MOJOK.CO – Elneny dan Partey menjadi pasangan yang dinamis di lapangan tengah. Mendobrak segala ekspektasi dan menari tanpa tanpa kenal lelah untuk Arsenal.
Untuk kali pertama, Thomas Partey dan Mo Elneny bermain bersama. Sebuah kejutan mengingat betapa pentingnya kemampuan distribusi bola Granit Xhaka, yang dicadangkan ketika berkunjung ke rumah setan Manchester United, untuk Arsenal selama ini. Sebuah kejutan yang ternyata menyenangkan.
Samar-samar saya masih ingat di tahun terakhir ketika Elneny harus “pergi untuk sementara” dari Arsenal. Semenjak bergabung di 2016, pemain asal Mesir ini hampir tidak pernah menjadi tema besar untuk diperbincangkan. Sesekali dia tampil baik, salah satunya ketika tandang ke Barcelona di Liga Champions, di mana Elneny mencetak satu gol. Selebihnya adalah rentetan penampilan medioker.
Saat itu, kemampuannya terlihat sangat terbatas, pun mengingat lini tengah Arsenal dijejali pemain-pemain kelas satu yang tak pernah bisa konsisten. Pilihan bagi pemain yang kini berusia 28 tahun itu hanya ada dua, yaitu pergi secara permanen atau dipinjamkan. Dia mengambil pilihan kedua untuk “disekolahkan” ke Besiktas.
Sejak saat itu, namanya semakin “tidak ada” untuk diperbincangkan. Bahkan sebelum liga dimulai, ketika berbicara soal lini tengah Arsenal, narasi yang deras mengalir adalah potensi kedatangan pemain baru, antara Partey atau Housem Aouar. Nama Elneny masih dianggap sebagai “dia yang menjadi pilihan kedua”.
Selain kesulitan membeli Aouar, Mikel Arteta juga bersetia dengan janjinya sendiri, yaitu siap memberi kesempatan kepada semua pemain sebelum liga dimulai. Pada titik ini, kita melihat bahwa mantan pemain Basel ini sadar bahwa dia hanya perlu bekerja keras dan menunjukkan perkembangannya untuk memenuhi tantangan Arteta.
Dan terang di ujung jalan panjang itu adalah penampilan heroik Elneny ketika berduet dengan Partey di rumah Manchester United. Izinkan saya mengklaim secara sembrono bahwa Arsenal sudah menemukan komposisi dua gelandang sentral paling seimbang: Partey dan Elneny.
Manchester United sedang dalam tren performa yang cukup baik. Ole Gunnar Solskjaer sepertinya sudah menemukan bentuk lini tengah terbaik, yaitu diamond dengan basis Fred, Scott McTominay, Pogba, dan Bruno Fernandes. Sejauh ini, bentuk diamond memberi keseimbangan bagi United.
Arteta merespons keseimbangan United dengan detail-detail yang manis. Alex Lacazette, striker, banyak turun ke bawah untuk menekan Fred. Trio Pogba, McTominay, dan Bruno dibuat tidak bisa memosisikan diri dengan enak berkat dinamisnya Partey dan Elneny.
Partey dan Elneny punya kebiasaan dan kemampuan yang hampir mirip. Keduanya terlihat nyaman ketika menerima bola dari bawah. Keduanya juga berani melakukan drive di lapangan tengah, baik dengan atau tanpa bola. Pergerakan yang dinamis ini membuat lini tengah menjadi tidak terorganisasi dengan baik.
Tugas Partey dan Elneny terlihat sangat sederhana ketika dituangkan ke dalam kalimat. Namun, pada kenyataannya, kerja dua pemain ini sangat kompleks dan menuntut kekuatan paru-paru dan kelenturan otot secara maksimal. Tanpa kemampuan ini, keduanya tidak mungkin bisa menjaga lapangan tengah United tetap “dingin” sepanjang laga.
Sekali lagi saya tegaskan, hanya Partey dan Elneny yang bisa mewujudkan ide Arteta ini di atas lapangan. Sebuah bukti bahwa sistem harus bisa diwujudkan oleh pemain. Sementara itu, sistem yang bisa diaplikasikan membuat pemain terlihat lebih baik. Dua aspek yang saling mendukung ini membuat Arsenal dominan.
Energi dan tradisi Arsenal
Tidak bisa dimungkiri kalau Arsenal masih berada dalam tahap transisi. Para pemain yang ada di dalam skuat sudah memahami tradisi yang ingin dibangun Arteta untuk Arsenal. Arteta menegaskannya dengan kebiasaan para pemain untuk selalu bertanya tentang cara bermain. Baginya ini kabar baik karena artinya pemain mau berkembang.
Masih agak sulit untuk membaca corak akhir dari perubahan yang tengah dikejar Arteta. Namun, sekali lagi izinkan saya untuk membuat kesimpulan sembrono bahwa tradisi yang disasar adalah energi. Arteta ingin tim ini punya energi besar untuk belajar dan berkembang. Oleh sebab itu, tidak heran jika Elneny bisa berkembang sejauh ini.
“Apa yang Mo Elneny tularkan ke tim, terutama, energi sebagai seorang pemain. Dia bisa menciptakan atmosfer itu. Saya pikir kami butuh energi dan perasaan positif itu. Menurut saya, dia bermain luar biasa,” kata Arteta.
“Saya pernah bermain bersamanya dan kami tahu kualitasnya sebagai pemain dan apa yang akan dia tularkan. Saya suka pemain yang bisa menekan ego ketika bermain untuk tim dan selalu bisa berkontribusi terlepas mereka hanya bermain satu menit atau 96 menit. Para pemain mengagumi Elneny dan kini mendapat respect seperti seharusnya sebagai pesepak bola,”
Ekspektasi itu terdobrak. Selalu ada kelegaan luar biasa ketika seorang pemain mampu menjawab tanggung jawab dan rela mematikan ego untuk tim. Ekspektasi itu terdobrak.
Perlu kita catat bersama-sama bahwa ketika tanggung jawab datang, artinya seorang pesepak bola dianggap layak untuk ada di dalam tim. Bukan hanya soal kualitas teknis, tetapi soal ketetapan hati, berkorban untuk tim, dan tidak manja. Artinya, pesepak bola ini mendapat kepercayaan.
Bagian termahal dari hidup dan bekerja lebih keras ketimbang teman-temanmu di dalam tim adalah kepercayaan dan dianggap ada. Tidak ada gunanya bukan kalau kamu bekerja keras untuk kemudian dianggap tidak ada? Semakin pedih hati ini ketika kontribusimu dianggap angin lalu.
Arteta menjanjikan kepercayaan dengan hati yang lapang dan pikiran jernih….
“Kini kami lebih agresif. Semua orang ingin memberikan usaha 100 persen. Kami kehilangan unsur ini. Namun kini, kita bisa melihatnya, bahkan kitman pun memberikan usaha 100 persen,” kata Elneny selepas Arsenal mengalahkan Fulham di laga pembuka Liga Inggris musim ini.
Fans Arsenal tahu kualitas dan konsistensi Elneny. Banyak yang merasa aneh, bahkan khawatir ketika pemain asal Mesir itu bermain. Namun, “pelukan” dari Arteta menghapus semua keraguan. “Arteta selalu bilang kalau dia membutuhkan saya di tim ini. Dia selalu memberi feedback dan memacu saya supaya bisa mengeluarkan kemampuan terbaik. Saya harus berterima kasih kepada Arteta.”
Mundur ke beberapa bulan sebelumnya, ketika Arsenal sedang tidak berada dalam kondisi terbaik, ditambah Ainsley Maitland-Niles tengah “merajuk”. Arteta tidak bergeming dengan tuntutan Ainsley, yang ingin dimainkan di lapangan tengah Arsenal lebih sering. Pelatih asal Spanyol ini menegaskan, jika ingin bermain, semua pemain harus menunjukkan komitmen terbaik. Syarat ini tidak bisa ditawar.
Ada kritik, ada pula solusi. Ketika Ainsley mau mencoba, Arteta memberinya kesempatan. Meskipun tidak bermain di lapangan tengah, Ainsley sadar kalau dirinya berkembang berkat komitmen dan bimbingan Arteta. Mereka yang tidak mau “patuh” dengan syarat, tidak akan mendapat menit bermain. Dari sana, pemain sadar harus bekerja keras demi tim, bukan pelatih saja.
Semua yang bekerja keras akan mendapatkan hasilnya secara adil, yaitu kepercayaan… seharusnya seperti itu. Namun, dalam hidup, terkadang kamu harus menelan rasa pedih di hati karena mereka yang mendapat kepercayaan tidak didasarkan kepada kerja keras untuk tim. Untung saja, Arteta setia dengan janjinya.
Elneny dengan “paru-paru padang pasir”, sejauh selalu konsisten, menemukan titik terbaiknya bersama Partey. Kenyamanan yang terlihat dari dua pemain ini adalah kebahagiaan untuk Arsenal, terutama ketika ekspektasi itu bisa terdobrak dan pemain menunjukkan komitmen terbaik.
Elneny, semua pemain Arsenal bekerja begitu keras, dan “Partey hard,” tersaji di Panggung Impian. Mungkin, titik tertinggi dari cinta itu tidak hanya ikhlas, tetapi bekerja keras untuk kebahagiaan kolektif.
BACA JUGA Thomas Partey, Mesin Perang Arsenal, dan Janji Mikel Arteta dan tulisan-tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.