasalnya, kondisi seperti ini menciptakan beban ganda. Saat kawan-kawan sebaya fokus belajar dan asyik bermain, saya dan kakak saya justru pontang panting mencari penghidupan. Alhasil, sekolah sambil kerja jadi rutinitas bagi kami. 

Ironisnya, di sisi lain, ketidakadilan ini bertambah jauh saya alami ketika saya melihat banyak keluarga yang relatif mapan, justru lolos administrasi KJP hanya karena pandai manipulasi.

Dan yang lebih bikin mangkel lagi, bantuan yang seharusnya untuk menunjang pendidikan, malah dipakai buat memenuhi gaya hidup. Mungkin pembaca Mojok juga sering mendapati pemandangan seperti ini.

Pemkot Jakarta perlu belajar dari leasing motor 

Kalau soal birokrasi yang ribet, Pemkot Jakarta harusnya malu. Satpam BCA saja bisa melayani nasabah like a queen. Dan kalau soal verifikasi penerima bantuan, coba deh Pemkot Jakarta berguru sama leasing motor. 

Bukan apa. Masalahnya, sistem penerimaan bantuan KJP yang berjalan selama ini, jelas-jelas tidak menyentuh akar permasalahan, yakni keadilan dalam hak pendidikan. 

Menurut saya, perlu adanya sistem verifikasi berbasis kondisi ekonomi riil. Bukan sekadar foto dokumen luas rumah, besar listrik, dan data kaku. Padahal, realitas ekonomi jauh lebih kompleks.  

Sampai sini, leasing motor saja paham, masa para birokrat terhormat nggak paham. Untuk mendapatkan informasi akurat, mereka nggak cuma minta slip gaji, tapi juga turun ke lapangan langsung. Mereka Melakukan wawancara dan melihat kondisi keuangan nasabah dengan jujur. 

Ya memang agak ribet, sih. Tapi kalau leasing motor saja mampu, masa Pemkot nggak? Toh, bukan kalian juga yang nanti turun langsung ke lapangan. Tinggal bikin sistem, ada petugas yang wawancara warga. Selesai. 

Niat baik tak selalu berbuah kebaikan, beberapa malah menyengsarakan 

Bagaimana tidak? Yang awalnya mungkin cuma putus asa karena gagal menerima bantuan, belakangan jadi iri dengki. Apalagi melihat ketidakadilan yang berawal dari kejelekan sistem yang pelaksanaanya masih banyak celah. 

Iklan

KJP seharusnya benar-benar jadi jaring pengaman pendidikan, bukan sekadar formalitas bantuan. Dan semoga keresahan saya bisa sampai ke telinga para wakil rakyat terhormat. Administrasi dipermudah, kriteria penerima harus diperbaiki, dan yang paling penting, transparansi harus dijalankan.

Penulis: Ifana Dewi

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 6 Beasiswa yang Sebaiknya Dihindari Mahasiswa karena Berpotensi Menjebak dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 4 September 2025 oleh

Tags: bantuan KJPbeasiswakartu jakarta pintarKJPKJP pendidikankjp salah sasaransyarat menerima KJP
Ifana Dewi

Ifana Dewi

Hamba amatir, suka ngopi.

Artikel Terkait

Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO
Sosok

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Kisah mahassiwa beasiswa KIP Kuliah Aliya Eka Lestiyanti, ibu meninggal kala ia masih berjuang, sampai akhirnya jadi harapan keluarga usai jadi sarjana cumlaude MOJOK.CO
Kampus

Ibu Meninggal kala Saya Masih Berjuang, Jadi Titik Terendah Hidup tapi Bangkit demi Jadi Sarjana Pertama Keluarga

3 November 2025
mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah ISI Jogja dihujat. MOJOK.CO
Kampus

Mahasiswa Penerima Beasiswa KIP Kuliah ISI Jogja Dihujat karena Flexing dan Dianggap Glamor, padahal Hidupnya Nelangsa

30 Oktober 2025
Kerja keras bawa Annes kuliah di Universitas Brawijaya (UB) Malang gratis hingga kerja sebelum wisuda MOJOK.CO
Kampus

Universitas Brawijaya (UB) Bawa Saya Kuliah Tanpa Biaya, Bisa Kerja Sebelum Wisuda buat Tebus Masa-masa Berat Sekolah Sambil Kerja Sejak Remaja

15 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.