Tanya
Dear, Gus Mul.
Langsung saja ya, Gus.
Begini, Gus. Saat ini saya sedang jatuh cinta dengan seorang perempuan, sebut saja namanya Indri. Dia adalah kawan dekat saya. Kebetulan, kami berdua sudah dua tahun terakhir ini sama-sama aktif di sebuah komunitas menulis di kota kami.
Tampaknya kebersamaan di komunitas itulah yang membuat saya jatuh cinta pada Indri. Dia adalah perempuan yang baik, cerdas, telaten, dan yang paling menyenangkan, punya selera bacaan yang sama dengan saya. Tak terbayang jika kelak kami menikah. Pasti rumah tangga kami akan penuh dengan diskusi-diskusi menarik membicarakan tema yang sama-sama kami suka.
Namun sayang, saya punya masalah klasik. Saya tak berani mengungkapkan perasaan saya. Saya takut betul kalau ternyata saya ditolak. Kalau sampai ditolak, saya yakin hubungan kami yang sudah dekat ini pasti menjadi sangat canggung dan menjadi jauh. Saya tak ingin hal itu terjadi. Padahal, sungguh, saya ingin sekali mengungkapkan perasaan saya.
Saya sudah berkali-kali mengajak dia keluar makan bareng di tempat yang romantis dan berencana akan menembak dia. Namun tiap kali saya akan ngomong bahwa saya cinta sama dia, lidah saya rasanya kelu dan pada akhirnya niat untuk mengungkapkan perasaan itu saya urungkan.
Nah, Gus Mul, barangkali njenengan punya solusi atas masalah klasik saya ini.
~Nanda.
Jawab
Dear, Nanda.
Begini, saya nggak tahu Indri ini (calon) pacar pertamamu atau bukan. Kamu tidak mencantumkannya soalnya. Tapi saya mencoba menebak bahwa Indri ini yang pertama, sebab orang yang sudah pernah pernah punya pacar sebelumnya cenderung punya kepercayaan diri yang lebih kokoh dan mantap untuk mengungkapkan perasaan.
Saya paham dengan dilema yang Kamu alami. Kamu tak ingin kedekatanmu dengan Indri yang selama ini sudah terjalin dengan baik dan indah bakal hancur begitu saja kalau Kamu nekat menembaknya dan dia menolak. Tapi di satu sisi, Kamu butuh semacam validasi hubungan dengan ikatan yang lebih kuat.
Nah, permasalahannya sebenarnya adalah satu: kamu tidak tahu Indri suka juga sama Kamu atau tidak. Kalau kamu sudah tahu Indri suka sama Kamu, pastilah tak ada keraguan bagimu untuk langsung menembaknya dengan semangat yang paling empat lima.
Masalah utama ini sejatinya bisa kamu ketahui kok. Begini, Nanda. Perasaan itu selalu diejawantahkan dalam sikap. Konon, kalau menyukai lawan jenis, perempuan adalah makhluk yang paling bisa menyimpan rahasia, namun ia tak piawai menyembunyikan sikap.
Nah, dari sini sebenarnya sudah bisa terbaca. Perempuan itu kalau menyukai seseorang, ia akan memperlihatkan tanda-tanda kecil atas perasaannya melalui sikap yang ia tunjukkan.
Apa saja tanda-tanda kecil itu? Banyak. Dari mulai mau meladeni curhatan-curhatan kamu, Mau memajang foto kalian saat bersama di sosial media, selalu ingin menghubungimu, tak pernah menolak kalau kamu ajak main atau keluar, selalu ingin melibatkanmu dalam setiap pengambilan keputusan, sampai mau berbagi rahasia-rahasia penting kapada dirimu.
Dari curhatanmu yang bilang kalau Kamu sudah pernah mengajaknya makan berkali-kali di tempat romantis, saya pikir itu sebenarnya sudah merupakan tanda tersendiri. Tinggal kamu memastikan, tanda-tanda yang lain itu terpenuhi atau tidak.
Nah, apakah tanda-tanda kecil lainnya kamu lihat juga ada pada Indri? Kalau memang ada, ya jangan ragu. Tembak saja. Kemungkinan besar pasti diterima. Karena kalau tanda tersebut sudah ada, itu artinya Kamu bukanlah lelaki biasa baginya. Kamu adalah lelaki istimewa dan spesial. Lelaki yang memang ia harapkan menjadi kekasihnya.
Kalau tenyata ditolak gimana? Ya nggak papa. Namanya juga menembak, kemungkinannya kan cuma dua: kalau nggak diterima, ya ditolak. Yang jelas, untuk diterima, kamu harus menembak.
Kalau nggak pernah ditembak, sampai kapan pun, statusnya akan selalu sama: “masih ditolak”.
~Agus Mulyadi