Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Skuat Aneh Arsenal di Mata Analis Sepak Bola Profesional

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
9 November 2019
A A
arsenal unai emery david luiz sokratis MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Di mata analis profesional, skuat Arsenal bisa digambarkan menggunakan satu kata saja: “aneh”. Kombinasi pelatih absurd dan komposisi pemain yang tidak seimbang.

Jumat (10/9) malam, saya ngobrol dengan salah satu analisis sepak bola profesional. Dia bekerja untuk sebuah klub di Liga 1. Obrolan kami, tentu saja, soal dinamika Liga 1, Liga 2, dan tantangan menjadi analis profesional untuk Klub Liga 1. Apalagi ketika pelatih kepala punya ide dan gagasan yang terkadang sulit dipahami.

Ketika bercerita soal pelatih kepala yang idenya sulit dipahami, secara otomatis seperti reflek, wajah Unai Emery, pelatih Arsenal, yang terbayang di benak saya. Jangan-jangan, karena kerumitan ide dan gagasan yang semakin absurd, Emery punya takdir melatih salah satu klub di Indonesia. Lumayan juga buat orang lokal, bisa foto bareng bule demi konten.

Obrolan soal sepak bola Eropa tidak terlalu banyak. Salah satu teman bercerita soal betapa sulitnya hidup di bawah naungan Pep Guardiola. Manchester City, misalnya, di matanya menjadi seperti robot. Si analis membenarkan pandangan itu. Meskipun gagasan Pep Guardiola bagus dan terasa segar, lantaran sangat intens, pemain pasti “pegel-pegel”. Sangat lelah.

Tepat di saat itulah saya menyambar. “Gimana dengan Arsenal? Kenapa Unai Emery kerjanya begitu?”

Teman saya ini analis profesional. Dia sudah terbiasa tidak menjelaskan sesuatu tanpa data yang jelas. Dia tidak menjawab secara jelas. “Tidak tahu.” Jawaban yang terlalu singkat dan brengsek betul bikin saya makin penasaran. Penasaran karena saya berani bertaruh dia sedang menyusun analisis Arsenal di dalam kepalanya. Saya kenal betul dia.

Dan benar saja, seiring obrolan soal Arsenal, dia mengungkapkan dua poin yang sungguh menarik. Dua poin itu dia simpulkan ke dalam satu kata: “Aneh”.

“Maksudnya?” Kejar saya.

“Ya aneh. Skuat Arsenal itu aneh.”

“Aneh gimana?”

Setelah dipancing dia memberikan penjelasan singkat. Namun, ketika dipikirkan dalam-dalam, terasa masuk akal. Dua poin itu adalah:

Arsenal tidak akan memainkan “kuartet” di depan bersama-sama

Hingga November 2019, Emery belum pernah memainkan Pierre-Emerick Aubameyang, Nicolas Pepe, Alexander Lacazette, dan Mesur Ozil bersama-sama. Ketika Pepe dan Lacazette sudah kembali ke kebugaran terbaik, Emery masih saja mengasingkan Ozil. Baru ketika Lacazette absen karena cedera, Ozil mendapatkan kesempatan bermain.

Saya membayangkan kuartet yang luar biasa. Trisula depan dibantu oleh satu pemain super kreatif. Pastinya menjadi kuartet yang bisa kreatif, tajam, dan menghibur. Betapa polosnya saya.

Membayangkan keempatnya bisa bermain bersama di lini depan Arsenal memang menyenangkan. Namun, bagi pelatih, imajinasi tidak boleh mendominasi. Teman saya, si analis bilang: “Itu Emery nggak mungkin mainin Aubameyang, Pepe, Lacazette, dan Ozil bersama-sama. Keempatnya itu nggak bisa bertahan.”

Iklan

Setelah dipikirkan, analisisnya memang masuk akal. Pertama soal Ozil. Kita tahu dia sangat kreatif. Keberadaannya di sepertiga akhir lapangan sangat penting. Ada yang bilang dia tidak perlu ikut bertahan karena tugasnya di depan. Ya kalau main sepak bola plastik atau tarkam kamu bisa berpikiran seperti itu. Nunggu saja di depan, yang bertahan biar temanmu.

Saya salah satu yang sampai sekarang masih berpandangan Ozil bisa ikut bertahan. Kata “bisa” tentu takarannya berbeda jika kita menyandingkan Matteo Guendouzi di sini. Toh Ozil pernah terlibat dalam proses bertahan ketika berseragam Real Madrid. Namun, ada sistem yang menjadi patokan. Di Arsenal sekarang, sistem yang mendukung itu tidak terlihat.

Pelatih jadi sangat membutuhkan pemain yang bisa menyerang dan bertahan sama baiknya. Inilah salah satu alasan Emery menempatkan Lucas Torreira sedikit ke depan. Meski kita tahu, proses adaptasi Torreira dengan peran barunya sangat tidak mulus. Ozil tidak punya atribut ini.

Nah, soal Aubameyang dan Lacazette, silakan cari lagi rekaman pertandingan Arsenal vs Wolves. Ketika posisi skor 1-0 untuk Arsenal, di babak kedua, Wolves membangun serangan dari kiper. Ketika bola sampai di gelandang bertahan, Aubameyang dan Lacazette tidak segera melakukan pressing kepada si penerima bola.

Bahkan, seharusnya, keduanya sudah berusaha menutup jalur umpan dari kiper menuju gelandang. Namun, keduanya cuma berjalan santai dan satu proses itu menjadi awal tendangan penalti yang didapat Wolves.

Nah, inilah alasannya kuartet Auba, Laca, Pepe, dan Ozil tidak akan bermain bersama. Keempatnya tidak bertahan. Atau setidaknya menerapkan pressing secara kontinu. Padahal, sepak bola modern menuntut atribut itu.

Sokratis dan David Luiz itu jelek

Poin kedua dari teman saya adalah Sokratis dan David Luiz itu bukan bek bagus. Saya tertegun dibuatnya….

Bagi saya, Sokratis itu bagus. Terutama dia berani step up ketika Laurent Koscielny cedera panjang. Sokratis sukses menggalang pertahanan dengan baik ketika bermain bersama Rob Holding dan Skrodran Mustafi. Trio ini buyar ketika Holding cedera. Semakin buruk ketika Hector Bellerin menyusul kemudian.

Teman saya, si analis ini memang tidak ngomongin kualitas diri Sokratis. Yang sedang ia sasar adalah kesesuaian antara cara bermain Arsenal dengan spesifikasi diri Sokratis dan David Luiz. Keduanya bukan bek yang nyaman membangun serangan dari bawah, meskipun David Luiz punya kemampuan passing cukup baik.

Namun, membangun serangan dari bawah memang bukan sekadar mengalirkan bola dari kiper ke bek, lalu menuju gelandang. Membangun serangan dari bawah adalah merencanakan sebuah jalan mencapai gawang lawan. Umpan mengandung informasi. Umpan bukan hanya untuk mengalirkan bola, tetapi juga menggerakkan lawan, hingga merusak formasi lawan.

Kedua bek ini memang tidak punya level kecerdasan untuk pekerjaan jenis ini. Maka ketika Arsenal membeli David Luiz, sebetulnya sudah terasa aneh. Semakin aneh ketika Emery memaksa Arsenal untuk membangun serangan dari bawah. Sudah terbukti tidak efektif, masih saja dilakukan.

Atas dasar itulah, teman saya si analis ini menyimpulkan semuanya ke dalam satu kata: “aneh”. Sejak awal, jika ingin bermain sepak bola dari bawah, beli bek yang mampu. Jika ingin melakukan pressing dari depan, beli penyerang dan pemain sayap yang mendukung.

Kombinasi antara pelatih dengan ide absurd dan komposisi pemain yang tidak seimbang melahirkan satu kata menohok: “aneh”.

BACA JUGA Emery Melirik Ozil Hanya Ketika Butuh: Gambaran Laki-Laki Lemah Hati atau tulisan YAMADIPATI SENO lainnya.

 

Terakhir diperbarui pada 9 November 2019 oleh

Tags: Arsenalaubameyangdavid luizemeryliga inggrisozil
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Harry Maguire Bek Dungu Manchester United Anti Bullying MOJOK.CO
Esai

Harry Maguire, Bek Dungu Milik Manchester United yang Mengajari Kita Makna Ketahanan Mental dan Cara Melawan Bullying

20 Oktober 2025
Untung Mohamed Salah Nggak Jadi Buruh di Indonesia MOJOK.CO
Esai

Beda Nasib Mohamed Salah dan Pekerja di Indonesia saat Menyuarakan Hak: Menghasilkan Ketimpangan yang Dinormalisasi

6 Januari 2025
Rokok Ilegal identik dengan Liga Inggris, yang Legal Liga Italia MOJOK.CO
Esai

Kenapa, ya, Rokok Legal Identik dengan klub Liga Italia, sementara Rokok Ilegal Lebih Dekat dengan klub Liga Inggris?

9 November 2024
Vidio vs Rp18 Triliun Live Streaming Ilegal Jelang Liga Inggris MOJOK.CO
Esai

Vidio Wajib Cemas. Menjelang Liga Inggris, Keuntungan Live Streaming Ilegal Mencapai Rp18 Triliun!

9 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.