MOJOK.CO – Tertarik? Tunjukkan. Tidak tertarik? Lepaskan. Sudahlah, daripada jadi perempuan jual mahal melulu, apa salahnya bersikap lebih jujur?
Dalam proses pendekatan menuju jalan terjal penjajakan antara seorang laki-laki dan perempuan, biasanya pihak perempuan bakal senang melakukan hal ini: jual mahal. Dilihatin pura-pura nggak lihat, giliran cowoknya noleh, eh dia curi-curi pandang. Dimintain akun Facebook, nggak ngasih, tapi diem-diem lembur stalking tiap malem.
Duh, ya iyalah. Kita, kan, berharga. Ya masa seberharga ini, terus diobral murah? Kalau dia emang suka sama kita, ya usaha dong! Tunjukin, buktiin bahwa sesulit apa pun mendapatkan kita, dia tuh akan tetep nunggu!
Sabar, Sis, sabar. Nih, minum dulu….
Sebelumnya, izinkan saya meluruskan dulu istilah “jual mahal” ini. Jual mahal bukanlah lawan kata dari “murahan”. Bukan pula berarti ia adalah lawan di mana setiap ada cowok keren dikit, melek dikit, kerjaan mapan dikit, langsung kita pepet dan kasih gratisan.
Perempuan jual mahal ini maksudnya adalah ketika seorang perempuan sebenarnya menyukai seseorang, tapi malah berpura-pura tidak butuh, tidak menyambut cintanya, dan tidak antusias dengan pendekatan yang dia lakukan. Sampai di sini paham, ya?
Jual mahal, umumnya, dilakukan perempuan jika dia sebenarnya tertarik. Kalau perempuan tidak tertarik, pasti akan langsung menolak. Istilahnya, ngapain juga kita harus capek-capek jual mahal?
Eh tapi, kalau memang tertarik, kenapa harus pura-pura nggak tertarik?
Sebenarnya, sebagai perempuan, saya juga mumet. Tapi, berdasarkan penerawangan saya pada jiwa-jiwa kaum hawa, saya berani menyebut bahwa jual mahal ini juga ada alasannya. Biasanya, ini dilakukan perempuan dengan tujuan untuk menunjukkan “kelas”. Lalu, alasan berikutnya adalah ingin menguji keseriusan si laki-laki.
Namun, benarkah kedua alasan itu memang mengharuskan perempuan jual mahal?
Jadi begini, Saudara-saudara. Perempuan, pada umumnya, memang ingin menunjukkan “kelas” dengan cara play hard to get. Singkatnya: mendapatkanku tidak semudah itu, Bro.
Pola-pola yang dilakukan biasanya itu-itu aja. Misalnya, sengaja telat balas chatting. Lelaki nge-chat pada hari Senin, dia baru balas pada hari Kamis, itu pun tengah malam. Jawabannya juga datar banget, “Sorry, aku sibuk.”
Di-chat pun sikapnya nggak asik. Pokoknya, si perempuan bakal anti nge-chat duluan sebelum di-chat. Kalaupun si laki-laki kirim pesan panjang kali lebar, dijawabnya singkat-singkat, “Oh, ya…”
Terus, kalau pas ketemu, waktu diajak ngobrol pun si perempuan menunjukkan sikap yang kelihatannya nggak antusias dan malah sibuk main HP. Oh, jangan lupakan juga senjata berupa raut muka suntuk dan bibir mecucu seperti sedang sariawan!
Ada juga yang lebih sadis. Dia sengaja mengesankan bahwa ada banyak lelaki yang ngantre untuk mendapatkannya. Misalnya: “Aku tiap ke rumah sakit selalu bete, deh. Pulangnya pasti adaaa aja dokter yang minta nomer HP-ku. Ih malesin, tauk!” Tujuannya apa?
Tujuannya cuma satu: ia ingin membuat lelaki jiper dan menyadari betapa susahnya mendapatkan dirinya.
Perempuan mengira bahwa hal ini akan menunjukkan “kelas” yang dimilikinya. Padahal, inilah sebenarnya yang ada di pikiran laki-laki:
“Oooh.. ternyata dia memang nggak suka sama aku.”
“Oke, aku bukan tipenya ternyata.”
“Apa gara-gara motorku masih kredit ya?”
“Ya udah lah, cari pandangan lain aja.”
Dengan kata lain, apakah mereka lantas tertantang untuk mendapatkan si perempuan?
Sayangnya, jawabannya adalah: tidak. Lelaki yang rasional, yang #antipacarpacaranclub, yang ingin menyeriusi seorang perempuan, biasanya nggak akan suka dengan hal yang sifatnya rumit macam ini. Saat merasa bahwa si perempuan jual mahal dan tidak merespons positif ajakannya berkenalan, ya dia akan pergi dan mencari target lain yang baginya lebih rasional untuk didapatkan. Sesimpel itu.
Makanya jangan heran, mengapa perempuan sering merasa telat sayang. Saat si lelaki pergi, baru deh terasa sayang. Salah satunya, ya, karena perempuan demen mainan tarik ulur semacam ini.
Lalu, alasan berikutnya adalah: ingin menguji keseriusan dengan jual mahal.
Saya sebenarnya agak bingung dengan alasan ini. Kita ingin dia menyeriusi kita, tapi kita pura-pura menutup diri, pura-pura nggak butuh, dan pura-pura nggak suka. Lah, gimana caranya itu si Malih menunjukkan keseriusan coba?
Ya dengan terus berjuang mendapatkanku, dong. Walau kucuekin, dia harus tetap maju. Itu kan tandanya dia serius!
Sayangnya, Maemunah, nggak semua laki-laki adalah spesies penyuka tantangan. Ada sih yang begitu. Tapi hati-hati—makin dia suka tantangan, makin dia mencandui itu tantangan. Udahannya? Ya bisa ditebak. Setelah mendapatkanmu, tantangan itu selesai. Dan mereka butuh dipuaskan adrenalinnya untuk mencari tantangan berikutnya.
Ini menjawab pertanyaan mengapa laki-laki di awal hubungan terlihat sayaaaaang banget, tapi lama-lama menurun, menurun, lalu hilang. Sementara itu, perasaan perempuan di awal biasa aja, tapi makin lama makin sayang. Saat di puncak sayang inilah tahu-tahu si lelaki ngilang.
Eh tapi saya nggak bermaksud ngajari perempuan mengobral cinta loh, ya, bukan. Saya hanya ingin mengajak para jomblowati yang masih dalam proses mencari jodoh, untuk bersikap apa adanya saja.
Jika sedang didekati lelaki baik, dan kita pun tertarik, kenapa tidak menunjukkan ketertarikan kita juga? Caranya, tentu saja, dengan merespons secara baik dan menjalin interaksi dengan baik. Dari sini, kita bisa melihat apakah karakter kita cocok dengannya atau tidak, apakah ia serius ingin menikahi kita atau tidak, dan apakah penjajakan ini bisa dilanjutkan atau tidak.
Ingat, jangan justru dibalik. Karena kita ingin dia serius, kita malah bersikap seolah-olah tidak ingin diseriusi. Ini kan aneh!
Menjalin komunikasi dalam rangka mencari jodoh itu sebenarnya simpel aja, kok. Tertarik ya tunjukkan, tidak tertarik ya lepaskan. Gampang, kan?
Ya memang gampang. Sayangnya, kita aja yang suka bikin semuanya menjadi ribet.