Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Asal Jangan Baper, Semua Aliran Islam Oke Saja

Edi AH Iyubenu oleh Edi AH Iyubenu
16 Juli 2017
0
A A
Ra Ninja, Ra Oleh Dicinta (Asal Bukan Ninja Seken)

Ra Ninja, Ra Oleh Dicinta (Asal Bukan Ninja Seken)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Pastinya bukan George Orwell. Lupa saya siapa yang mengisahkannya. Alkisah, ada seekor kerbau yang tiba-tiba mengamuk di sebuah kampung. Kerbau itu milik semua penghuni kampung itu. Semua warga lalu berembuk mencari jalan keluarnya.

Sekelompok warga bersikeras untuk menembak mati kerbau itu. Kampung ini harus dikembalikan kepada asal sejarahnya yang paling awal. Semurni-murninya. Hanya itu caranya, begitu argumen mereka.

Kelompok lain berpendapat bahwa kerbau itu dijinakkan saja, didekati baik-baik, sedikit demi sedikit mesti bisa. Bagaimanapun, keberadaan kerbau itu merupakan bagian dari perjalanan hidup dan identitas kampung itu. Membunuh kerbau itu memang menjanjikan ketenangan instan, tapi akan ada bagian dari cita rasa kampung ini yang hilang.

Tanpa bermaksud menyatakan Islam sebagai kerbau, begitulah ilustrasi yang memikat hati saya untuk menggambarkan ontran-ontran saat ini tentang “kebenaran” Islam.

Kelompok pertama merepresentasikan kaum Wahabi Salafi, kelompok kedua mewakili kelompok moderat. Suka tak suka dengan ilustrasi ini, begitulah nyatanya nuansa keberislaman kita kini, kan?

Dengan slogan memurnikan Islam (purifikasi), kembali kepada ajaran salafus shalih (Islam era sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in lebih dari seribu tahun lalu), dan kembali kepada Al-Quran dan Sunah Nabi, kaum Wahabi Salafi Indonesia bersikukuh, bahkan bersikeras, lewat pelbagai media, dari panggung dakwah hingga medsos yang sekuler, bahwa tiada jalan lain untuk menjadi muslim kaffah kecuali mengikuti mereka. Maksudnya, menjadi bagian dari slogan-slogan yang mereka genderangkan. Di luar kelompok mereka: ahlul bid’ah.

Apa itu ahlul bid’ah?

Buat Wahabi Salafi, definisinya sudah jelas mutlak secara tekstual dalam hadis ini: segala sesuatu yang baru (diadakan) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap yang sesat balasannya neraka. Titik.

Dengan kata lain, siapa pun yang tidak turut mengibarkan panji pemurnian Islam (bersama mereka), kembali kepada ajaran salafus shalih (bersama mereka), dan kembali kepada Al-Quran dan Sunah Nabi (bersama mereka), adalah calon-calon penghuni neraka. Sebab biang kekacauan kampung itu adalah kerbau tadi, maka satu-satunya jalan untuk mengembalikan kedamaian kampung itu adalah membuang kerbau itu. Titik.

Dalam konteks kampung itu sebagai bangsa kita yang majemuk, penghakiman mutlak demikian jelas memicu problem. Minimalnya secara sosial kultural. Para sesepuh yang punya ikatan batin dengan kerbau itu jelas menolak pandangan tersebut. Mereka yang sudah biasa secara turun-temurun melakukan tawashul, ziarah kubur, tahlilan, mauludan, hingga perayaan hari besar Islam takkan begitu saja meninggalkannya. Sebab, kerbau itu bagian dari identitas hidup mereka.

Jika direnung-renungkan, dikembalikan kepada tujuan rembukan untuk menyelesaikan urusan kerbau itu, dua-duanya jelas hanyalah pendapat. Dua-duanya secara ontologis sama derajatnya. Pandangan, pemahaman, aliran, dan tafsiran, mau dari kelompok pertama ataupun kelompok kedua (sebut saja NU), jelas sama-sama sekadar pemikiran. Begitu mestinya status asali sebuah pendapat.

Kaum Wahabi Salafi mau berkhotbah bagaimanapun perihal genealogi kesalafan mereka, kaum Nahdliyyin juga memilikinya. Pendapat yang mana yang benar atau salah, jelas tak ada yang tahu pasti skornya. Jika maksa, tanya jurinya: Gusti Allah ….

Kalau Wahabi Salafi merujukkan genealogi pendapatnya pada generasi salaf Imam Hambali dan Ibnu Taimiyah yang notabene pembela Aswaja, turun ke sini melalui Muhammad bin Abdul Wahab, lalu terus ke generasi Syekh Nasiruddin al-Albani, Syekh bin Baz, Syekh Utsaimin, Syekh Fauzan, terus ke sini melalui Khalid Basalamah, begitupun Nahdliyyin.

Nahdliyyin merujukkan dirinya pada generasi salaf Imam Syafi’i dan Imam Asy’arie yang notabene Aswaja, terus ke sini melalui ulama-ulama Mekkah hingga ke Mbah Hasyim Asy’ari, Mbah Maimun Zubair, Gus Dur, dan selainnya.

Catat tebal, ya: keduanya ternyata sama-sama merujuk kepada generasi salaf.

Maka, dapat dinyatakan bahwa NU dan kelompok-kelompok lainnya tidaklah lalu kurang salafinya secara geneaologis hanya karena tidak melabeli dirinya sebagai NU Salafi, Muhammadiyah Salafi, Ikhwanul Muslimin Salafi, Tarbiyah Salafi, Al-Irsyad Salafi, dll. Formalitas palabelan Salafi pada kelompok Wahabi, secara maknawi, perbandingannya tidaklah lebih dari mau ada sebutan yayang atau tidak antara Agus dan Kalis, mereka tetap sejoli secara de facto.

Bukankah tanpa menyebutkan syar’i kepada jlbab, ia tidak lalu berkurang kesyariahannya? Sebaliknya, mau segahar apa pun Anda menyebut Muzammil Hasballah sebagai “imamku” di IG-nya, tetap saja ia hanya milik Sonia?

Gitu aja kok repot ….

Sayangnya, kita memang generasi repot. Generasi berisik. Persis gaya para fans di medsos yang iyig betul pada pseudo-idolanya melalui hestek #PatahHatiNasional #PatahHatiInternasional #PatahHatiDuniaAkhirat, padahal begitu log out dari media sosial, detik itu pula mereka ternyata masih saja sendiri atau suaminya adalah Edi dan istrinya adalah Diana.

Ihwal “repot” inilah yang menjadikan hal sederhana tadi begitu rumit karena berkawat kuat dengan gebyar perasaan: perasaan paling benar, perasaan paling sesuai dengan Salafus Shalih, perasaan paling mengikuti tuntunan Al-Quran dan Sunah Nabi, dan perasaan lebih murni dari es degan murni.

Namanya perasaan ya jelas iyig. Sulit objektif. Sulit dipertanggungjawabkan parameternya secara metodologis-akademis.

Walhasil, sepanjang gaya berislam iyig baper-baper demikian terus dirayakan, akan repot teruslah hubungan cinta kita. Mana mungkin kita bisa ngakak bareng bila di depanku kau tega berkata wajah istriku bid’ah dan wajah istrimulah yang sesuai tuntunan Al-Quran dan Sunah Nabi?

Padahal, di balik semua perbedaan itu, kita sama-sama mafhum lho bahwa jalan terlelaki untuk membahagiakan istri adalah telur bebek dicampur Sprite. Just try ….

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: AgamaBaperGus DurHasyim Asy’ariIslamKhalid BasalamahMaimun ZubairMuhammadiyahMuzammil HasballanuSalafiWahabi
Iklan
Edi AH Iyubenu

Edi AH Iyubenu

Yang punya Kafe Basabasi.

Artikel Terkait

Catatan Kritis Atas Reduksionisme Biologis Pemikiran Ryu Hasan MOJOK.CO
Esai

Catatan Kritis Atas Reduksionisme Biologis Pemikiran dr. Ryu Hasan

3 Juli 2025
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dalam acara jambore relawan bencana Muhammadiyah. MOJOK.CO
Kilas

Langkah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Mengantisipasi Tingginya Bencana Sepanjang 2025, Mulai dari Banjir hingga Karhutla

27 Juni 2025
Tapak Suci Menyelamatkan Saya yang Nggak Jago Akademik hingga Bisa Kuliah di UNESA. MOJOK.CO
Ragam

Tapak Suci Menyelamatkan Saya yang Nggak Jago Akademik hingga Bisa Kuliah di UNESA, meski Dulu Diremehkan karena Kurang Atletis

27 Mei 2025
Gus Baha dan Pemikiran Cerdasnya tentang Esensi Beragama | Semenjana Eps. 11
Movi

Gus Baha dan Pemikiran Cerdasnya tentang Esensi Beragama | Semenjana Eps. 12

28 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dosa Besar Pedagang Soto Adalah Merusak Kesegaran Kuah Demi Mempertebal Margin Keuntungan Mojok.co

Dosa Besar Pedagang Soto Adalah Merusak Kesegaran Kuah Demi Mempertebal Margin Keuntungan 

11 Juli 2025
liburan ke Jatim Park.MOJOK.CO

Pengalaman Liburan ke Jatim Park Bikin Kapok, “Surga Edukasi” dengan Antrean yang Menguji Iman

10 Juli 2025
game clash of champions ala ruangguru. MOJOK.CO

Rakyat Jelata Tak Bisa Gembira dengan Pertunjukkan Clash of Champions, Cuman bikin Kesal Anak Broken Home yang Suka Adu Nasib

10 Juli 2025
Coba-coba Naik Bus Eksekutif PO Agra Mas.MOJOK.CO

Coba-coba Naik Bus Eksekutif Agra Mas: Semula Takut Naik Bus Malah Jadi Ketagihan, Merasa Katrok karena Fasilitas Melebihi Kereta Api

8 Juli 2025
Cangkringan, Kecamatan Paling Cantik di Sleman (Foto oleh Mohammad Sadam Husaen)

Ketika Klub Sepeda Bahagia Cycling Comedy Membelah Cangkringan Sleman, Kecamatan Paling Cantik yang Membuat Kecamatan Lain Minder

10 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.