Bagian yang Hilang Dalam Evolusi Ikhwanul Muslimin Nusantara - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Bagian yang Hilang Dalam Evolusi Ikhwanul Muslimin Nusantara

Miftakhur Risal oleh Miftakhur Risal
6 Maret 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Ikhwanul Muslimin mengambil aneka istilah di tiap negara. Di Tunisa dalam wujud An-Nahdhah, di Turki ada AKP, di Aljazair ada FIS, dan di Indonesia ada PKS.

Simbah Charles Darwin, dalam bukunya The Descent of Man and Selection in Relation to Sex, menyebut manusia berevolusi dari kera. Orang-orang pinter kemudian menyebut ada celah dalam teori ini. Sebab belum ditemukan fosil makhluk “setengah kera-setengah manusia” sebagai bukti dari teori tersebut.

Kan nggak mungkin pakai legenda kera sakti Sun Go Kong ye kan?

Artinya belum ada transisi gradual dari kera ke manusia. Mata rantai yang tak ketemu ini kemudian dikenal dengan istilah missing link atau bagian yang hilang.

Sampai kemudian datanglah simbah Eugene Dubois yang menemukan fosil Phitecantropus Ereksiterus Erectus. Dia percaya, yang selanjutnya diajarkan ke kita-kita, bahwa Phitecantropus adalah bagian yang hilang itu. Berada di tengah-tengah antara manusia dan kera.

Di kemudian hari, pendapat ini mendapat banyak sanggahan. Paling ekstrem tentu saja para penolak teori evolusi. Mereka tidak mau bersaudara dengan primata. Mending dengan sesama tanah. Kendil atau cobek misalnya.

Baca Juga:

deklarasi anies oleh pks

PKS Resmi Mendeklarasikan Anies Baswedan Jadi Capres, Bagaimana Elektabilitasnya? 

25 Februari 2023
bacaleg pks

PKS Terima Bacaleg Non-Kader, Banyak Juga yang Non-Muslim

1 Februari 2023

Meski begitu, pendapat arus utama tetap mengikuti teori dan temuan Dubois. Bahkan sampai masuk ke buku-buku sejarah kita.

Sebentar-sebentar, kok serius banget ya? Jan-jane mau bahas apa ini?

Begini, Lur.

Yang mau saya bahas semata soal missing link. Mata rantai yang hilang itu nampaknya tidak hanya dalam teori evolusi makhluk hidup. Ajaran-ajaran trans-nasional yang masuk ke Indonesia juga berevolusi dan belakangan saya cermati ada mata rantai terputus pula. Khususnya ideologi-ideologi impor.

Saya sendiri masih mencari apa yang hilang dari mata rantai itu. Oleh karena itu, tujuan tulisan ini dibuat agar pembaca Mojok yang budiman sudi turut bersama saya mencarinya. Mumpung weekend masih agak lama.

Menemukan missing link itu penting. Namun menyadarinya ada missing link jauh lebih penting. Bagaimana kita bisa menemukan yang hilang, jika tak pernah sadar pernah kehilangan? Haisyhah.

Saya mau spesifik soal ideologi Ikhwanul Muslimin. Kita ambil contoh soal penyebutan kafir bagi non-Muslim dalam konteks kewarganegaraan. Hasil rekomendasi Bahtsul Masail NU yang belakangan ramai dibahas.

Untuk diketahui pembaca Mojok, Ikhwanul Muslimin mengambil aneka nama dan istilah di tiap negara yang ia hinggapi. Di Tunisa dalam wujud An-Nahdhah, di Turki ada AKP, di Aljazair ada FIS, dan di Indonesia ada PKS. Kemudian beranak lagi jadi Garbi. Kita doakan mudah-mudahan beranak pinak lebih banyak. Tolak KB!

Soal yang belakangan ramai itu, Yusuf Qardhawi (sosok panutan sahabat-sahabat Ikhwanul Muslimin paling fenomenal) mengusulkan dua hal.

Pertama penggantian istilah kafir menjadi non-muslim. Kedua, penggantian istilah ahli dzimmah menjadi warga negara. Ahlu dzimmah sejatinya masih salah satu jenis penggolongan kafir. Sebab itu, perlu diganti dengan warga negara.

Qardhawi mendengar ketidaksukaan kelompok minoritas Kristen Koptik Mesir. Kedua usulan tersebut ada di bukunya, Khitabuna Al Islamy Fi ‘Asr al-‘Aulamah. Menurut Qardhawi, usulan ini sebagai bagian dari dakwah dengan hikmah wal mauidzoh hasanah.

Lalu ada mantan Ikhwanul Muslimin bernama Fahmi Huwaidi yang mengusulkan hal yang sama. Bukunya saja sudah langsung diberi judul Muwathinun La Dzmmiyyun (Warga Negara, Bukan Ahli Dzimmah). Saya katakan mantan Ikhwanul Muslimin, sebab saat nulis itu dia masih simpatisannya.

Sekarang orang-orang masih sering kaitkan Fahmi Huwaidi dengan Ikhwanul Muslimin. Meski kata seorang kawan, tak ada istilah mantan dalam organisasi tersebut. Ada satu lagi sebetulnya yang agak nyerempet namanya Rasyid Ghanausyi di Tunisia. Beliau punya buku Huquq al Muwathanah (Hak Warga Negara). Pendapatnya kurang lebih sama dengan dua ulama sebelumnya.

Jika dua penulis terakhir dianggap murtad dari Ikhwanul Muslimin sebab pemikirannya, masih ada Qardhawi. Rasa-rasanya belum ada yang berani anggap beliau berpikiran liberal dari kalangan Ikhwanul Muslimin.

Mengenai argumen panjang ketiganya, pembaca sekalian bisa googling sendiri. Singkatnya, mereka bukan hanya menerima penggantian penyebutan kafir, tapi bahkan pelopor ide itu. Yang usul mikul. Mereka juga memperjuangkannya sejauh yang mereka bisa.

Oh ya, belum termasuk AKP yang secara kelembagaan (bukan hanya perorangan) menerima sekulerisme di Turki. Sudah barang tentu, nampak lahiriah, berada di kolam berbeda dengan para pejuang khilafah.

Pertanyannya: kok kader-kader Ikhwan di tanah air berbeda nyaris 180 derajat dengan panutannya? Ada apa ini?

Bahkan jika ditarik lebih jauh, selisih paham antara Ikhwanul Muslimin-luar dan Ikhwanul Muslimin-dalam tidak hanya terjadi pada istilah kafir saja. Coba lihat saat Qardhawi terlihat sangat lentur dalam bukunya Fiqh al Lahwi wa at Tarwih (diterjemahkan menjadi Fikih Hiburan), atau buku halal-haram dalam Islam.  Sementara akhi-akhi di bumi pertiwi ini terkesan sebaliknya. Dalam kedua urusan itu: hiburan dan halal-haram.

Apa mungkin mereka hanya mengidolakan Qardhawi tanpa membaca bukunya? Ah, nggak mungkin, lha wong bukunya sudah banyak diterjemahkan.

Yang terlihat justru penampakan yang mirip dengan Salafi-nya Saudi. Dalam menyikapi sejumlah kasus keagamaan, kedua kader sering beririsan. Sering sama plek bahkan. Padahal di level internasional, Ikhwanul Muslimin dan Salafi tidak begitu akur.

Sebab itu saya berkesimpulan ada missing link antara Ikhwanul Muslimin dengan PKS di Indonesia. Titik transisi bertahap, yang sudah mulai terang dalam teori evolusi, nyatanya masih misteri soal ini. Dalam hal transfer pemikiran Ikhwanul Muslimin ke PKS. (Si)apakah sosok tengah-tengah antara manusia dan kera? Nggak mungkin kader militan yang sudah dipecat itu ya kan?

Fenomena apa sebenarnya yang membuat ide dari dunia internasional itu tak terserap dengan baik di level nasional? Seakan-akan Ikwanul Muslimin di luar sana berada di satu lembah, sedang Ikhwanul Muslimin di sini berada di lembah yang lain.

Atau jangan-jangan inilah ciri khas Ikwanul Muslimin versi Nusantara? Di mana ia bukan mazhab baru, hanya corak ke-ikhwan-an dengan bunga-bunga Nusantara yang membuatnya berbeda dengan corak organisasi internasionalnya.

Corak yang akhirnya melahirkan tampilan-tampilan khusus dan berbeda. Ikhwanul Muslimin-nya tetap satu tapi pengamalannya bisa beragam.

Eh, tapi mana bisa gitu? Kan jadi agak-agak mirip sama Islam Nusantara dong?

Terakhir diperbarui pada 6 Maret 2019 oleh

Tags: Evolusi DarwinIkhwanul MusliminIslam NusantaraPKSQardhawi
Miftakhur Risal

Miftakhur Risal

Alumni Islamic Call College Tripoli, Libya. Tinggal di Bantul.

Artikel Terkait

deklarasi anies oleh pks
Kotak Suara

PKS Resmi Mendeklarasikan Anies Baswedan Jadi Capres, Bagaimana Elektabilitasnya? 

25 Februari 2023
bacaleg pks
Kotak Suara

PKS Terima Bacaleg Non-Kader, Banyak Juga yang Non-Muslim

1 Februari 2023
koalisi perubahan
Kotak Suara

PKS Dukung Pencalonan Anies, Koalisi Perubahan Siap Berlayar?

31 Januari 2023
parpol nasdem
Kotak Suara

NasDem Klaim Belum Ada Koalisi Perubahan, Gejala Perpecahan?

27 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Kepala Kena Gerimis Aja Sakit Kepala atau Migrain, Kalau Hujan-hujanan Kok Malah Nggak?

Ngapa Kampanye Kudu Blayer-Blayer?

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Terombang-ambing dalam Keresahan Quarter Life Crisis

Bagian yang Hilang Dalam Evolusi Ikhwanul Muslimin Nusantara

6 Maret 2019
5 Jurusan yang Lulusannya Paling Dicari Perusahaan

5 Jurusan yang Lulusannya Paling Dicari Perusahaan

27 Maret 2023
unpad mojok.co

10 Jurusan Tersepi di UNPAD yang Pendaftarnya Hanya Ratusan

27 Maret 2023
sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
perguruan tinggi muhammadiyah mojok.co

5 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Terbaik di Indonesia

25 Maret 2023
kip mojok.co

Kecewa dengan Mahasiswa Penerima KIP

26 Maret 2023
kampus bumn mojok.co

9 Kampus Milik BUMN di Indonesia, Prospek Lulusannya Bisa Kerja di Perusahaan Plat Merah

29 Maret 2023

Terbaru

anak band jadi politisi

Dari Panggung Musik ke Panggung Politik, Ini Daftar Musisi yang Jadi Politisi

1 April 2023
pendanaan politik mojok.co

Mengenal Modus Pencucian Uang untuk Pendanaan Politik 

1 April 2023
Kartu Merah untuk Indonesia dari FIFA yang Nggak Punya Power di Tragedi Kanjuruhan. MOJOK.Co

Kartu Merah untuk Indonesia dari FIFA yang Nggak Punya Power Mencoret Israel

1 April 2023
ptn mojok.cp

20 PTN Paling Diminati dalam SNBP 2023, Bukan UI ataupun UGM!

1 April 2023
sma terbaik di yogyakarta mojok.co

10 SMA Terbaik di Yogyakarta Versi LTMPT

1 April 2023
Ibadah Sastra dan Cinta Ala Jalaluddin Rumi di Pesantren Maulana Rumi

Ibadah Sastra dan Cinta Ala Jalaluddin Rumi di Pesantren Maulana Rumi

31 Maret 2023
piala dunia u-20 mojok.co

Jogja Gagal Dapat Limpahan Wisatawan Akibat Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20

31 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In