Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

3.400 Angkot Membanjiri Kota Hujan, Bogor Bakal Lumpuh karena Kemacetan

Isidorus Rio Turangga Budi Satria oleh Isidorus Rio Turangga Budi Satria
9 Januari 2024
A A
Banjir 3.400 di Bogor, Kota Hujan Tenggelam dalam Kemacetan MOJOK.CO

Ilustrasi Banjir 3.400 di Bogor, Kota Hujan Tenggelam dalam Kemacetan. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Menurut data Pemkot, jumlah angkot di Bogor sudah lebih dari 3.400. Jumlah yang sungguh bikin resah, karena kemacetan semakin memprihatinkan.

Konon, Tuhan menciptakan Bandung ketika Dia sedang tersenyum. Namun, kalau bergeser sedikit ke barat, sepertinya Bogor diciptakan ketika Tuhan lagi naik angkot dan cemberut karena angkotnya ngetem.

Bogor ini memang aneh. Saat ini, Jakarta sudah sayonara dengan permasalahan angkot lewat JakLingko. Nah, di selatan ibu kota, Bogor justru seakan memeluk mesra masalah angkot, ngetem, dan macet. 

Bukan rahasia umum lagi kalau selain disebut sebagai Kota Hujan, Bogor juga sering diolok-olok sebagai Kota Sejuta Angkot. Mulai dari pintu masuk awal kota di Terminal Baranangsiang, hingga daerah strategis seperti BTM, Sukasari, Elos, sampai Stasiun Bogor. Ngelihat angkot ngetem udah kayak lihat gerai Mixue saking banyaknya.

Angkot yang suka ngetem di sembarang tempat

Selain jumlahnya yang tumpah ruah, angkot di Bogor juga suka ngetem di wilayah-wilayah yang sering menimbulkan macet. Saya ambil contoh di daerah sekitar stasiun dan Alun-Alun (yang dulu Taman Topi). 

Kondisinya, ruas jalan di sekitar alun-alun dibagi 2 dan tentu saja sempit. Nah, dengan santainya, angkot masih ngetem di pinggir alun-alun buat menunggu penumpang. Sudah tahu macet dan saya hanya bisa bingung. Entah alasan apa yang bikin angkot itu ngetem begitu saja meski macet banget. Hanya dia sendiri dan Tuhan yang tahu.

Kena klakson ratusan motor dan mobil agaknya udah bikin kebal para sopir. Ya karena udah makanan harian aja. Mungkin di telinga mereka, suara klakson ini udah kayak suara merdu Once Mekel. Jadi ya masuk ke telinga sopan aja gitu. Entahlah.

3.400 angkot membanjiri Bogor

Wacana menggusur atau mengurangi jumlah angkot sendiri sejatinya sudah ada sejak 2019. Saat itu, Pemkot Bogor tidak memberikan izin perpanjangan trayek. Bima Arya, selaku Wali Kota, juga sempat memberi angin segar ke publik karena per Desember 2023, konon, jumlah angkot akan berkurang drastis. Tapi, hingga kini, semuanya belum terealisasi.

Armada angkot yang ada di Bogor sendiri, menurut data Pemkot, ada di kisaran lebih dari 3.400. Jumlah ini sangat tidak ideal karena luas kota ini sendiri nggak begitu besar. Bogor hanya memiliki 6 kecamatan dan luasnya nggak sampai 120 kilometer persegi. Makanya, dengan jumlah angkot lebih dari 3 ribu, kondisi ruang jadi sangat tidak ideal.

Upaya Pemkot yang mengaktifkan Bus Kita Trans Pakuan sejatinya sedikit jadi angin segar. Namun, balik lagi, jumlah angkot yang tidak tereduksi secara signifikan, justru membuat bus-bus ini akhirnya “berebut lapak” dengan angkot di jalanan. Yang mana ujungnya kita semua tahu. Macet lagi dan lagi.

Kemacetan yang semakin bikin pusing

Macetnya Bogor ini bikin pusing karena peruntukan kota ini sejatinya adalah kota peristirahatan. Cuacanya yang sejuk (dulu ya, sekarang mah boro-boro), dekat dengan gunung dan curug, membuat orang yang pengin healing bisa ke Bogor. 

Sejak awal, Belanda sepertinya memang berniat memfokuskan Kota Hujan untuk jadi tempat beristirahat dari hiruk-pikuk Batavia zaman dahulu. Istana Kepresidenan yang ada di Bogor pun dibangun di zaman Belanda dan normalnya dipakai Gubernur Jenderal Belanda kala itu untuk beristirahat. 

Hal ini berlanjut dengan Presiden Jokowi yang kerap memilih pulang ke Bogor ketimbang berada di Istana Merdeka. Tapi dengan sederet fakta itu, tak juga membuat Bogor lekas kembali ke fungsinya sebagai kota peristirahatan. Malah jadi kota yang super macet seperti metropolitan.

Dan 1 yang luput dari sorotan, meski saya nggak tahu detail angkanya, permasalahan angkot Bogor ini juga ada imbas dari masuknya ribuan angkot dari kabupaten. Angkot warna biru yang normalnya beroperasi di wilayah kabupaten, sangat sering saya jumpai lagi seliweran di titik-titik sentral. 

Iklan

Sudah pusing dengan jumlah angkot hijau yang bejibun dan suka ngetem, masih juga kelimpahan angkot biru dari kabupaten yang kadang ya suka ngetem juga tuh di sekitaran Tajur-Ciawi. Baiyuuuuh!

Kudu menjadi prioritas wali kota yang baru nanti

Pemkot Bogor perlu segera mengambil langkah taktis. Iya, memang kudu pelan untuk mereduksi dan menata jumlah angkot. Terutama di wilayah sentral dalam kota. Ingat, Trans Pakuan sudah aktif. Selain itu, nantinya, proyek trem dalam kota yang akan jadi prioritas pembangunan juga ikut aktif.

Bogor perlu berkaca dari blundernya Jogja. Punahnya angkot memaksa masyarakat untuk nyicil motor dan mobil. Jogja sukses “menghilangkan” angkot, tapi malah menambah macet karena kendaraan pribadi yang menjamur di jalanan. 

Ini mumpung 2024 akan ada Pilkada. Sudah begitu, masa jabatan Bima Arya yang sudah 2 periode akan berakhir. Calon wali kota yang baru kayaknya bisa memprioritaskan pengaturan angkot. 

Ingat, Pemkot mempunyai target menjadikan Bogor sebagai kota heritage. Menata angkot bisa menjadi prioritas. Masa iya sih kota heritage masih ada angkot ngetem di sembarang tempat? Malu, atuh.

Penulis: Isidorus Rio

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Kamu Ingin Tinggal di Kota Bogor? Coba Pikir Lagi! dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 9 Januari 2024 oleh

Tags: angkotangkot bogorBandungbogorbogor macetjakartajawa baratkota hujankota sejuta angkotpilihan redaksi
Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Dulu nulis bola. Sekarang nulis tekno.

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO
Ragam

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.