MOJOK.CO – 16 Besar Euro 2020 | Wales vs Denmark | Laga dari 2 tim yang berimbang. Kuncinya ada di detail kecil; ketenangan pemain dan determinasi sejarah.
Wisnu Prasetya: “Kalau bukan sekarang, kapan lagi?“
Hukum gravitasi dan rumus matematika tidak akan pernah cukup untuk menjelaskan sepak bola. Tim kuat tidak selalu menang, dan tim yang lemah tidak selalu kalah. Kejutan-kejutan muncul di sana-sini dan dia menjadi garam dalam sayur yang membuat sepak bola menjadi enak untuk dinikmati.
Turnamen-turnamen besar juga selalu melampaui apa yang diwartakan oleh para pundit. Tidak ada yang mengira awal turnamen ini begitu gloomy karena tragedi yang nyaris merenggut nyawa Christian Eriksen. Di saat yang sama, kita juga diperlihatkan solidaritas dan kehangatan yang muncul dari tragedi tersebut.
Ketidakpastian dalam sepak bola itulah yang membuat Wales punya kesempatan untuk melaju lebih jauh di Euro 2020 kali ini, bahkan bisa melampaui pencapaian mereka di edisi sebelumnya. Di babak 16 besar, Wales juga diuntungkan karena “hanya” bertemu Denmark.
Denmark, tentu saja tidak bisa diremehkan begitu saja. Mereka punya semangat 1992. Dan mereka pasti akan memberikan yang terbaik buat Eriksen. Tapi tentu, semangat saja tidak cukup dan kisah fairy tale seperti edisi 1992 sulit terulang. Dan persis di situ, Wales punya peluang lebih besar untuk lolos ke perempat final.
Syaratnya, seperti yang pernah saya tulis di babak penyisihan, Wales mesti mengikuti ketenangan ala Aaron Ramsey. Mudah kelihatan, ketika Ramsey main tenang, teman-teman juga percaya diri. Daniel James sudah tidak mudah marah-marah lagi. Joe Allen bermain semakin taktis. Gareth Bale juga semakin cantik dalam membuka ruang dan memberi asis seperti yang terlihat ketika melawan Turki. Melawan Italia, Wales kalah selain karena memang sedang kuat-kuatnya juga karena Ethan Ampadu bermain kasar yang membuatnya dikartu merah.
Jika melihat permainan Denmark di Grup B, mereka nggak kuat-kuat amat dan mudah ditembus. Jadi, jangan sampai cara main ala Ampadu ini ditiru oleh pemain lain. Itu kalau Wales mau lolos ke perempat final ya. Kalau nggak mau ya cukup mengasari para pemain Denmark, paling nanti kena kartu merah dan bikin tim kalah.
Hal tersebut yang benar-benar mesti ditanamkan di kepala para pemain Wales. Kesempatan mereka untuk bisa melaju jauh di turnamen besar belum tentu akan muncul lagi dalam waktu dekat. Apalagi ada tanda-tanda tim Wales setelah ini melemah. Bale dan Ramsey sudah memasuki masa senja dan belum kelihatan para pemain yang bisa mengisi posisi mereka jika nanti pensiun.
Wales lolos dari Grup A dengan nyaman. Mereka menikmati cokelat Swiss, kebab Turki, dan sedikit mencicipi pizza Italia. Di babak 16 besar ini, saatnya menghabiskan danish pastry, kue Denmark yang sering dimakan sebagai makanan penutup. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
Addin: “Sejarah 1992 bakal terulang.”
Saya mau jujur akan dua hal. Pertama, jujur, saya deg-degan. Bukan semata-mata karena harus menghadapi Wales, tapi juga kepada orang di balik Wales dalam #MojokEuro edisi kali ini.
Adalah nama Wisnu Prasetya yang mendapat jatah mengawal Wales. Sosok yang sudah lama saya ikuti di Twitter. Beliau, seperti yang tercantum dalam bio Twitter-nya, adalah seorang dosen Ilmu Komunikasi di FISIPOL UGM. Sosok penulis yang cukup mentereng di #MojokEuro kali ini, selain Alief Maulana dan Nuran Wibisono.
Dari cantuman bio saja saya sudah keder. Lha gimana, meskipun dulu saya juga kuliah Ilmu Komunikasi, tapi ya kalau harus menghadapi sekaliber dosen tetep ndredek, Bos.
Belum lagi soal Wales yang beliau tulis. Nama mentereng seperti Gareth Bale menghuni skuat inti tim ini. Nama yang masuk dalam daftar pemain dengan transfer termahal sedunia. Apa nggak makin deg-degan saya.
Kalau diibaratkan Partai Golkar, beliau (Wales dengan Mas Wisnu) ini ya seorang Akbar Tanjung. Sosok politikus senior dan berpengalaman. Seorang Kanda bagi adik-adiknya di salah satu organ ekstra kampus paling mentereng juga di Indonesia.
Sementara kami ya ibarat Pakde Tugimin, seorang caleg tingkat Kabupaten dari kampung halaman saya. Jelas, kalian tidak tahu sepak terjangnya. Lha wong saya sebagai tetangga desanya saja nggak tau.
Wales dengan Mas Wisnu jelas kombinasi yang mentereng. Nama besar Bale, lalu ada Aaron Ramsey sebagai idola kaum hawa para Gooners, belum lagi dipadukan dengan tulisan ‘ger’ dari dosen Ilmu Komunikasi. Kombinasi mentereng yang sangat paripurna.
Kejujuran kedua saya adalah bahwa apa yang sudah saya sampaikan sebelumnya itu bohong belaka.
Deg-degan? Tentu. Takut? Waduh itu kosakata yang asing bagi Denmark.
Coba tengok rekor pertemuan. Dari 10 laga, Denmark berhasil membungkam Wales sebanyak 6 kali. Ini udah lebih dari sekadar 50% + 1 kemenangannya kalau turut serta dalam pemilu.
Oiya, ada satu hal lagi yang Denmark miliki namun Wales tidak, yaitu dukungan publik. Lho, jangan anggap remeh hal non-teknis macam gini.
Yakin, lebih banyak yang menjagokan Denmark untuk lolos ketimbang Wales. Memori The Danish Dynamite 1992 sangat membekas dan banyak yang ingin itu terulang. Mengingat juga kondisi nestapa yang sempat dialami Denmark di awal Euro 2020 kali ini.
Wales dan Mas Wisnu boleh lebih mentereng. Tapi perlu diingat, tidak semua yang mentereng itu berakhir senyuman. Sering juga berakhir dengan tangis nestapa di bawah guyuran hujan.
Wales boleh lebih mentereng. Tapi Simon Kjaer dan kawan-kawan bakal melaju terus sampai final.
BACA JUGA Jerman dan Mesin yang Mulai Panas, Bakal Makin Kuat di 16 Besar dan ulasan Euro 2020 lainnya.