ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Balbalan

Italia Juara, Patah Hati Bukayo Saka, Catatan Akhir Euro yang Luar Biasa

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
12 Juli 2021
0
A A
Italia Juara, Patah Hati Bukayo Saka, Catatan Akhir Euro yang Luar Biasa MOJOK.CO

Italia Juara, Patah Hati Bukayo Saka, Catatan Akhir Euro yang Luar Biasa MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Euro 2020 berakhir dengan tawa bahagia Italia dan patah hati Bukayo Saka. Euro ini juga wujud kemenangan manusia atas pandemi yang brengsek itu.

Italia datang ke Euro 2020 dengan status tak terkalahkan selama babak penyisihan. Gli Azzurri menutup kompetisi ini dan pulang ke Roma masih dengan status yang sama: tak terkalahkan. Mencatatkan rekor 34 laga nir kalah, Roberto Mancini dan anak asuhnya, resmi menjadi juara.

Euro 2020 adalah kompetisi yang “unik” bagi saya. Sebuah kompetisi antar-negara di mana beberapa stadion sudah terisi suporter. Pemandangan itu sukses membuat saya iri dengan suksesnya penanganan pandemi corona. Sangat kontras dengan Indonesia, di mana yang tersaji adalah permainan kata dan tipu-tipu belaka.

Sepak bola tanpa penonton tak ubahnya seperti sebuah pemakaman saja. Sepi. Tidak ada gairah yang ditularkan suporter kepada pemain. Tak ada suka yang diubah menjadi bahagia, atau sendu yang dikonversi menjadi tangis tersedu. Dan Euro 2020, menjadi penegasan akan perasaan itu.

Perasaan yang membuncah, berganti kesedihan dalam sekejap. Final Euro 2020 menjadi panggung akan perasaan itu. Menit laga belum genap dua, ketika Luke Shaw membidik bola ke sudut sempit dan gagal ditepis Donnarumma. “Sepak bola pulang ke rumah,” kata mereka.

Sungguh sayang, ketika harapan itu semakin membuncah, Italia menyamakan kedudukan. “Sepak bola pulang ke rumah,” kata mereka. Namun, yang menjadi akhir sebuah drama adalah sepak bola tak betul-betul punya atap permanen untuk bernaung. Sepak bola adalah milik dunia dan Bukayo Saka ada di ujung kejatuhan itu.

Final yang sungguh aneh untuk Inggris dan Gareth Southgate. Sekilas, idenya untuk kembali ke formasi 3 bek adalah pilihan jitu. Bahkan berbuah gol di awal laga. Namun, membangun sebuah skema beda urusan dengan menjalannya sebagai sebuah sistem. Setelah gol itu, Inggris kembali ke pojok pecundang, medioker, dan terlihat tak menikmati laga puncak yang jarang mereka gapai.

Inggris mengulangi lagi kesalahan mereka di laga-laga krusial. Euro 1996 misalnya, ketika mereka unggul terlebih dahulu dari Jerman. Inggris bermain dengan tone negatif, berhasil disamakan,1-1, untuk kalah di babak adu penalti, dan Southgate menjadi pesakitan.

Piala Dunia 2018, ketika skuat Inggris dilabeli calon juara. Unggul cepat dari Kroasia, bertahan terlalu dalam, kehilangan kontrol, disamakan skornya menjadi 1-1, lalu menjadi pecundang. Uniknya, gol Kroasia dan Italia sama-sama terjadi di menit 68 babak kedua. Seram sekali.

Pada ujungnya, Southgate lagi-lagi menjadi pecundang dan kali ini dia menyeret pemain muda ke lumpur hina itu: Jadon Sancho dan Bukayo Saka.

Dua pemain muda ini, bersama Marcus Rashford, dilempar ke sebuah situasi yang terlalu kejam. Ketiga bukan pemain inti. Kebetulan saja Bukayo Saka mengantongi menit bermain lebih banyak dibandingkan Sancho dan Rashford. Ketiganya “dipaksa” mengambil tanggung jawab negara di babak adu penalti.

Semakin jahat ketika beberapa pemain senior menolak mengambil tanggung jawab dan Bukayo Saka ditempatkan sebagai penendang kelima. Penendang penentu dalam sebuah drama adu penalti. Bukayo Saka, di mana di pundaknya terletak beban klub dan negara, gagal menembus tangan Donnarumma.

Letakkan kakimu ke dalam sepatu Bukayo Saka. Sebagai rookie berusia 19 tahun, di turnamen mayor pertama, didorong menjadi penentu. Bebannya makin berat karena Sancho dan Rashford juga gagal membuat gol. Patah hati adalah ending yang sudah dirasakan banyak orang.

Sancho dan Bukayo Saka tak seharusnya dilempar ke “mulut singa”. Keduanya memang pemain berbakat. Namun, tekanan berat di depan babak adu penalti membutuhkan pengalaman. Tak seharusnya para anak muda ini memikul beban seberat itu. Semua ada waktunya.

Mereka yang menertawakan kegagalan Sancho dan Bukayo Saka tak lebih dari bajingan yang tak punya perasaan.

Euro 2020 berakhir dengan perasaan getir untuk fans Arsenal, Manchester United, dan timnas Inggris. Di sisi lain, kompetisi ini menjadi sebuah perayaan yang bermakna atas nama keberhasilan umat manusia (yang waras) untuk mengalahkan pandemi. Dan untuk Italia, sebuah status juara adalah keniscayaan. Atas nama kedisiplinan, kreativitas, determinasi, dan mental juara.

Sampai jumpa lagi di Piala Dunia Qatar 2022. Piala Dunia yang dibangun di atas perbudakan dan gelimpangan jenazah para buruh kasar yang tidak menerima upah layak. Sampai jumpa lagi.

BACA JUGA Bukayo Saka, Bocah yang “Dipaksa” Memikul Beban Berat Bernama Arsenal dan Timnas Inggris dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Terakhir diperbarui pada 12 Juli 2021 oleh

Tags: bukayo sakaeuro 2020InggrisItaliasancho
Iklan
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Kegilaan Cinta Sejati di Napoli: Antara Sepak Bola dan Maradona MOJOK.CO
Esai

Menyaksikan Kegilaan Cinta Sejati di Kota Napoli: Antara Copet, Kota Bau Pesing, Sepak Bola, dan Maradona

31 Desember 2024
Silvio Berlusconi Abadi Bersama Angka 3 di Universe AC Milan MOJOK.CO
Esai

Silvio Berlusconi Abadi Bersama Angka 3 di Universe AC Milan

13 Juni 2023
Mahasiswa asal Madura alumnus UNY di Univeristy of Bristol
Kilas

Mahasiswa Asal Madura di Inggris Cerita Beratnya Puasa 16 Jam Sambil Penelitian

16 April 2023
Elena Ricchitelli: Belajar Bahasa dan Sastra Arab untuk melawan Islamofobia
Movi

Elena Ricchitelli: Belajar Bahasa dan Sastra Arab untuk melawan Islamofobia

6 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengalaman pertama bisa naik motor Yamaha Mio di Surabaya. MOJOK.CO

Terlalu Girang Saat Pertama Kali Mengendarai Motor Yamaha Mio, Malah Berujung Apes di Tengah Jalan Besar Kota Surabaya

12 Juni 2025
KA Airlangga, kereta murah, surabaya.MOJOK.CO

Coba-coba Naik KA Airlangga Jakarta-Surabaya: Bahagia Tiketnya Cuma Seharga 2 Porsi Pecel Lele, tapi Berujung Tak Tega sama Penumpangnya

12 Juni 2025
Derita warga Jawa Timur gara-gara cap PSHT, Aremania, dan sound horeg MOJOK.CO

Derita Orang Jawa Timur, Mau Hidup Ayem tapi Kena Cap Jelek karena Ulah Pencak Silat hingga Sound Horeg

9 Juni 2025
Yamaha Xeon sebagai motor terbaik. MOJOK.CO

14 Tahun Pakai Yamaha Xeon, Motor Butut yang Kuat Menerjang Jalanan Terjal Tasikmalaya ke Pantai Pangandaran

13 Juni 2025
Universitas Brawijaya (UB) Malang.MOJOK.CO

Ditolak UB dan Terpaksa Kuliah di Kampus Tak Terkenal, Kini Malah Sukses: Dapat Kerja Gaji Dua Digit setelah Ratusan Lamaran Ditolak

11 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.