Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Bermacam Cara Orang Minta Jatah Uang untuk Lebaran

Puthut EA oleh Puthut EA
5 Juni 2018
0
A A
KEPALA SUKU-MOJOK

KEPALA SUKU-MOJOK

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Orang itu macam-macam kepribadiannya, termasuk juga dengan macam-macam cara orang minta jatah untuk Lebaran.

Sekira dua tahun lalu, ada seorang tokoh muda yang (sok) radikal menyerang saya dan Mojok melalui media sosial. Saya hanya diam saja. Bukan karena bijak, tapi karena saking jijiknya.

Pasalnya sederhana. Dia yang kebetulan mengelola sebuah situsweb bersama beberapa orang temannya itu pernah meminta bantuan saya lewat dua orang sahabat. Permintaannya sebetulnya mulia, hanya saja tidak tepat. Saya diminta untuk mencarikan pembiayaan buat situswebnya.

Sebagai orang yang mengelola Mojok saja, saya sendiri juga kerap menghadapi kendala finansial waktu itu, tentu saja permintaan tersebut tidak bisa saya penuhi. Dan saya jawab baik-baik lewat kedua sahabat saya itu, karena saya memang tak kenal yang bersangkutan. Hanya kenal nama dan membaca beberapa kali tulisannya di media sosial.

Eh, kurang dari dua bulan semenjak kejadian itu, mendadak orang ini seperti kesetanan menyerang Mojok dan saya. Saya ingat persis hal itu, karena dilakukan pada bulan puasa seperti ini.

Banyak orang bertanya kepada saya kenapa saya tidak membalas. Jujur saja waktu itu saya tidak mengerti bagaimana menjelaskannya. Saya tidak kenal, dia habis minta bantuan saya, dan tidak ada hujan atau angin tiba-tiba menyerang Mojok dan saya. Terlebih, dia membungkus diri dengan cap aktivis. Jujur saja, saya jadi jijik.

Bahkan sampai dua sahabat saya, satu dari Bandung dan satu dari Kudus, akhirnya sampai datang ke Yogya sambil meminta maaf kepada saya karena sempat menyampaikan permintaan bantuan, yang menurut mereka, kadar orang itu sudah sampai taraf: sakit jiwa. Saya hanya tertawa saja. Ya memang hidup ini beginilah. Macam-macam saja kejadiannya. Aneh-aneh.

Tapi harus diakui, dari peristiwa itu pengalaman saya jadi bertambah. Ada orang yang di media sosial tampak sangat alim, intelektual, kritis, tapi punya bakat sakit jiwa. Ya, tentu saja karena media sosial selalu bisa membungkus orang dengan aneka macam topeng. Makanya tak heran pula jika banyak penipuan mudah terjadi melalui media sosial.

Saya mengingat kembali kejadian tersebut, karena hari ini mendadak seorang teman curhat. Di ceritanya, ada temannya yang tak pernah datang saat dia sakit, tak pernah bersilaturahmi, lalu beberapa hari ini kasih jempol dan komentar di Facebooknya, dan tiba-tiba bilang, “Bos, bentar lagi Lebaran, mana THR-nya nih?”

Teman saya ini orang baik. Dia tidak sembarangan curhat. Mungkin saking baiknya, dia tidak pernah bisa mengerti kenapa ada orang yang punya kelakuan seperti itu.

Saya yang lebih paham akan polah manusia, karena banyak gaul dan berhubungan dengan banyak tipe orang, tertawa ngakak. “Sudah gitu saja kamu pikir. Kalau kamu punya uang kasih. Kalau tidak, ya enggak usah. Itu hal biasa menjelang Lebaran gini…”

“Ini bukan soal aku punya uang atau tidak. Ini soal aku tidak tahu bagaimana bisa ada orang yang punya kelakuan kayak gitu…” jawabnya dengan nada terheran-heran. Begitulah kalau hidupnya terlalu lurus-lurus saja. Gumunan.

“Kayak gitu itu masih biasa. Coba biasakan menerima hal aneh begituan dalam hidup ini. Dunia ini lengkap dengan keganjilan dan keanehan. Kamu tak perlu berlebihan…”

Setelah itu, saya beri dia beberapa hal yang biasa dilakukan orang untuk tiba-tiba meminta jatah uang Lebaran sekalipun tak akrab benar.

Pertama, mirip yang dilakukan temannya. Tiba-tiba kerap nongol di media sosial memberi respons. Lalu mengirim pesan yang isinya langsung, dalam bahasa Tukul: “tunjebpoin”.

Kedua, biasanya menyapa lewat inboks atau pesan pendek, lalu mengabarkan dirinya sedang dalam kekacauan ekonomi. Curhatlah. Masalahnya adalah kenapa curhatnya sama kita, orang yang tak begitu dekat dengan dia. Tentu saja karena memang itu hanya pengantar saja sebelum meminta uang untuk Lebaran.

Ketiga, dia akan pamer status sedang menderita di media sosial. Baik direspons atau tidak, itu sudah dianggap cukup sebagai prolog meminta: “Kamu kan tahu kalau aku habis tertipu, seperti yang kuceritakan di Facebook…” dan tahu sendiri terusannya.

Keempat, tiba-tiba dia memuji-muji kita. Bahkan terkesan berlebihan. “Hanya kamu lho, temanku yang sukses tapi rendah hati…” atau “Aku lihat ide-idemu itu brilian, kamu sangat cerdas…” dan yak, seterusnya akan mengarah ke hal seperti yang bisa kita duga.

Ketika diminta saran oleh teman saya, apakah baiknya dia memberi uang atau tidak, saya bingung. Kalau diberi, sebetulnya itu mengkhianati hati nurani. Karena bagi banyak orang, itu hal yang menjengkelkan. Dan pola seperti itu bisa berulang. Tapi kalau tidak diberi, kadang pikiran pragmatis yang bekerja: ah daripada bikin ribet dan repot dijapri terus-menerus.

Saya tak bisa memberi saran apa-apa. Itu tergantung kepribadian kita juga. Kalau saya sih biasanya tidak saya jawab. Atau kadang saya kasih pas memang punya uang berlebih, hanya saja tak perlu banyak-banyak. Cukuplah untuk membeli seekor ayam dan beberapa bungkus rokok di saat Lebaran. Sebab persoalannya kan memang orang macam itu menjengkelkan, tapi bisa jadi dia memang sedang kesulitan.

Kecuali kalau kayak pembukaan cerita di atas. Selain saya gak kenal, masa diminta membiayai situswebnya. Ya tak mungkin saya kasih. Tapi untung juga tidak saya kasih. Kalau saya kasih, sampai sekarang mungkin saya tak tahu kalau dia punya kepribadian yang menjijikkan seperti itu.

Terakhir diperbarui pada 5 Juni 2018 oleh

Tags: FacebookkudusLebaranmedia sosialMojokPuthut EASituswebuang
Iklan
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Brain Rot karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok.MOJOK.CO
Mendalam

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Pembusukan Otak karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok

3 Juli 2025
BLDF beri bantuan alat pembakaran sampah (insinerator) ramah lingkungan untuk dua desa di Kudus MOJOK.CO
Aktual

Membakar Sampah Residu dengan Tetap Ramah Lingkungan Ala Kudus, Biar Tak Numpuk di TPA

24 Juni 2025
Tongseng enthog Pak Badi Kudus, kuliner enak dari Kudus.
Kuliner

Tongseng Enthog Pak Badi Kudus, Kuliner Warisan Bapak untuk Anak yang Suka Touring

13 Mei 2025
Perempuan Muda Kudus Penyambung Aspirasi Akar Rumput melalui Konten TikTok.MOJOK.CO
Sosok

Bellinda Birton, Pemimpin Muda Penyambung Aspirasi Masyarakat Kudus Lewat Konten TikTok

28 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Repotnya KKN dengan mahasiswa kaya MOJOK.CO

Repotnya KKN Bareng Mahasiswa Kaya: Sibuk Rebahan dan Main HP, Enggan Bergaul Malah “Rendahkan” Kehidupan Warga Desa

8 Juli 2025
Pemerintah Kota Yogyakarta tambah Tempat Khusus Merokok demi wujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Malioboro MOJOK.CO

Jangan Lagi Merokok Sembarangan di Malioboro karena Tersedia Banyak Tempat Khusus Merokok, Ada Spot Enjoy untuk Nikmati Suasana Jalan

3 Juli 2025
Magelang Bikin Saya Gagal Diet karena Terlalu Banyak Makanan Enak

Magelang Bikin Saya Gagal Diet karena Terlalu Banyak Makanan Enak

7 Juli 2025
Rosalia Indah First Class, Agra Mas.MOJOK.CO

Rosalia Indah Menjual Kemewahan, Bukan Rasa Aman. Sementara Agra Mas Sebaliknya, Fasilitas Sederhana tapi Keamanan Juara

4 Juli 2025
12 Tahun Menyeduh Rasa di Klink Kopi, Menjadi Usaha Kecil yang Diam-diam Mengubah Hidup

Klink Kopi: 12 Tahun Usaha Kecil yang Diam-diam Mengubah Hidup

5 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.