Mop, Mati Ketawa ala Papua - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
Home Corak Mop

Mop, Mati Ketawa ala Papua

Saleh Abdullah oleh Saleh Abdullah
27 Mei 2017
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Dari sobat kentalnya, si Martin, Moses mendapat kosa kata itu, bakondisi.

Cerita Martin, satu malam ia diajak teman lainnya ke tepi pantai untuk melakukan tugas intelijen: melakukan pengintaian melekat terhadap teman mereka yang sedang berpacaran. Tiba di pantai, mereka mengendap-ngendap layaknya pasukan khusus akan melakukan penyerangan mendadak. Dari balik semak mereka melihat pasangan itu sedang asyik masyuk. Pas si lelaki memeluk dan melakukan adegan pemerasan dengan meremas-remas dada kekasihnya, teman si Martin berteriak kepada mereka, “Wah, Pace, bakondisi (pacaran) eee!” Adegan selanjutnya adalah kabur terorganisir.

Dengan logikanya sendiri, berdasarkan laporan intelijen dari Martin itu, Moses memahami arti kata bakondisi.

Pagi masih sedikit berkabut di wilayah yang dikelilingi bukit di Papua Barat, Moses pergi ke kandang sapi milik Bapa Pastor. Ia terkejut mendapati Bapa Pastor sedang memerah susu dari satu sapi. Spontan saja Moses berkata, “Bapa Pastor sedang bakondisi ka?”


***

Baca Juga:

Tiga Provinsi Baru di Papua Disetujui DPR, Persiapan Mulai Dijalankan  

Mati-matian Bertahan di Jogja Buat Apa?

Sukarno Tanggapi Mohammad Hatta: Saya Bukan Seorang Imperialis

Cerita di atas saya dengar dari seorang teman di Papua Barat. Buat orang Papua, saling bercerita seperti itu disebut mop. Belum begitu jelas asbabun nuzul kata mop ini. Kita bisa mengusulkan agar salah satu lembaga riset politik terbaik untuk melakukan penelusuran mendalam tentang muasal kata tersebut demi memperkaya khazanah kebudayaan. Kerja budaya begini mungkin akan lebih bermanfaat daripada ngurusin pilkada.

Ada yang secara iseng mengatakan bahwa mop merupakan singkatan dari mati ketawa ala orang Papua. Diduga kuat mop berasal dari kata Belanda moppig yang berarti ‘lucu’. Belanda memang punya sejarah di Papua.

Mop yang menyerupai stand–up comedy itu sudah ada jauh sebelum kita mengenalnya di saluran-saluran TV kita. Saking membudayanya mop, kalau Anda kebetulan ke salah satu tempat di Papua dan menemukan beberapa orang berkumpul dan mendengar gelak tawa, bisa dipastikan mereka sedang melakukan ritual mop. Saya berani jamin, bila Anda sedang menyelenggarakan acara lokakarya maupun training (atau istilah LSM-nya “capacity building”) di wilayah pinggiran Papua yang mana pesertanya orang-orang biasa saja, jangan anggap remeh dua hal ini agar acara Anda bisa diikuti dengan rasa senang sekaligus serius: sediakan kaleng-kaleng kosong untuk wadah ludah sirih pinang dan sediakan break sesaat untuk saling tukar mop di antara peserta. Percayalah, sukses tidaknya acara ikut ditentukan oleh kedua hal tersebut.

Dalam sejarahnya hingga hari ini, orang Papua mengalami begitu banyak tekanan dan pengalaman hidup yang tidak enak. Sejarah politik telah memaksa mereka untuk tidak mengekspresikan secara langsung perasaan-perasaan tak enak itu agar tidak dicap OPM atau mengganggu keamanan. Boleh jadi mop adalah cara mereka melepaskan secara aman perasaan-perasaan terdalam tersebut. Dan Mop menjadi budaya populer di seluruh wilayah Papua, dari wilayah kepala burung sampai ekornya.

***

Di sebuah distrik di Jayapura, warga heboh karena ada seseorang yang mati gantung diri di pohon. Polisi segera datang ke TKP, dipimpin langsung oleh komandan polisi. Ketika sang komandan memerintahkan agar mayat tersebut diturunkan, seorang lelaki tua Papua di dekatnya berujar, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Sontak sang komandan menoleh ke arahnya.

“Eh, Pace, mengerti arti kata inna lillahi juga ka?”

“Mengerti Bapa Komandan. Itu kan artinya ‘sekali di udara tetap di udara’, to?”

Tolong, jangan buru-buru anggap itu blasphemy. Pernyataan lugu itu keluar secara spontan dan tanpa maksud menghina apa pun. Apalagi konteksnya sama sekali tidak berhubungan dengan pilkada.

Kebanyakan mop Papua atau wilayah Indonesia timur lainnya didasarkan pada pengalaman-pengalaman nyata sehari-hari. Ia juga sering diungkapkan dengan bahasa yang lugas, sebagaimana kisah seorang teman dari Suku Moi di Sorong ketika jatuh cinta pada perempuan asli Jawa yang kemudian ia nikahi. Ketika terkesima melihat kaki sang istri yang ketika itu memakai celana pendek, ia berkomentar,

“Dong pu kaki su seperti kasbi takupas!”

Kasbi adalah singkong. Silakan bayangkan seputih apa singkong yang baru dicabut dari tanah ketika dikupas.

Di kawasan Maluku, mop juga sering bersumber dari kisah nyata sehari-hari. Kegemaran orang Maluku menceritakan mop nyaris sama dengan orang Papua. Salah satu sahabat terbaik saya yang tinggal di Waipia, Pulau Seram, bercerita tentang Tete Mias (Jeremias). Tete adalah panggilan hormat untuk orang yang sudah tua atau dituakan, setaralah dengan kakek-nenek. Bila kata tete dipadukan dengan manis menjadi Tete Manis, artinya leluhur atau Yang Maha Kuasa (Tuhan).

Satu kali seorang perempuan yang sedang hamil tua belum juga bisa melahirkan. Ia lalu dibaringkan di sebuah ruangan. Seorang pendeta dipanggil untuk mendoakan agar si perempuan bisa segera melahirkan. Sang pendeta berdoa standar seperti biasanya pemuka agama berdoa, “Tuhan yang Maha Kuasa, berilah kekuatanmu dan bantulah agar nona ini bisa segera melahirkan” dan seterusnya.

Sejam berselang, belum juga ada tanda-tanda si perempuan akan melahirkan. Para tetua kemudian sepakat untuk memanggil Tete Mias untuk juga mendoakan. Tete Mias memasuki ruangan dengan tongkat penyangganya. Ia masih mendengar rapal doa sang pendeta. Tete Mias lalu meminta sang pendeta berhenti berdoa.


“Anak Pendeta e, berhenti dulu berdoa. Beta akan berdoa dolo.”

Tete Mias lalu meletakkan telapak tangannya di kening sang perempuan. “Tete Manis … tolong bantu beta pung anak dulu e. Dong mau melahirkan beta pung cucu ini.”

Sambil merapal doanya, Tete Mias menggerakkan telapak tangannya, turun dari kening ke perut si perempuan. Dari perut tangan itu merayap ke bagian bawah. Pas di atas vagina, Tete Mias berujar, “Tete Manis, tolong buka dong pung puki lebar-lebar.”

Ajaib! Tak berselang lama, sang bayi lahir. Tete Mias lalu mendekati sang pendeta dan berbisik, “Anak Pendeta e, lain kali kalau berdoa par Tete Manis, to the point sa!”

Tentu saja kesulitan utama menceritakan Mop Papua atau Maluku ialah menuliskannya. Mop akan lebih “nembak” kalau didengar langsung dari mulut orang Papua atau Maluku. Apalagi logat dan aksen juga sangat ikut menentukan kadar kelucuan.

Tapi, ada juga mop Maluku tertulis yang sangat orisinal dan berdasar kisah nyata anak laki-laki seorang sahabat yang baru jatuh cinta. Anak ini menulis puisi cinta dan mungkin puisi pertamanya sepanjang hidup. Oleh sang bapak, sahabat saya yang menjadi sekretaris desa di satu tempat di Maluku Tenggara, puisi tersebut dicetak besar-besar dan ditempel di pintu masuk rumahnya. Nah, kepada dua orang sahabat di seputaran situs ini yang baru saja jejadian, ehem, puisi cinta ini saya persembahkan.

Beta minta ko tanpa mejik (maksudnya mencintaimu tanpa ilmu gaib/magic)

Ai lop yu. Yu lop ai

Cinta beta seng seperti cinta lalat pada luka

Kalo ko tolak cinta beta, hati beta akan hancur seperti buah papaya digilas oto truk

Maaf, demi alasan keamanan dan keutuhan NKRI, nama-nama sumber cerita tidak bisa saya sebutkan.

Terakhir diperbarui pada 27 Mei 2017 oleh

Tags: malukumopPapua
Saleh Abdullah

Saleh Abdullah

Artikel Terkait

provinsi baru mojok.co

Tiga Provinsi Baru di Papua Disetujui DPR, Persiapan Mulai Dijalankan  

1 Juli 2022
Mati-matian Bertahan di Jogja Buat Apa? MOJOK.CO

Mati-matian Bertahan di Jogja Buat Apa?

19 Juni 2022
Sukarno Tanggapi Mohammad Hatta: Saya Bukan Imperialis

Sukarno Tanggapi Mohammad Hatta: Saya Bukan Seorang Imperialis

10 April 2022
Jenderal Andika Perkasa beserta Kemungkinan-kemungkinannya

Jenderal Andika Perkasa beserta Kemungkinan-kemungkinannya

8 November 2021
Kalau Orang Indonesia Omong Soal Papua, Mereka Omong Apa?

Kalau Orang Indonesia Omong Soal Papua, Mereka Omong Apa?

14 Juli 2021
Zara, Posting Video Pribadi Emang Hak Kamu, tapi Hak Itu Nggak Bebas Konsekuensi perempuan edgy kalis mardiasih mojok.co

SJW versus Standar Kecantikan ala Micelle Halim? Ya Ikut SJW Lah!

11 Juli 2021
Pos Selanjutnya
“Ziarah” dan Pencarian yang (Tidak) Sederhana

“Ziarah” dan Pencarian yang (Tidak) Sederhana

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Mop, Mati Ketawa ala Papua

27 Mei 2017
Lokasi 18 SPBU di Jogja untuk uji coba MyPertamina

Lokasi 18 SPBU di Jogja yang Jadi Tempat Uji Coba MyPertamina untuk Roda Empat

30 Juni 2022
Garuda Pancasila, Sudharnoto

9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah

26 Juni 2022
kecurangan SBMPTN

Polisi Amankan 15 Pelaku Kecurangan SBMPTN di UPN Veteran Yogyakarta

28 Juni 2022
Pertamina dan aplikasi MyPertamina yang bikin ribet rakyat kecil! MOJOK.CO

MyPertamina dan Logika Aneh Pertamina: Nggak Peka Kehidupan Rakyat Kecil!

29 Juni 2022
PPDB SMA/SMK DIY dan sekolah pinggiran kekurangan murid

PPDB SMA/SMK Ditutup, Sekolah Pinggiran di DIY Kekurangan Murid

30 Juni 2022
Teror Spirit di Puncak Bogor Hingga Makassar MOJOK.CO

Teror Spirit di Puncak Bogor Hingga Makassar: Antara Keriaan dan Kemarahan yang Tak terjawab

30 Juni 2022

Terbaru

Deputi II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Imdadun Rahmat. (Dok. Baznas.go.id)

Deputi Baznas Sebut Global Zakat Milik ACT Tak Punya Izin

4 Juli 2022
Sepeda motor dibakar dalam bentrok di Babarsari, Senin (04/07/2022)

Bentrok Antarkelompok di Babarsari, Sri Sultan Minta Polisi Tindak Keras Pelaku 

4 Juli 2022
sri sultan hb x mojok.co

Masa Jabatan Sri Sultan HB X Habis, DPRD DIY Geber Pembentukan Pansus

4 Juli 2022
Dwi Pertiwi: Legalkan Ganja untuk Medis Segera!

Dwi Pertiwi: Legalkan Ganja untuk Medis Segera!

4 Juli 2022
hotel di jogja mojok.co

Liburan Sekolah, Tingkat Okupansi Hotel di Jogja Meroket

4 Juli 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In