ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Bagi Haters dan Fans Anies, Korban Banjir Jakarta itu Cuma Calon Kertas Suara

Muhammad Nanda Fauzan oleh Muhammad Nanda Fauzan
27 Februari 2020
0
A A
anies baswedan banjir jakarta

anies baswedan banjir jakarta

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Haters dan fans Anies Baswedan ini sama aja kalau udah ngomongin banjir Jakarta. Tiba-tiba rumah kebanjiran jadi perkara tarung angka elektabilitas.

Politik adalah taktik. Orang dengan pandangan paling sempit sekalipun, saya yakin, memegang teguh kredo itu.

Seno Gumira Ajidarma, di koran Tempo edisi 21 Juli 2015, menulis begini, “Sudah sering strategi politik dikaji, dipadankan, dan dibandingkan dengan strategi perang dan tarung, dari Sun Tzu sampai Musashi, bahkan juga dengan strategi dan taktik dalam pertandingan sepak bola.” 

Tak ingin kalah, Seno kemudian mengaitkan politik dengan strategi dan taktik dalam olahraga catur.

Tentu saja Seno bukan orang pertama—atau satu-satunya—yang berpikir demikian. Dalam Kura-Kura Berjanggut (Banana: 2018) misalnya, kita bisa melihat bagaimana Anak Haram bisa menggencarkan pemberontakan terhadap Sultan Maliksyah dan melancarkan pembasmian terhadap para pedagang merica setelah mendapat kursus politik melalui papan catur dari Asoekaya—sang Bromocorah nomor wahid di Penjara Jalan Lurus.

Hal semacam itu, di mana politik disilang-pautkan dengan siasat dan strategi di luar “dirinya”, adalah urusan yang benar-benar menyenangkan.

Pernah terlintas di benak saya untuk membuat telaah gerak-gerik konten TikTok dan siasat kelompok haters dan fans Anies Baswedan dalam medan laga. Tetapi ternyata itu bukan pekerjaan mudah.

Sampai kemudian, setelah Jakarta kebanjiran—untuk ke sekian kalinya—saya mendapat ilham. Bahwa strategi politik haters dan fans Anies Baswedan ini adalah… 

…tidak ada strategi.

Ya. Saya ulangi, tidak ada strategi!

Lalu saya berpikir lagi. Merenung. Sampai menemukan kesimpulan bahwa pada dasarnya, tidak ada strategi itu sebenarnya adalah strategi juga.

Hm, memang dibutuhkan kecerdasan tertentu untuk memahami ini, sebagaimana kita mengerutkan kening saat mendengar Biksu Tong mengatakan bahwa kosong adalah isi, dan isi adalah kosong.

Keduanya bertumpu pada naluri dan intuisi. Tak berpijak pada satu siasat yang benar-benar tok dan rigid. Atau, dalam ungkapan remaja mudah patah hati, jalan Ninja yang ditempuh adalah “Jalani saja dulu, Zheyeng!” Begitu ringkasnya.

Kalau masih bingung, kamu bisa membuktikan bualan saya dalam kasus banjir Jakarta baru-baru ini.

Sedikitnya ada 55 kelurahan—yang tersebar di 25 kecamatan di Jakarta, pada Minggu 23 Februari 2020, yang terkena dampak banjir, menurut catatan yang diumumkan oleh BNPB. Untuk memanfaatkan bencana ini, keduanya membincangkan tentang elektabilitas Anies Baswedan.

Setelah tim haters Anies gagal membedah perbedaan penanganan banjir di era kepemimpinan sebelumnya, dan tim fans Anies kelelahan menenteng poster “Banjir air membawa berkah, banjir utang membawa musibah” di depan Balai Kota, maka alternatif ini akhirnya dipilih.

Dan sebagaimana alternatif, kadang-kadang ia dianggap sebelah mata tetapi punya dampak yang signifikan.

Anies Baswedan, kita tahu, adalah politikus yang digadang-gadang akan maju dalam bursa Pilpres periode mendatang.  Maka, menaruh isu “elektabilitas” dalam kasus bencana semacam ini adalah siasat ganda-pat-gulipat bagi kedua kubu.

Jika berhasil, ia tidak saja akan membawa pengaruh di masa kini, tetapi juga menoreh sejarah gilang-gemilang di masa mendatang. Jika gagal, ya lupakan, lha yha bisanya juga cuma begitu, kok. Serius amat. Kayak nggak ada calon lain aja.

Hasil survei Indo Barometer—misalnya, nama Anies Baswedan unggul dengan raihan 31,7 suara dalam kategori capres terkuat untuk Pilpres 2024 dari kalangan kepala daerah. Setelah Anies, disusul sejumlah nama lain seperti Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil.

Padahal ketiganya sudah akur main Tiktok di acara Talkshow Televisi, tetapi politik adalah politik. Di panggung hiburan haha-hihi, di panggung politik sikut-sikutan.

Meski begitu, bagi kubu fans Anies Baswedan hasil survei ini adalah angin segar.

Mereka, dengan senang hati bisa memparodikan puisi Sapardi Djoko Damono bahwa; “Survei adalah isyarat yang tak sempat disampaikan Anies kepada hujan yang menjadikannya sebagai pemimpin.”

Sedangkan menurut survei yang dilakukan oleh Parameter Politik Indonesia (PPI) dan Politika Research and Consulting (PRC) dalam kategori calon presiden untuk Pilpres 2024, sepanjang Februari justru Anies Baswedan menukik turun di posisi empat. Hanya meraih angka 7,8 persen.

Bagi kubu haters Anies Baswedan, ini angin segar pula.

Mereka meyakini bahwa merosotnya tingkat kepercayaan publik disebabkan tak lain dan tak bukan oleh banjir. Double kill, sudah elektabilitas menukik, Anies juga bisa dirisak karena tak becus menangani banjir.

Alhasil, keduanya melancarkan serangan alias tubir!1!1!1!

Toh, tanpa strategi, tanpa siasat, pertarungan tetap terlaksana ya kan?

Lalu perdebatan yang riuh ini terus terjadi. Mulai dari…

…apakah bencana banjir punya pengaruh besar terhadap tingkat kepercayaan publik di lembaga survei, sampai lembaga mana yang lebih bisa diakui keabsahan dan kebenarannya? Padahal kan kebenaran hanya milik Allah semata. Maaf, yang ini no debat.

Pada kenyataannya dasar perdebatan soal elektabilitas Anies ini luput seluput-luputnya kalau dijadikan senjata. Soalnya dua survei tersebut diselenggarakan dalam konteks yang berbeda.

Ibarat yang satu main bola di lapangan sepak bola, yang satu main bola di arena sepak takraw. Nggak nyambung.

Kok bisa gitu?

Lha iya dong. Survei pertama memasukkan Anies ke dalam kategori Kepala Daerah. Di mana Anies disandingkan dengan Risma, Ganjar, Ridwan Kamil, Khofifah Indar Parawansa, dan Nurdin Abdullah.

Sedangkan survei yang satunya lagi, Anies disandingkan dengan beberapa tokoh nasional. Siapapun dia tanpa melihat background-nya. Maka, wajar kalau nama-nama macam Prabowo dan Sandiaga Uno muncul jadi kompetitor Anies pula.

Ealah, udah ngotot-ngotot lha kok ternyata beda kolam, beda goa, dan beda lapangan main.

Tapi omong-omong, dari segala macam perdebatan yang bising di antara kasur-kasur kami yang basah dan hanyut, sebenarnya ada satu kesamaan yang mempersatukan kedua kelompok ini: sama-sama melihat elektabilitas suara dalam banjir Jakarta.

Hm, tidak salah juga sih. Barangkali karena korban banjir kayak kami ini lebih terlihat seperti kertas suara ketimbang manusia.

BACA JUGA Jakarta Terendam Lagi, Anies Dinilai Tak Serius Antisipasi Banjir atau tulisan Muhammad Nanda Fauzan lainnya.

Terakhir diperbarui pada 25 Februari 2021 oleh

Tags: Anies Baswedanbanjir jakartafans aniesGubernur Jakarta
Iklan
Muhammad Nanda Fauzan

Muhammad Nanda Fauzan

Mahasiswa Filsafat UIN BANTEN.

Artikel Terkait

Hidup Cemas di Manggarai Jakarta Selatan karena Tawuran MOJOK.CO
Esai

Merantau di Manggarai Jakarta Selatan Artinya Hidup Sambil Memelihara Ketakutan, Hidup Susah, dan Terancam Tawuran yang Bisa Terjadi Kapan Saja

18 Mei 2025
Prabowo Itu Pura-pura Goblok dan Anies Masuk Perangkap MOJOK.CO
Aktual

Prabowo Itu Pura-pura Goblok dan Anies Masuk Perangkap

8 Januari 2024
Anies Baswedan.MOJOK.CO
Aktual

Teka-teki Kematian Harun Al-Rasyid yang Jadi Sorotan Anies Baswedan saat Debat Capres

12 Desember 2023
Debat Capres 2024 11 Panelis dari UIN, UGM, dan Universitas Terkemuka Lainnya Siap Uji Ketangkasan Capres
Politik

Debat Capres 2024: 11 Panelis dari UIN, UGM, dan Universitas Terkemuka Lainnya Siap Uji Ketangkasan Capres

12 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Fakultas Ilmu Administrasi UI.MOJOK.CO

Fakultas Ilmu Administrasi UI Dianggap “Redflag” Gara-gara Ulah Mahasiswanya, Benarkah Demikian?

9 Juni 2025
Universitas Mercu Buana Yogyakarta Kampus yang Menyedihkan MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Mercu Buana Yogyakarta Sungguh Merana, Sudah Habis Puluhan Juta tapi Fasilitas Tidak Ramah Mahasiswa

9 Juni 2025
Setelah 6 Tahun Merantau ke Luar Jawa, Saya Jadi Takut untuk Kembali Kerja di Jakarta MOJOK.CO

Setelah 6 Tahun Merantau ke Luar Jawa, Saya Jadi Takut untuk Kembali Kerja di Jakarta

11 Juni 2025
Pengalaman pertama bisa naik motor Yamaha Mio di Surabaya. MOJOK.CO

Terlalu Girang Saat Pertama Kali Mengendarai Motor Yamaha Mio, Malah Berujung Apes di Tengah Jalan Besar Kota Surabaya

12 Juni 2025
Lulusan SMA-SMK awalnya malu karena tak kuliah dan jadi karyawan Alfamart-Indomaret. Tapi merasa terhormat karena bisa kerja sendiri MOJOK.CO

Lulusan SMA-SMK Awalnya Malu Tak Kuliah dan Kerja di Alfamart-Indomaret, Direndahkan Guru Sendiri tapi Kini Merasa Lebih Terhormat

12 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.