Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Ulasan Film

Wonder Women, Anomali Film Superhero

Angga Septiawan Putra oleh Angga Septiawan Putra
16 Juni 2017
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Saya bukan penggemar film-film DC.

Dibanding dengan besutan Marvel, DC ketinggalan jauh. Sangat jauh. Saat Marvel mulai merintis dan mengenalkan satu per satu karakter komik mereka dengan konsep satu semesta, DC masih meraba karakter apa saja yang akan diangkat. Saat Marvel mulai mendapat tempat di mata kritikus dan penonton, DC masih kebingungan menentukan tone dan formula yang tepat untuk film-filmnya.

Okelah, trilogi The Dark Night sukses besar. Tapi itu dulu, ketika Marvel belum muncul ke permukaan dan Arsenal belum di-bully seintens sekarang. DC terlalu terbuai kesuksesan Nolan sehingga abai pada pergerakan pesaing. Mereka juga terkesan malas berinovasi.

Sadar mulai ditinggalkan penggemar dan diserbu kritik, DC pun ikut memakai format universe Marvel. Mereka membentuk semesta dengan nama DC Extended Universe (DCEU). Bagi DC, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Bersama Warner Bross, pada 2013 DC merilis film pertama DCEU, Man of Steel. Jika melihat popularitas Superman, harusnya film ini tak sukar meraih penonton. Tapi fakta berkata lain. Meski sempat mendapat rekor sebagai film dengan pemutaran perdana terlaris, ujung-ujungnya Man of Steel tak bisa dianggap sukses. DC masih mendapat banyak kritik.

Film kedua menyusul setelah jeda lama: Batman v Superman: Dawn of Justice (2016).

Disangka bisa menaikkan moral DC dan penggemarnya, nyatanya mereka gagal maning. Yang nonton sih banyak, tapi persis Man of Steel, kritiknya pedas-pedas. Misal soal konflik utama yang dipaksakan. Setelah ketegangan yang dramatis, Batman dan Superman nggak jadi berantem cuma karena sama nama doang. Hvft.

Susulannya, Suicide Squad, juga tak bernasib lebih baik. Nilai plusnya cuma satu, kehadiran Margot Robbie sebagai Harley Quinn yang masyaallah aduhai. Selain aktingnya yang memang bagus, ia bisa menarik penonton laki-laki. Kalau tidak … ah sudahlah.

Kemudian, datanglah Wonder Woman (2017).

Sejak tayang pertama kali akhir Mei lalu, Wonder Woman sukses meraih banyak pujian penonton. Rotten Tomatoes memberinya 93%. Di IMDb, rating-nya mencapai 8,3. Artinya, pendapat penonton dan kritikus cenderung sejalan.

Film ini cukup sukses bukan hanya karena kecantikan Gal Gadot sebagai Diana, tetapi juga karena kematangan cerita. Efek visual, audio, koreografi aksi, juga drama berpadu dengan pas turut memberi pengaruh. Dan ada faktor lain: film ini berani.

Proyek Wonder Woman sangat berani. Di mata produser film superhero, karakter superhero perempuan tak akan menghasilkan untung berlimpah. Faktanya begitu. Dari beberapa film superhero yang pernah beredar, tak satu pun sukses di mata penggemar dan mampu meraup keuntungan. Ini terjadi pada Catwoman (DC) dan Elektra (Marvel).

Dipilihnya Gal Gadot juga merupakan keberanian tersendiri. Sejak diumumkan sebagai pemeran Diana, komentar miring berdatangan. Bukan karena zionis sih, ia cuma dianggap terlalu tinggi, itu satu. Kedua, payudaranya terlalu kecil dibanding karakter asli di komik.

Payudara boleh kecil, totalitas tetap besar. Luar biasa bahkan. Lihat saja bagaimana ia bisa berlagak begitu polos ketika tiba di dunia manusia. Atau takjub luar biasa saat pertama kali memakan es krim. Atau ketika ia menganggap perempuan dan lelaki yang tidur bersebelahan hal biasa.

Iklan

Adegan aksi yang dipertontonkan Gadot juga warbyasa. Pergerakannya natural, tak kaku sama sekali. Ia mampu melompat, berlari, dan menghunus pedang dengan begitu baik. Hal itu ditunjang pula oleh efek visual beserta audio yang saya rasa tak kalah dengan efek visual Doctor Strange besutan Marvel.

Keberanian lain juga terlihat dari penunjukan Patty Jenkins sebagai sutradara. Ini lumayan mengejutkan. Jarang ada perempuan yang diminta menakhodai film superhero. “Aku bukan hanya pembuat film, aku perempuan pembuat film,” kata Jenkins.

Wonder Woman memang dimaksudkan untuk mengampanyekan kesetaraan gender. Terutama di layar lebar. Terutama lagi di dunia superhero.

Sepanjang sejarah persuperheroan, jarang ada superhero perempuan yang menjadi superhero utama dan difilmkan. Di DC, seingat saya hanya ada Supergirl dan Catwoman. Sementara Marvel, rival mereka, hanya pernah menelurkan Elektra. Sayangnya ketiga film itu dinilai tak sukses.

Namun, Jenkins bersama Wonder Woman seolah ditakdirkan untuk meraih sukses bersama. Ia berhasil membuktikan dua hal sekaligus: perempuan bisa menyutradarai film superhero dan superhero perempuan bisa mendapat atensi penonton.

Terakhir, yang saya rasa paling utama adalah keberanian menyelipkan humor. Film-film DC, terutama semenjak kedatangan trilogi The Dark Night, dikenal kelam. Jarang atau bahkan tidak ada sama sekali humor segar. Anda masih bisa merasai jejaknya di Batman v Superman.

Suicide Squad sempat mencoba menampilkan humor, tapi film itu kadung dinilai tak sukses. Humornya dianggap terlalu bagus ketimbang jalan ceritanya. Dengan kata lain, porsinya tak seimbang. Di tangan para kritikus, film ini juga babak belur.

Di sinilah Wonder Woman hadir sebagai momentum. Film ini muncul dengan warna berbeda dari film-film sebelumnya yang super duper serius. Patty Jenkins dengan cermat mampu memaksimalkan kemampuan Gal Gadot dalam berakting. Oleh Jenkins, Diana menjadi sosok yang jenaka karena polos dan naif. Dan Chris Pine sebagai Kapten Trevor jadi tandem yang bagus.

Satu momen berbau humor yang paling saya ingat dalam Wonder Woman adalah ketika Steve Trevor tengah mandi di kolam yang airnya berkilauan. Diana kemudian mendatangi Trevor yang saat itu berstatus tawanan. Sontak Trevor kaget. Ia langsung berdiri. Sangat disayangkan ia tidak sempat mengenakan apa-apa sehingga, tampaknya, benda pusakanya terlihat.

Diana kemudian menunjuk ke tubuh bawah Trevor dan bertanya, “Apa itu?”

Trevor salah tingkah dan bukannya menjawab, malah langsung menutup tubuh depannya dengan tangan. Ealah, ternyata yang Diana tunjuk adalah jam tangan yang berada di dekat Trevor. Di pulau tempat Diana tinggal, jam tangan tidak pernah ditemui. Penonton tertipu. Pesan moralnya: jangan gampang ngeres wkwk.

Untungnya humor film ini sukses. Sebab, kalau tidak, saya sudah berencana nge-tweet ke @DCComics untuk memakai jasa @AgusMagelangan sebagai konsultan humor. Setidaknya Agus berpengalaman jadi aktor dan ngesyut Movi. Hampir saja Justice League melawan musuh-musuh anti-Pancasila.

Saya kira keberhasilan Wonder Woman akan memengaruhi tone film-film DC selanjutnya. Lewat porsi pas antara aksi, unsur kelam, dan humor, DC bersama Jenkins membuktikan bahwa mereka bisa tampil segar, penuh drama, aksi menegangkan, serius, sekaligus tetap menyelipkan dialog jenaka.

Pada paragraf awal saya menyebut diri bukan penggemar film-film DC. Untuk Wonder Woman, hal itu tidak berlaku.

Terakhir diperbarui pada 4 Juni 2021 oleh

Tags: catwomandc comicselektraFilmfilm superheroGal Gadotmarvelpatty jenkinsresensiWonder Woman
Angga Septiawan Putra

Angga Septiawan Putra

Artikel Terkait

Film Tukar Takdir Nggak Sekadar Adegan Mesra Nicholas Saputra dan Adhisty Zara dalam Mobil! Mojok.co
Pojokan

Film Tukar Takdir Nggak Sekadar Adegan Mesra Nicholas Saputra dan Adhisty Zara!

8 Oktober 2025
film tema perselingkuhan.MOJOK.CO
Mendalam

Main Serong di Sinema Indonesia: Mengapa Kamu Menyukai Film Bertema Perselingkuhan?

22 September 2025
Film Safe Haven.MOJOK.CO
Seni

Tutorial Masuk Surga ala “Kang Mus” dalam Safe Haven, Film Pendek Berdurasi Singkat tapi Ngilunya Melekat

29 April 2025
Film Qodrat 2: Ketika Perempuan Buruh Pabrik Dieksploitasi Kapital sekaligus Jadi Tumbal.MOJOK.CO
Seni

Film Qodrat 2: Ketika Perempuan Buruh Pabrik Dieksploitasi Kapital sekaligus Jadi Tumbal

23 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
UGM MBG Mojok.co

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.