Kenapa kamu masih betah kerja di situ? Kenapa kamu tidak keluar saja? Itu lah beberapa contoh pertanyaan dari teman, tetangga, saudara kepada saya.
Pertanyaan-pertanyaan itu membuat saya sangat sedih dan juga membuat lemas seketika. Bagaimana saya tidak sedih dan lemas, karena saya saja juga bimbang hati meronta-ronta ingin keluar dari perusahaan itu. Di sisi lain, kerasnya kehidupan meminta untuk tetap bekerja di perusahaan tersebut.
Bayangkan saja, saya karyawan di perusahaan yang namanya sudah PT tetapi gajinya kecil. Bahkan di bawah Upah Minimum Kabupaten (UMK). Lebih parahnya lagi, tidak ada tunjangan apapun, tidak ada jam lembur, kalau pulang molor tapi jam molor itu dianggap sebagai loyalitas. Hari besar atau hari libur dipaksa untuk tetap masuk.
Tetapi mau bagaimana lagi, mau resain tetapi masih butuh pekerjaan itu. Zaman sekarang mencari kerja susah apalagi orang seperti saya umur sudah 27 dan sudah mempunyai anak. Kalau tidak kerja, tidak bisa menafkahi keluarga. Namun, kalau masih di situ, setiap hari adanya cuma mengeluh dan mengeluh.Â
Minta informasi teman belum ada lowongan dan sampai sekarang pun saya masih pusing. Tetap bekerja di situ tekanan batin, kalau keluar dari situ dan belum mendapatkan kerja, istri pasti muring-muring.
Dan saya pun memutuskan untuk tetap bekerja di perusahaan tersebut sembari mencari informasi lowongan. Kalau nanti sudah mendapat kan pekerjaan yang lain, baru saya resain atau mengundurkan diri dari perusahaan tersebut.
Saya pun mempunyai prinsip SING PENTING CUKUP walaupun tidak bisa membuat mu kaya setidaknya bisa membuat mu hidup.
Margiyanto Mranggen mranggen Jatinom Klaten [email protected]
BACA JUGA Keluh Kesah Menjadi Anak Kesayangan Orang Tua  dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG.
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini