ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Bandung yang Mencekam

Arif Utama oleh Arif Utama
24 Agustus 2016
0
A A
Bandung yang Mencekam

Bandung yang Mencekam

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Saya mengingat guyonan Pidi Baiq saat itu untuk menggambarkan sisi lain dari Bandung.

Jadi, waktu itu ayah (panggilan Pidi Baiq) lagi bawa mobil. Orang-orang Bandung di jalan kemudian menyetopnya karena plat B yang tertera di mobil tersebut. Mereka menduga ia bagian dari The Jak. Ayah menjawab: “B kan Bandung, Persib aja belakangnya ‘B’, masa iya, Persid gitu?”

Pidi Baiq bercerita tentang Bandung tahun 2013, setelah kisruh antara dua klub sepak bola antara Jakarta dan Bandung. Jalanan sangat seram, bahkan untuk warga Bandung sendiri. Pemerintah pun, tentu saja, ikutan membabat.

Tak lama kemudian, Bandung juga mengalami perasaan takut yang serupa. Kali ini gara-gara geng motor. Pemerintah Kota bertindak lebih keras kali ini: memberlakukan jam malam.

Saya sempat merasa pusing untuk nonbar saat itu karena semua venue menuruti anjuran untuk tutup setelah jam tengah malam. Atau terkekeh saat Sober, Maja, dan tempat dugem ditutup setelah lewat tengah malam sehingga gadis-gadis cantik harus pulang seperti Cinderella. Bahkan, Indomaret dan Alfamart tutup pada tengah malam.

Anak-anak muda di kota kembang ini marah dan menuntut walikota untuk tak mengekang. Tak sepatutnya menebar teror menjadi kian mencekam.

Kang Emil yang termasyhur itu, mengatakan bahwa kebijakan untuk menggerakkan aparat bukan dairnya. Saya sendiri tak pernah tahu (dan kekurangan data juga) apakah itu benar adanya. Namun yang jelas, kota ini kemudian menjadi aman.

Itu adalah sekelumit dari wajah lainnya kota Bandung. Kota yang didatangi tamu dari negeri lo-gue, dan pelan-pelan mulai terbiasa menggunakan kata lo-gue layaknya orang Jakarta namun tetap menggunakan kata “urang-maneh” kepada sesamanya.

Kota yang, setelah rangkaian kejadian di masa lampau itu, bergerak ke arah yang lebih baik. Kota yang kembali berhasil menyajikan wajah someah warga Bandung, yang dulu sempat terganti dengan ketakutan dan kebencian.

Bandung pada malam hari, pelan-pelan tapi pasti, menjadi aman kembali. Sepasang kekasih bisa berpelukan dan cerita banyak hal saat di jalan di motor sang pacarnya yang berplat ‘B’. Dan begitu pula untuk mereka yang harus lembur di kantornya. Juga terhadap bujang galau dan gadis-cantik-tapi-kesepian bisa mencari jodoh mereka di Maja.

Bandung memang kota yang mudah mencinta–selain Malang, ada kota lain di mana Anda bisa pelukan tanpa harus keringatan di jalanan?–sehingga saat dirasa semua aman, mereka bisa mencinta kota ini lagi.

Kota ini akrab dengan sebutan-sebutan indah ini: orang-orang Belanda menyamakannya dengan Paris sehingga disebut “Paris van Java”, orang-orang kota ini mudah menemukan bunga dengan harga murah sehingga cinta bertebaran di “Kota Kembang”.

Kota ini juga, baru-baru mendaku sebagai kota yang ramah terhadap HAM. Setelah kesuksesan luar biasa Konferensi Asia Afrika tengah tahun lalu, di akhir tahun lalu Ridwan Kamil mengatakan inginnya ini.

Ridwan Kamil berhasil membawa ingin dan khayal manusia Bandung terhadap kotanya yang indah itu: bergandengan dengan para pendatang, tapi tetap dengan karakternya sendiri. Lambat laun, dari kebesaran hati orang-orang Bandung menerima para tamu, mereka juga kawin-mawin pikiran dengan orang-orang lain.

Hidup dalam paradigma yang beragam dan tetap menghargai keberagaman. Pemandangan bahwa Lembang macet karena turis juga tak terlalu dirisaukan lagi. Mereka, tanpa mengeluh secara berlebih, mengincar hari-hari kerja untuk pergi ke Lembang.

Bandung kemudian tampak toleran. Tak hanya kehidupan, namun juga kegiatan literasi seperti seminar atau bedah buku. Mulai dari seminar MEA, hingga seminar “Kaya mengimpor produk China” diakomodir oleh Bandung. Pun dengan acara Himpunan Mahasiswa/Badan Eksekutif Mahasiswa/Unit Kegiatan Mahasiswa yang menggiatkan kegiatan literasi ini. Bahkan, dirasa melebihi ekspektasi.

Bandung memberikan pula ruang untuk Aksi Kamisan.

Tak tanggung-tanggung, Ridwan Kamil bahkan menginisiasi Taman Perpustakaan bagi warga Bandung. Ia juga membiarkan mereka berorasi di depan Gedung Sate dalam Aksi Kamisan. Hal tersebut sangat spesial, karena dilaksanakan di ikon kota Bandung. Mencerminkan bahwa Bandung ingin bebas secara pemikiran dan berusaha hidup menjadi kota yang menjunjung tinggi HAM.

Hingga turbulensi kemudian terjadi. Muncul rasa takut kembali. Bandung ingin menjadi ideal namun gagal.

Dalam kegiatan monolog Tan Malaka di IFI Bandung, misalnya, diprotes dan ingin diancam untuk dihentikan secara paksa FPI karena terpancing dengan isu komunis yang sedang panas-panasnya. Ini bukan kali sekian bahwa Bandung mudah terpancing, tentu saja.

Sebelum isu komunis ini menjadi sungguh seksi, sebuah kampus di Bandung membentangkan spanduk anti-LGBT yang diinisiasi oleh mahasiswanya. Sebelumnya lagi, tukang ojek di Bandung ikut sinis seperti orang Jakarta sinis kepada ojek online yang saya tahu dari berita-berita tentang ibukota.

Tampak ikhtiar ini dimunculkan oleh mereka yang cemburu dan tak ingin Bandung berubah. Mereka yang juga menjadi bagian dari Bandung.

Sebagaimana dikutip dari Pikiran Rakyat, seorang panitia pentas mononlog Tan Malaka tersebut menyebutkan bahwa FPI bahkan belum membaca namun sudah ingin menutup acara ini. Aksi ini baru mereda saat Ridwan Kamil mengabarkan bahwa ia akan datang dalam acara tersebut.

Saya sadar sekarang: ini adalah perang. Terutama saat kabar kegiatan literasi lagi-lagi dihentikan. Sialnya, bukan dari warga. Ia datang bagian yang dianggap menjadi representatif dari Pemerintah Bandung sendiri. Dari Kodam SIliwangi.

Yang menyedihkan dari itu adalah rilis yang disebarkan oleh Kodam Siliwangi. Saya betul-betul ngeri bahwa komunitas liteasi seperti Perpustakaan Jalanan bisa disamakan dengan Komunitas Geng Motor dalam bagian “Komunitas lain-lain” yang muncul di rilis tersebut.

Mengkategorikan kegiatan mereka sebagai kegiatan mencurigakan, dan paling mengagetkan, ada kalimat bahwa “sudah lewat waktunya”. Bahkan, sebagaimana yang dilaporkan dari Rimanews, ada aksi pukul di sana.

Apakah itu berarti Bandung kembali ke awal lagi di mana teror dan ketakutan itu muncul?

Setelah saya rasa menahun Bandung telah membaik, saya merasa sedih. Merasa tahun-tahun bahagia rupanya atas kebebasan berekspresi dan keamanan, namun ternyata kota ini kembali lagi ke awal. Tentu sangat mengibakan untuk sebuah kota yang mendaku sebagai Kota HAM.

Setelah sangat jauh berpikir, saya kemudian ingin mengatakan sesuatu kepada Bandung: setelah kawin-mawin pikiran ini, mengapa kini Bandung (pada malam hari) kian mencekam seperti Gotham tanpa Batman?

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: BandungHamkodimperpustakaan jalanan
Iklan
Arif Utama

Arif Utama

Artikel Terkait

Jadi siswa pintar semasa SMA, semua berubah sejak kuliah jurusan Matematik di kampus Bandung ITB MOJOK.CO
Kampus

Jadi Siswa Pintar Semasa SMA, Saat Kuliah di ITB malah Jadi Tak Ada Apa-apanya

25 Maret 2025
EIGER TAC buka di Jalan Sumatera Bandung MOJOK.CO
Olah Raga

EIGER TAC Pertama di Indonesia Buka di Bandung, Khusus Produk untuk Aktivitas Ekstrem

12 Februari 2025
Derita pekerja asal Bandung, dipecat h-2 gajian MOJOK.CO
Ragam

Keluh Kesah Pekerja di Bandung Punya Bos Banyak Drama, Dipecat H-2 Gajian Gara-gara Abaikan WA Bos yang Tak Masuk Akal

28 Januari 2025
Cerita content creator terjebak bos manipulatif. Gaji di bawah UMR Bandung. Selalu molor pula MOJOK.CO
Ragam

Terjebak Kerja di Startup Nggak Jelas dan Bosnya Manipulatif: Tanya Gaji yang Molor Dibilang Toxic, Mau Resign Dihalangi

10 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Siapa Bilang Tayangan Sinetron Tidak Berguna?

Siapa Bilang Tayangan Sinetron Tidak Berguna?

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengobatan gratis di Candi Borobudur dalam perayaan waisak. MOJOK.CO

Cerita Jemu Memboyong Ibu Usia 102 Tahun untuk Dapat Layanan Pengobatan Gratis di Candi Borobudur

11 Mei 2025
Tongseng enthog Pak Badi Kudus, kuliner enak dari Kudus.

Tongseng Enthog Pak Badi Kudus, Kuliner Warisan Bapak untuk Anak yang Suka Touring

13 Mei 2025
Alumnus PENS, Surabaya lebih suka merantau ke Bandung. MOJOK.CO

Sisi Gelap Bandung yang bikin Resah Perantau Asal Surabaya, padahal Terkenal sebagai Kota Pelajar

14 Mei 2025
Bersyukur jadi lulusan SMK meski diremehkan karena lebih mudah cari kerja ketimbang sarjana MOJOK.CO

Bersyukur Jadi Lulusan SMK meski Diremehkan, Tak Keluar Biaya Besar buat Kuliah tapi Mudah Cari Kerja ketimbang Sarjana yang Banyak Nganggurnya

14 Mei 2025
Penipuan love scam: ngaku-ngaku jadi pilot di luar negeri, berhasil pikat perempuan Lampung hingga poroti puluhan juta MOJOK.CO

Penyesalan Perempuan Lampung, “Tergila-gila” Lelaki yang Ngaku Jadi Pilot di Luar Negeri Berujung Kehilangan Uang Puluhan Juta

7 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.