Six Balax, Si Super Crime Smasher - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
Home Ulasan Bacaan

Six Balax, Si Super Crime Smasher

Eka Kurniawan oleh Eka Kurniawan
31 Juli 2017
0
A A
170731 BACAAN six balax hino minggo eka kurniawan mojok

170731 BACAAN six balax hino minggo eka kurniawan mojok

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Jika ia datang mendobrak pintu, dan penghuni rumah kaget sambil bertanya siapa, ia akan memperkenalkan diri dengan cara mengeluarkan kartu domino “biji dua belas” alias balak enam. Terbuat dari sepuhan emas 22 karat. Itu cukup untuk bikin orang mengkeret, dengan lutut gemetar. Sebab, itu artinya ia tengah menghadapi agen legendaris dari markas besar polisi di Kebon Kacang. Six Balax.

Ia digambarkan sebagai “super spy pribumi”. Ia agen yang tak bisa disogok (setidaknya secara terang-terangan), bermata juling, pitak di sisi kiri keningnya, pemilik revolver Magnum 44 yang merupakan kenang-kenangan dari Dirty Harry ketika mereka bertemu di rumah geisha di Tokyo. Ia juga menguasai ilmu bela diri, sebab pernah belajar hingga ke Cina dan Jepang.

Jadi jangan bayangkan ia seperti agen necis pujaan banyak perempuan macam agen 007, James Bond. Juga jauh dari kesan agen polisi di novel-novel bubur kertas Amerika macam Philip Marlowe karangan Raymond Chandler, yang peminum tapi pemikir dan filosofis dan penikmat catur dan puisi. Six Balax merupakan sejenis keajaiban: norak, tak rupawan, tak meyakinkan, tapi mampu membuat ngeri para penjahat Jakarta di tahun 70an.

Hino Minggo, penulis novel Six Balax: The Man with Golden Golok ini, bahkan sering menempatkannya dalam situasi tak termaafkan: misalnya menerobos markas penjahat dengan brutal dan penuh keberanian, tapi kemudian jumpalitan setelah tak sengaja menginjak kulit pisang.


Menemukan novel yang terbit ketika saya bahkan masih balita ini, tahun 1977, merupakan anugerah. Ia tak hanya menjadi sejenis mesin waktu, tapi juga kemewahan bagi manusia di sebuah negeri di mana buku dengan mudah dilupakan.

Baca Juga:

Menghitung Kekayaan Tom Hardy, Calon Pemeran James Bond yang Baru

Pembukaan Asian Games 2018 dan Tradisi The Art of Kepepet Indonesia

Anugerah karena saya bisa menemukan kalimat-kalimat asoy yang merupakan pencampuran biadab dari berbagai penggunaan bahasa. Lihat ini: “Yang membuatnya penasaran, gadis jelita sweet seventeen yang baru dinikahinya secara gelap itu belum sempat dikutik-kutiknya.” Atau yang ini: “Tak ketinggalan kasur tempat Abdulgani tidur di-odol-odol.” Terakhir ini: “Dan moncong sedan itu nancap kecebur dalam kubangan babi.” Jangan senewen, gaya bahasa Hino Minggo aseli bisa bikin orgasme para kritikus sastra kapiran!

Seperti agen polisi lainnya, tentu saja Six Balax harus menghadapi berbagai kasus kriminal. Dan sebagaimana agen polisi, ia juga memiliki musuh bebuyutannya sendiri. Dalam kasus ini, musuh bebuyutannya dikenal dengan julukan The Man with Golden Golok. Musuh yang pernah membunuh kekasih si agen polisi dan satu-satunya kriminil yang masih bebas berkeliaran tak tersentuh oleh si agen.

Hal terbaik dari kisah-kisahnya adalah, kita tak perlu bertemu penjahat dengan obsesi keterlaluan ingin menguasai dunia. Tidak. Biarlah urusan begitu kita serahkan kepada Hollywood. Untuk Six Balax, cukup kasus-kasus kriminil lokal, yang meskipun skalanya kecil, tapi cukup pula membuatnya geleng-geleng kepala sampai pening.

Katakanlah segerombolan penjahat kambuhan yang menculik isteri muda seorang pengusaha kaya. Tak ada yang istimewa dari kasus ini, baik korban maupun pelakunya. Bisa terjadi di sudut ibukota yang mana pun, kapan pun. Yang membuat Six Balax jengkel dan ingin mengungkapkan kasus ini, karena penghinaan yang ditujukan kepada kepolisian, utamanya kepada dirinya sendiri. Si penculik meminta uang tebusan, dimasukkan ke dalam karung, dan diletakkan di atap rumah. Bajingan, bukan? Di atap rumah!

Dalam kisah yang lain, kejahatannya bercampur dengan ilmu hitam. Hal ini dilakukan segerombolan anak-anak jebolan SMA yang gagal masuk kuliah, karena tak sanggup membayar uang gedung. Mereka dendam, dan melakukan serangkaian pembunuhan berantai atas dekan-dekan di universitas-universitas yang meminta uang gedung. Bangke. Uang gedung, katanya! Kalau tak diselesaikan oleh Six Balax, kejahatan ini bisa terus terjadi sampai zaman milenial sekarang.

Memecahkan kasus ini membuat sang agen harus bekerjasama dengan seorang dukun dari pedalaman Banten. Dukun yang hampir berumur seratus tahun, tapi tampang masih segar bagaikan anggota Deep Purple, lengkap dengan celana jins penuh dengan hiasan paku payung, bersepatu tinggi, berselera rokok 234. Dukun yang tak menerima amplop, tapi mau dikasih kado Levi’s cutbray nomor 28 (cungkring!).

Membaca Six Balax, adalah membaca kesegaran, humor yang kasar dan brutal. Keringanan bahasanya bahkan masih terasa, empat puluh tahun sejak pertama kali diterbitkan. Sangat cocok untuk para penulis hipster yang ingin coba-coba berbahasa secara vintage, untuk menambah kegagahan dan kegenitan. Membaca Six Balax juga membaca aneka aksi. Dari tembak-tembakan ala film koboi, hingga perkelahian ala film kungfu, dengan jurus-jurus maut seperti “memetik anggur” yang tak lain mematuk kedua biji lelaki yang menggantung di selangkangan.

Dan tentu saja belajar pula tentang Jakarta tahun 70an, di mana Ciliwung sudah butek, dan Kali Jodo sudah jadi sarang kenikmatan. Dan orang sudah mengeluhkan hal yang sama “zaman serba susah dan barang-barang serba mahal seperti sekarang ini”.

Hino Minggo menulis banyak roman, tapi barangkali Six Balax merupakan karyanya yang paling populer. Saya tak tahu persis berapa judul, tapi jelas sosok itu sangat terkenal. Bahkan menurut naratornya sendiri, begitu populernya sang agen, hingga menciptakan musuh sekaligus pemuja. Musuh berharap ia segera mati dihajar bus kota. Pemuja “membakar kemenyan agar jagoan yang angin-anginan ini still going strong menumpas kriminalitas yang menjamur di negeri yang kemerdekaannya sering-sering encok ini.”

Jika kau pernah membaca satu saja buku Six Balax, kau adalah si beruntung laknat. Jika kau menemukannya di kios buku bekas, di rumah teman, atau di perpustakaan, percayalah itu pertemuan yang langka, yang harus kau syukuri. Lebih langka daripada kesempatan menemukan belahan jiwamu sendiri. Lebih langka dari kena peluru nyasar dari agen polisi berangasan.

 

Judul: Six Balax: The Man with Golden Golok. Penulis: Hino Minggo. Penerbit: Selecta Group, 1978.

Terakhir diperbarui pada 31 Juli 2017 oleh

Tags: Hino MinggoJames BondPhilip MarloweRaymond ChandlerSix Balax
Eka Kurniawan

Eka Kurniawan

Artikel Terkait

tom hardy

Menghitung Kekayaan Tom Hardy, Calon Pemeran James Bond yang Baru

22 September 2020
Lomba Tujuhbelasan dan 5 Cerita Sedih di Balik Sejarahnya

Pembukaan Asian Games 2018 dan Tradisi The Art of Kepepet Indonesia

19 Agustus 2018
Pos Selanjutnya
170803 ESAI Jokowi

Jokowi Belum Tentu Terpilih Jadi Presiden Lagi

Komentar post

Terpopuler Sepekan

170731 BACAAN six balax hino minggo eka kurniawan mojok

Six Balax, Si Super Crime Smasher

31 Juli 2017
Lokasi 18 SPBU di Jogja untuk uji coba MyPertamina

Lokasi 18 SPBU di Jogja yang Jadi Tempat Uji Coba MyPertamina untuk Roda Empat

30 Juni 2022
Garuda Pancasila, Sudharnoto

9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah

26 Juni 2022
kecurangan SBMPTN

Polisi Amankan 15 Pelaku Kecurangan SBMPTN di UPN Veteran Yogyakarta

28 Juni 2022
Pertamina dan aplikasi MyPertamina yang bikin ribet rakyat kecil! MOJOK.CO

MyPertamina dan Logika Aneh Pertamina: Nggak Peka Kehidupan Rakyat Kecil!

29 Juni 2022
Kasman Singodimedjo tagih janji ke Sukarno sial Piagam jakarta

Kasman Singodimedjo, Menagih Janji 7 Kata Piagam Jakarta pada Sukarno

26 Juni 2022
PPDB SMA/SMK DIY dan sekolah pinggiran kekurangan murid

PPDB SMA/SMK Ditutup, Sekolah Pinggiran di DIY Kekurangan Murid

30 Juni 2022

Terbaru

prambanan jazz mojok.co

Tentang ‘Golden Hour’, Waktu Tersyahdu Nonton Prambanan Jazz

3 Juli 2022
es doger balai yasa mojok.co

Kesegaran Es Doger Balai Yasa dan Kenangan tentang Lapas Cebongan

3 Juli 2022
Wasesa dari Dragon Ball dirikan Hobikoe jual beli barang antik di Indonesia

Berawal dari Dragon Ball, Wasesa Jual Beli 200 Ribu Barang Antik

3 Juli 2022
sai sapi jogja mojok.co

Sei Sapi, Saat Daging Asap NTT Beradaptasi dengan Lidah Jogja

2 Juli 2022
tyrell malacia mojok.co

Tyrell Malacia Resmi ke MU, Target Selanjutnya Lisandro Martinez

2 Juli 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In