Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Perang Dagang AS-Tiongkok, Resesi Global, dan Pengaruhnya pada Indonesia

Audian Laili oleh Audian Laili
26 September 2019
A A
UMKM Lokal
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Katanya dunia akan mengalami resesi ekonomi pada 2020 akibat perang dagang AS-Tiongkok. Kalau betul itu terjadi, apakah Indonesia akan terdampak? Jika ya, apa yang harus dipersiapkan?

Beberapa ahli ekonomi mengatakan bahwa kita akan mengalami resesi ekonomi sebentar lagi, tepatnya di tahun 2020. Beberapa data mengungkapkan hal tersebut. Dikutip dari Detik, menurut survei global Union Bank of Switzerland (UBS) terhadap 360 perusahaan milik keluarga dengan kekayaan keluarga rata-rata US$ 1,2 miliar (Rp16,9 triliun). Hasilnya menunjukkan, 55% perusahaan milik keluarga percaya akan ada resesi pada 2020.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati pernah mengungkapkan melalui CNBC Indonesia bahwa, “Melemahnya pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir menjadi indikasi di tahun 2020 tren ini akan tetap berlanjut. Dan dikhawatirkan tahun depan resesi akan berdampak khususnya di negara-negara maju.”

Ngomongin soal resesi, lantas apa sebetulnya resesi ekonomi itu? Menurut National Bureau of Economic Research (NBER) yang dilansir dari CNBC Indonesia, resesi adalah periode menurunnya aktivitas ekonomi (jual-beli) yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan. Secara umum, resesi adalah kondisi pertumbuhan ekonomi yang menurun secara signifikan, setidaknya selama enam bulan.

Penurunan ini biasanya akan menyerang lima indikator ekonomi yaitu, PDB (Produk Domestik Bruto) riil, pendapatan, pekerjaan, manufaktur, dan penjualan ritel. Sinyal peringatan yang menandai resesi, yakni ketika ada beberapa pertumbuhan yang melambat, sekalipun angkanya masih positif.

Selain itu, yang menjadi tanda lainnya adalah malasnya para horang-horang kaya mengeluarkan uang guna berbelanja. Saking banyaknya uang yang selama ini mereka belanjakan, sekalinya mereka melakukan penghematan, efeknya mengenai seluruh faktor perekonomian dan menciptakan hambatan terhadap pertumbuhan, sekalipun konsumsi di kelas menengah ke bawah terus tumbuh.

Lantas, mengapa resesi disebut-sebut akan terjadi dalam waktu dekat? Dilansir dari podcast di Kumparan yang ngobrol dengan M. Chatib Basri, ekonom dan mantan menteri keuangan Indonesia, ia mengungkapkan bahwa resesi yang mulai dialami oleh negara-negara di dunia ini tidak terlepas dari perang dagang antara Amerika dan Tiongkok. Keduanya semakin kompetitif dalam persaingan ekspor.

Hal ini memanas ketika Amerika merasa Tiongkok mencuri kekayaan intelektual dan teknologi Amerika Serikat dan mempraktikkan perdagangan yang tidak fair (salah satunya dengan menurunkan nilai tukar [devaluasi] mata uangnya sendiri). Praktik-praktik tersebut membuat ekspor Tiongkok menguat dan menyaingi Amerika Serikat. Itulah yang membuat Presiden Trump memulai perang dagang per Maret 2018 dan semakin masif pada Agustus 2019, dengan menaikkan bea masuk dan menciptakan hambatan dagang bagi produk Tiongkok yang akan masuk Amerika.

Tindakan ini dibalas Tiongkok dengan menerapkan hambatan dagang serupa untuk barang Amerika Serikat yang akan masuk ke Tiongkok. Akibatnya, nilai ekspor kedua negara itu turun (bisa dicek di sini dan sini). Akibatnya, nilai perdagangan kedua negara itu turun. Komoditas yang terpengaruh adalah garmen, peralatan, dan barang elektronik (Tiongkok) serta kedelai, minyak mentah, dan produk farmasi (Amerika Serikat).

Hal ini berdampak pada ekonomi secara global karena nilai perdagangan kedua negara ini sangat besar. Sepanjang 2018 misalnya, pertukaran uang antara keduanya mencapai 660 miliar dolar AS (sekitar Rp8.400 triliun rupiah).

Sebetulnya dampak perang dagang kedua negara tersebut tidak sama untuk setiap negara lain. Hal ini bergantung pada seberapa erat hubungan negara tersebut dengan Amerika dan/atau Tiongkok. Selayaknya sebuah hubungan, kalau hubungan itu lekat dan akrab, tentu akan berdampak besar. Namun, jika tidak, pengaruhnya nggak akan besar-besar amat. Aktivitas manufaktur Jepang dan Korea Selatan yang menyuplai kebutuhan bahan baku untuk Tiongkok, misalnya, sangat terpengaruh.

Ilustrasinya begini. Katakanlah Tiongkok banyak mengekspor gorengan ke AS, yang mana tepung dan minyaknya disuplai dari Indonesia, maka ketika ekspor gorengan Tiongkok ke AS turun, angka pembelian tepung dan minyak Indonesia juga turun. Begitu juga sebaliknya.

Sedikit kabar baik buat Indonesia, kita tidak terlalu terpengaruh perang dagang AS-Tiongkok karena sektor yang terpukul adalah manufaktur, yang mana Indonesia lemah dalam hal ini. Komoditas Indonesia yang terpengaruh adalah kelapa sawit dan batubara yang biasanya diekspor ke Tiongkok.

Walau begitu, sebagai respons atas fenomena global ini, target pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester II 2019 diturunkan dari 5,3% ke 5,2%. Dalam bahasa ekonom Raden Pardede, kita jangan panik dan jangan langsung belingsatan mendengar kata resesi ekonomi global.

Iklan

Menurut Chatib Basri, pengaruh resesi kali ini ke Indonesia akan melalui tiga hal, yakni ekspor, investasi, dan daya beli. Sementara itu, nantinya hal yang akan paling dirasakan oleh individu adalah kehilangan pekerjaan, meski ya diprediksi nggak bakal terlalu signifikan juga, sih. Supaya kondisi ekonomi Indonesia tetap stabil, salah satu yang bisa diusahakan oleh pemerintah adalah dengan mengeluarkan kebijakan fiskal yang meningkatkan daya beli masyarakat menengah ke bawah.

Sebagai tambahan, pesan dari Sri Mulyani melalui CNBC Indonesia soal mempersiapkan situasi resesi tersebut, “Masyarakat juga harus aware dengan instrumen investasi, apakah dengan membeli bond (obligasi), saham, atau melalui tabungan.”

Ngomong-ngomong, Mojok merasa isu ini penting dibahas meski topiknya nggak Mojok banget. Jadi mohon maklum ya kalau tulisan ini malah kayak konten CNBC :’)

BACA JUGA Gimana Jelasin Ekonomi Keluarga ke Anak Waktu Kamu Jatuh Miskin atau artikel Audian Laili lainnya.

Terakhir diperbarui pada 26 September 2019 oleh

Tags: amerikaperang dagangresesi ekonomisri mulyanitiongkok
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

Purbaya Hendak Selamatkan Petani, tapi Malah Dijegal (Rokok Indonesia:Ekosaint)
Pojokan

Niat Mulia Purbaya Mencegah Kematian Industri Tembakau Malah Dihalangi, Sementara Aksi Premanisme Sri Mulyani Memeras Keringat Petani Dibela

1 Oktober 2025
Sebaiknya Kita Berhenti Menganggap Guru Itu Profesi Mulia, agar Mereka Bisa Digaji Jauh Lebih Layak
Pojokan

Sebaiknya Kita Berhenti Menganggap Guru Itu Profesi Mulia, agar Mereka Bisa Digaji Jauh Lebih Layak

4 September 2025
sri mulyani, guru beban negara.MOJOK.CO
Ragam

Video Sri Mulyani soal “Guru Beban Negara” Memang Hoaks, tapi Isinya adalah Fakta

21 Agustus 2025
Sekolah Kedinasan Disuapi Anggaran 104 Triliun. Negara Gila! MOJOK.CO
Esai

Bukti Indonesia Udah Gila: Sekolah Kedinasan Dapat Anggaran 104 Triliun, ketika Sekolah Formal dengan 62 Juta Pelajar Cuma Dapat Nasi Bungkus

9 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.