Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Jangan Memaksa Anak untuk Suka Membaca, Nanti Mereka Takut

Eka Kurniawan oleh Eka Kurniawan
9 Januari 2020
A A
orang tua suka membaca takut buku gemar membaca minat baca anak-anak mendongeng membacakan buku esai eka kurniawan mojok.co

orang tua suka membaca takut buku gemar membaca minat baca anak-anak mendongeng membacakan buku esai eka kurniawan mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Orang tua yang ingin anaknya gemar membaca buku tidak bisa duduk diam dan menunggu tugas itu dilakukan guru-guru sekolah.

Anak saya, 9 tahun, bukan jenis anak yang aktif membaca. Lebih suka nonton YouTube, terutama film kartun dan video how to versi anak-anak (bagaimana membuat slime, bagaimana membuat origami). Saya tak masalah dengan kesenangannya menonton video. Belajar dari buku The Film Club (tentang anak putus sekolah yang kemudian home schooling bersama ayahnya, justru melalui film), saya percaya kegiatan apa pun bisa positif. Yang penting nonton apa pun, orang tua selalu terlibat. Ngobrol.

Meskipun begitu, saya tetap mengusahakan dia terpapar buku. Kalau dia punya inisiatif pengin beli buku, saya belikan. Meskipun saya mulai banyak membaca buku elektronik, perpustakaan buku fisik tetap dipertahankan, semata-mata sebetulnya buat anak. Agar setiap hari, dia melihat terus buku-buku itu. Sesuatu yang tak bisa digantikan oleh buku elektronik.

Barusan, sehabis mandi saya memanggilnya. Saya tanya, “Mau dibacain Lima Sekawan?” Dia mau. Dia selalu mau dibacakan buku. Jadi saya memang harus aktif. Saya sisihkan buku yang sedang saya baca, dan ambil Lima Sekawan, buku ketiga sejauh ini. Dia duduk mendengarkan, dan terkadang kami ngobrol dulu mengikuti alur cerita. Misal saya tanya, “Kenapa George tak mau dipanggil Georgina?” Karena dia sudah mengikuti buku ini (sekali lagi dibacain) dari seri pertama, dia tahu, “Karena George pengin jadi anak laki-laki.” Saya tak perlu menjelaskan panjang-lebar, dia perlahan-lahan memahami keragaman gender.

Tadi dia gantian bertanya. “Apa itu margasatwa?” Kami menemukan kata itu ketika narator menjelaskan tentang Pulau Kirrin. Saya pun menjelaskan, marga itu keluarga, satwa itu hewan. Jadi artinya kelompok hewan-hewan. Ketika salah satu anak di cerita berseru, “Wah, kita bisa seperti Robinson Crusoe.” Saya kembali jeda membaca, bertanya kepadanya, “Kamu tahu siapa Robinson Crusoe?” Dia tahu dan jawab, “Cerita orang yang terdampar di pulau sendirian.” Betul. Dan dari mana dia tahu itu? Dari YouTube. Kalau tak salah dari salah satu episode Doraemon.

Setiap anak unik. Tak semua lahir dengan antusiasme membaca. Untuk anak-anak yang menempatkan membaca bukan di prioritas pertamanya, orang tua harus membantu. Pertama, ya bikin dia akrab dengan buku secara fisik. Kedua, bersedia membacakannya. Tak mudah, memang. Jangankan Lima Sekawan, novel anak yang lebih kontemporer macam Harry Potter aja saya sering tak betah dan tak sabar. Tapi saya mau melakukannya buat anak. Melihat rasa penasaran (curiosity) dia tumbuh, jauh lebih menyenangkan daripada membacanya sendiri. Kita tak bisa menyerahkan urusan ini ke guru-guru di sekolah semata. Ketiga, tentu mengajak ngobrol. Informasi apa pun dari sebuah buku, pakai untuk merangsang pembicaraan.

Saya tahu buku bukan pilihan pertama buat anak saya. Saya tak akan memaksanya, tak boleh membuatnya takut kepada buku. Tak boleh menjadikan buku sebagai beban. Jika dia lebih menikmati buku ketika dibacakan orang tuanya, ya bacakan saja dulu. Saya yakin, dengan bertambahnya usia, dia akan “kangen” sendiri dengan isi buku-buku itu dan memutuskan membacanya sendiri. Demi kesenangan, bukan karena tugas atau kewajiban.

Tulisan menarik tentang membaca untuk kesenangan, sila juga baca tulisan teman saya ini Ade Kumalasari di sini.

BACA JUGA Anak-anak Dijejali Buku Harga Jutaan, si Mamah Referensinya Cuma Felix Siauw atau esai EKA KURNIAWAN lainnya.

Terakhir diperbarui pada 10 Januari 2020 oleh

Tags: anakBukubuku anakmembaca
Eka Kurniawan

Eka Kurniawan

Artikel Terkait

Pesta Literasi Mojok.co
Kilas

Kupas Kreativitas di Era Teknologi, Magdalene.co dan Alitra Gelar Pesta Literasi 5.0

21 November 2025
Pameran buku anak termasuk komik. MOJOK.CO
Ragam

Komikus Era 80-an Akui Sulitnya Membuat Karya di Masa Kini, bahkan Harus Mengamati Lewat Drakor untuk Kembangkan Cerita Anak

15 November 2025
JILF 2025 Mojok.co
Kilas

JILF 2025 Angkat Isu Sastra dan Kemanusiaan

15 November 2025
Anak-anak ikut pameran sastra anak tahun 70an di Jogja. MOJOK.CO
Kilas

Pameran “Petak Umpet Sastra Anak” Mengumpulkan Orang Dewasa yang Rindu dengan Novel Anak Karya Penulis Indonesia

9 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.