Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

4 Alasan Kenapa Ide Kemenag Bantu Ustaz yang Sepi Job Rentan Bermasalah

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
12 Mei 2020
A A
4 Alasan Kenapa Ide Kemenag Bantu Ustaz yang Sepi Job Rentan Bermasalah

4 Alasan Kenapa Ide Kemenag Bantu Ustaz yang Sepi Job Rentan Bermasalah

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Rencana Kemenag memberi bantuan ke para ustaz yang sepi job itu sebenarnya tak buruk-buruk amat. Cuma ya nggak baik-baik amat juga.

Ide Kementerian Agama yang mau kasih bantuan untuk ustaz, kiai, dan guru ngaji yang terdampak pandemi COVID-19 itu sebenarnya ide yang sangat bagus sekali. Ya iya dong, ustaz-ustaz mau dikasih “sedekah” kan boleh-boleh aja ya kan?

Tangan pendidikan agama untuk umat ada di tangan mereka para ustaz itu. Kepada siapa lagi marwah agama mayoritas ini dipasrahkan kalau bukan pada para pemuka agama ini?

Oke, secara substantif, pemberian bantuan untuk para ustaz dan penceramah ini benar-benar baik, hanya saja niat memberi bantuan ini bisa berisiko bikin masalah baru. Setidaknya ada empat alasan kenapa bisa seperti itu.

Pertama, soal alasan Kemenag kasih bantuan yang…

“Siapa tahu sudah oleng karena ada ceramah yang seharusnya dipanen tidak ada lagi karena masjid ada pembatasan,” kata Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid, mengomentari soal ide bantuan untuk ustaz atau penceramah di masa pandemi ini.

Logika Wakil Menteri Agama ini memang tak salah. Jika situasi kali ini sedang normal, maka penceramah dan ustaz bulan ini memang lagi panen-panennya: bulan Ramadan, pengajian ramai, job makin banyak, bisyaroh bejibun, kesejahteraan meningkat.

Hanya saja, karena pandemi datang, orderan Ramadan tahun ini jadi minim. Ceramah sih masih bisa, tapi nggak ada yang kasih bisyaroh lagi karena pol mentok cuma bisa via online. Alhasil—menurut pemahaman Zainut Tauhid—kesejahteraan para ustaz ini sedang jelek-jeleknya.

Belum dengan pernyataan Ace Hasan Syadzily, DPR dari Fraksi Golkar, yang bilang karena pemasukan ustaz berkurang karena pandemi, makanya kalangan macam ini jadi perlu bantuan Kemenag.

“Gara-gara COVID-19 ini, mohon maaf sekali, kultum biasanya para ustaz mendapat Rp500 ribu sampai Rp1 juta, sekarang mereka sama sekali nggak dapat,” kata Ace.

Ini pemahaman yang menandakan bahwa lembaga agama di republik ini pun melihat dakwah sebagai sebuah PEKERJAAN. JOB. KERJA. Makanya, alasan pemberi bantuan untuk para ustaz ini nggak ada bedanya dengan alasan pemberian bantuan untuk tukang cilok yang terdampak karena sekolah pada libur.

Cuma beda di penyebutan doang. Kalau pedagang cilok namanya “untung”, freelancer dapat “honor”, kalau ustaz dapet “bisyaroh”. Intinya mah sama aja: dapet duit.

Dengan pemahaman semacam ini, bukan tidak mungkin kalau nanti ustaz bakal jadi jenis pekerjaan dengan jenjang karier yang menjanjikan di Indonesia. Ustaz pasang tarif pun bisa jadi merupakan pemandangan biasa nanti, karena—bahkan—Kemenag pun malah mengamini kalau aktivitas ini adalah profesi.

Lagian, kalau emang soal kesejahteraan para ustaz yang diperhatikan, seharusnya sudah dari dulu hal semacam ini dianggarkan. Bukan untuk ustaz yang sering nongol di pengajian ke pengajian, melainkan guru ngaji-guru ngaji di surau pelosok, yang bahkan sudah merasakan efek “pandemi” sebelum masa pandemi.

Kedua, hanya untuk pemuka agama Islam doang nih?

Selain itu, melihat prioritas bantuan untuk pemuka agama umat Islam aja itu juga rentan bermasalah.

Iklan

Untuk pemuka yang lain gimana? Oh, atau Kemenag merasa pemuka agama lain itu secara ekonomi nggak kena efek pandemi jadi nggak perlu dikasih bantuan?

Kalau itu alasannya, ini sama aja Kemenag mengejek para ustaz di negeri ini. Emangnya pemuka agama Islam lebih kere ketimbang pemuka agama lain sampai perlu disediain anggaran bantuan khusus segala? Wah, wah, wah. Mulai nggak bener nih.

Soalnya nggak mungkin banget kalau alasannya karena Kemenag lebih memprioritaskan pemuka agama yang Islam doang dan tutup mata sama pemuka agama lainnya.

Ya iya dong, lah wong Menteri Fachrul Razi pernah bilang ketika mau dilantik 2019 kemarin, “Saya garis bawahi ya, saya ini bukan Menteri Agama Islam! Saya Menteri Agama Republik Indonesia yang menangani berbagai macam-macam agama ya.”

Tuh lihat. Mana mungkin beliau bohong, lah wong beliau menteri agama og.

Ketiga, skala prioritas Kemenag

Masih ingat dengan tagar #kemenagprank yang sempet jadi trending di Twitter pada April 2020 kemarin?

Itu lho, rencana pemberian diskon 10 persen Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi para mahasiswa yang kuliah di kampus di bawah naungan Kemenag yang akhirnya dicabut semua. Benar-bener lagi nge-prank, tapi kelasnya udah yang pakai nama agama.

Saat itu banyak mahasiswa UIN, IAIN, STAIN yang protes dengan kebijakan Kemenag ini. Ya wajar, fasilitas perkuliahan jarang digunakan ketika pandemi, tapi mahasiswa disuruh bayar utuh. Apalagi sebelumnya Kemenag menjanjikan mau ada diskon segala.

Saat itu, alasan Fachrul Razi sederhana. Anggaran untuk memberi diskon kepada para mahasiswa itu ternyata dikurangi dari pusat. Bahkan menurutnya, anggaran Kemenag dipotong Rp2,6 triliun karena mau dialokasikan negara untuk mengatasi pandemi.

Anggaran dipotong Rp2,6 triliun tapi malah mau bagi-bagi bantuan ke ustaz-ustaz sepi job?

Benar-benar sikap dermawan yang kepooolen.

Keempat, siapa yang dianggap ustaz?

Nah, ini adalah alasan paling rentan dari rencana Kemenag memberi bantuan untuk para ustaz. Apa parameter yang bakal digunakan Kemenag untuk menilai seseorang ustaz atau tidak?

Alih-alih soal pemberian bantuan, soal sertifikasi saja hal ini sudah jadi masalah dua tahun lalu.

Kalau kita lihat spion ke belakang, 2018 silam publik sempat geger dengan daftar 200 mubalig yang direkomendasikan Kemenag. Hal yang bikin panas—salah satunya—tidak ada nama Ustaz Abdul Somad dan Ustaz Adi Hidayat di sana. Padahal jamaah kedua ustaz ini cukup banyak.

Tidak dijelaskan secara pasti kenapa banyak nama beken tidak masuk ke dalam rekomendasi Kemenag saat itu. Hanya saja satu tahun kemudian masyarakat bisa nebak-nebak jawabannya.

Oh, kedua ustaz ini jebul berada di gerbong pilihan politik yang berbeda dengan pemerintah saat itu.

Sekarang, dengan ide bantuan dari Kemenag untuk ustaz kayak gini, apa ada jaminan, sentimen macam gitu sudah tidak ada? Benarkah semua pihak bakal dibagi secara adil dan merata? Atau malah bikin masalah baru nantinya?

Ustaz-ustaznya sih mungkin biasa-biasa aja, nerima bantuan atau nggak ya biasa aja. The show must be go on. Hatapi jamaahnya itu lho yang suka rewel. Mencak-mencak di medsos. Memang Kemenag siap dengan itu semua?

Soalnya gini Pak Menteri Fachrul Razi, mengatasi masalah dengan masalah itu jargonnya pegadaian, bukan visi misinya ente punya kementerian yang…

…lebih peduli sama kantong ustaznya ketimbang dapur jamaahnya. Eh.

BACA JUGA Siasat Unfaedah Mahasiswa Filsafat UIN Saat Denger Kemenag Batalin Diskon UKT atau tulisan soal Kemenag yang uwuwuwu lainnya.

Terakhir diperbarui pada 12 Mei 2020 oleh

Tags: fachrul razikemenagMenteri Agamaustaz
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Ketulusan guru di Sekolah Gajahwong Jogja. MOJOK.CO
Liputan

7 Tahun Mengabdi Jadi Guru di Jogja, Tak Tega Melihat Realita Siswa Putus Sekolah meski Diri Sendiri Tidak Sejahtera

9 September 2025
Sebaiknya Kita Berhenti Menganggap Guru Itu Profesi Mulia, agar Mereka Bisa Digaji Jauh Lebih Layak
Pojokan

Sebaiknya Kita Berhenti Menganggap Guru Itu Profesi Mulia, agar Mereka Bisa Digaji Jauh Lebih Layak

4 September 2025
Ide Bodoh Ridwan Kamil untuk Atasi Kemacetan Jakarta MOJOK.CO
Esai

Ide Nggak Masuk Akal Ridwan Kamil: Datangkan Psikolog dan Ustaz Keliling untuk Atasi Kemacetan Jakarta

3 September 2024
Kabupaten Semarang Dianggap Tertinggal dari Kota Semarang, padahal Lebih Nyaman untuk Ditinggali.MOJOK.CO
Ragam

Tanjungrejo Malang Kampung Kumuh Sarang Copet dan Pengemis Sejak 1969, Kini Menjelma Kampung Tenteram Berkat Terapkan 4 Hal

8 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.