Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Ini yang Terjadi Jika Indonesia Lolos Piala Dunia

Rijal Mumazziq oleh Rijal Mumazziq
4 Juli 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Piala Dunia seperti dunia yang berbeda untuk sepak bola Indonesia. Lantas, bagaimana jika Indonesia ternyata bisa masuk ke dunia tak tergapai itu?

Dosa apa yang diperbuat rakyat Indonesia sehingga Tuhan tidak menciptakan talenta setara Cristiano Ronaldo di tanah Nusantara ini? Apa sih yang menyebabkan Indonesia nyaris tanpa prestasi di dunia persepakbolaan internasional? Terlalu sulitkah memilih 11 pasang kaki dari 250 juta penduduk negeri ini? Jika Zinedine Zidane menjadi pelatih, sanggupkah melejitkan prestasi Garuda Muda?

Demikian sulitnya mencari prestasi timnas Indonesia, raihan medali emas SEA Games 1990 selalu saja dibangga-banggakan. Tak hanya itu, kata “nyaris” juga menjadi kebanggaan.

Misalnya, saat pers maupun komentator sepak bola bernostalgia, “Dulu, tahun 1975, kita NYARIS lolos ke Olimpiade Montreal Kanada, sayang ditekuk Korea Utara, bung!” Atau “Kita semua tahu, bung, dulu tahun 1985, kita HAMPIR lolos ke Piala Dunia di Meksiko andai tidak dijungkalkan Korsel!”

Ini masih nyaris dan hampir lho, belum benar-benar lolos. Benar kata Emha Ainun Nadjib, soal martabat, rakyat Indonesia ini punya seribu alasan untuk terus menjunjung tinggi harga dirinya.

Yang lebih konyol, berhasil menahan imbang Uni Soviet di Olimpiade Melbourne 1956 menjadi semacam prestasi membanggakan yang layak dikenang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Itu hanya imbang menahan Raksasa Merah, lho. Jika saat itu menang, mungkin kebanggaannya setara dengan kebahagiaan diundang ke perkawinannya Raisa-Hamish Daud.

Tapi, namanya juga miskin prestasi, ya tidak masalah membanggakan sesuatu yang meskipun minim, tetap layak dibanggakan dan dipamerkan. Apalagi, dengan jutaan fans fanatik. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jika Indonesia tampil di Piala Dunia.  Jika betul-betul terjadi, bakal beberapa peristiwa yang bakal terjadi.

Piala Dunia dimanfaatkan politisi.

Dulu, Alfred Riedl pernah dibuat sewot. Ketika Timnas Garuda butuh konsentrasi menjelang final Piala AFF, eh Nurdin Halid malah mengajak rombongan skuat Garuda Muda ke kediaman Aburizal Bakrie. Makan bersama, lalu foto-foto.

Namanya juga politisi. Mereka memanfaatkan popularitas timnas demi mengerek prestise.

Persis sebagaimana beberapa pihak yang membawa timnas U-19 bertanding ke berbagai daerah usai meraih juara Piala AFF 2013. Timnas U-19 yang dikapteni Evan Dimas saat itu sudah seperti rombongan sirkus yang dibawa hanya untuk mendulang keuntungan semata.

Kalau Indonesia tampil di Piala Dunia, saya haqul yakin para politisi banyak yang nitip popularitas sponsorship. Ada yang mungkin nitip kaos dengan gambar mukanya, sembari berharap sang pemain memakainya sebagai kaos dalam dan kala mencetak gol dia membuka jerseynya lalu memamerkan kaos politisi tersebut.

Aksi berdoa bersama digelar di mana-mana.

Bakal digelar aksi doa bersama untuk timnas di berbagai tempat, istighosah demi kemenangan, hingga aksi solidaritas dan galang dana buat superter kere. Tagar #belaGaruda menjadi terpopuler di fesbuk dan twiter.

Kemudian, beredar meme-meme bertabur ayat suci dan hadis untuk mendukung timnas. Jangan lupa, motivasi dari Mario Teguh para ulama akan senantiasa ditunggu oleh. Lengkap sudah! Ini belum lagi kecerewetan para komentator di layar kaca!

Kreativitas dari dunia dangdut.

Para pencipta lagu dangdut bakal berlomba-lomba menciptaka lagu yang nakal dan sampai bikin eargasm. Bakal muncul Goyang Garuda, Goyang Pildun, Joget Bola, Joget Penalti, dan sebagainya. Para pencipta lagu panen hasil. Sebab, karya ciptaannya bertema sepak bola ramai dipakai pada musisi dangdut.

Iklan

Fenomena tret tet tet suporter Indonesia menuju Piala Dunia.

Penduduk Islandia hanya sekitar 320 ribu jiwa. Berkat kerja keras dan pembinaan sepak bola yang baik, mereka berhasil tembus Piala Eropa dan Piala Dunia. Ketika bertanding, banyak sekali warga Islandia yang menonton langsung. Sampai-sampai hanya tinggal beberapa ratus jiwa saja yang tak ikut. Penjuru Islandia mendadak sepi. Istilahnya tret tet tet, tandang ke wilayah lawan untuk mendukung timnas mereka.

Istilah tret tet tet yang merupakan tiruan dari bunyi terompet suporter ini sendiri melekat kepada Bonek, suporter Persebaya Surabaya ketika melakukan aksi tandang.

Jika Piala Dunia, bisa jadi puluhan pesawat dicarter khusus untuk tret tet tet suporter timnas Indonesia. Bagi yang low budget bisa mengadakan naik sepeda onthel rame-rame lintas benua. Tahu sendiri, kan, kenekatan suporter kita?

Libur nasional khusus nobar Indonesia di Piala Dunia.

Sekolah dan instansi pemerintah maupun swasta meliburkan diri secara resmi atas imbauan pemerintah. Kalau Presiden Togo saja bisa meneken surat perintah libur nasional saat timnas Togo bertanding di Piala Dunia 2006, silam, apalagi presiden Indonesia. Sebab pemimpin di negara kita ini punya kemampuan istimewa soal hari libur nasional. Silakan dihitung saja berapa jumlah hari libur nasional yang kita miliki.

Acara pencarian bakat untuk bidang sepak bola.

Stasiun televisi berlomba menayangkan Indonesia’s Got Talent bidang balbalan. Mereka mulai optimis jika sebenarnya banyak talenta ideal di Nusantara tapi belum mendapat hidayah terekspose.

Siapa tahu, ada remaja dengan kemampuan setara Eden Hazard tapi dia masih sibuk bekerja di peternakan bebek. Siapa tahu pula sebenarnya ada pemain berbakat dengan kemampuan menggiring bola sesempurna Ronaldinho tapi malah disuruh ayahnya menjadi sales kapur barus.

Oleh karena itu, para produser sibuk membuat acara begituan untuk menjaring para remaja dengan kemampuan istimewa. Hadiahnya? Bisa umroh, kalau enggak bisa ya direkomendasikan ke klub-klub Liga Indonesia sembari menjajal tawaran menjadi bintang iklan makanan.

Terakhir diperbarui pada 4 Juli 2018 oleh

Tags: Aburizal BakriebonekdangdutIndonesiaislandianurdin halidPiala duniapiala dunia 2018timnas u19
Rijal Mumazziq

Rijal Mumazziq

Artikel Terkait

kerja sama indonesia prancis.MOJOK.CO
Sosial

Indonesia-Prancis Teken Kerja Sama Perfilman di Candi Borobudur, Angin Segar Industri Sinema Tanah Air

29 Mei 2025
Irfan Afifi: Kalau Tidak Ada Tanda Maju, Mengapa Indonesia Tidak Pilih Mundur Saja?
Video

Irfan Afifi: Kalau Tidak Ada Tanda Maju, Mengapa Indonesia Tidak Pilih Mundur Saja?

26 Maret 2025
Dangdut Lawas OM Lorenza Melawan Hegemoni Dangdut Koplo MOJOK.CO
Esai

Dangdut Lawas OM Lorenza Obat Kejenuhan Dangdut Koplo: Wayahe Wong Lawas Tampil

11 Februari 2025
bti, petani, tani.MOJOK.CO
Ragam

Rumus “3S-4J-4H” Wajib Dijalankan Pemerintah Kalau Mau Petani di Indonesia Maju

28 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.