Meskipun menjadi kota industri, Gresik masih menjadi destinasi utama masyarakat untuk dikunjungi. Kebanyakan datang untuk berziarah ke makam Sunan Giri dan Sunan Maulana Malik Ibrahim yang berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia. Ketika sudah berada di kota orang, rasanya nggak afdol kalau belum mencicipi makanan khas sana. Termasuk di Gresik, mayoritas wisatawan paling nggak coba sekali seumur hidup mencoba nasi krawu.
Nasi krawu telah menjadi kuliner utama ketika pertama kali berkunjung ke Gresik. Berisikan daging suwir, serundeng, dan sambal terasi membuat lidah sulit berkata bilang nggak enak. Rasanya yang gurih dan pedas cocok dengan selera lidah masyarakat Indonesia.
Walaupun begitu, sebenarnya kuliner di Gresik nggak cuma nasi krawu doang lho. Ada beberapa makanan khas Gresik, tapi kurang dijamah oleh oleh wisatawan. Penasaran apa saja makanan tersebut? Simak penjelasannya berikut ini.
#1 Ikan sembilang
Bosan makan nasi krawu terus? Tenang, mungkin kalian belum coba sensasi makanan khas dari utara Gresik. Apalagi kalau bukan ikan sembilang.
Bukannya ikan sembilang termasuk ikan beracun? Tenang, Gaes, kalian nggak perlu khawatir. Ikan sembilang, sebelum diproses, dibersihkan dengan baik termasuk bagian patilnya yang beracun. Selain itu, ikan sembilang memiliki kandungan gizi yang baik sehingga aman banget untuk dikonsumsi.
Kalian bisa menikmati makanan ini di bagian utara Gresik. Berjarak kurang lebih 10 km dari pusat Kota Gresik. Namun, dari sekian warung makan ikan sembilang, kalian patut mencoba Warung Pak Kasan Sembilang yang berada di Desa Bedanten, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. Warung Pak Kasan merupakan warung tersukses dalam menjual makanan ikan sembilang. Rasa asam dan pedas bikin pengunjung dari luar kota berminat untuk datang. Padahal posisi warung berada di atas tanggul dan jauh dari keramaian.
Kepala sembilang menjadi incaran pengunjung ketika mampir ke Warung Pak Kasan. Saking banyaknya, sering menu ini ludes lebih cepat sampai harus pesan lebih dulu sebelum datang. Tapi kalau kalian benci ramai, kalian bisa coba kok di warung lain yang masih bagian utara. Rasanya cuma downgrade dikit dengan Warung Pak Kasan.
#2 Kolak ayam
Kolak identik dengan rasanya yang manis sehingga identik dengan buah-buahan seperti pisang dan nangka. Tapi, gimana jadinya jika kolak berisi daging ayam? Pernah kepikiran dengan makanan kayak gini?
Kolak ayam merupakan warisan kuliner turun-temurun dari Desa Gumeno, Kecamatan Manyar. Disebut warisan karena kolak ayam dibuat sejak masa Kekuasaan Sunan Giri. Kala itu, Sunan Dalem yang merupakan anak Sunan Giri jatuh sakit dan bermimpi untuk dibuatkan kolak ayam. Sunan Dalem kemudian sembuh setelah dibuatkan kolak ayam. Sejak saat itu, kolak ayam menjadi kuliner warisan khas Gresik sampai sekarang.
Sajiannya yang menarik kayak rujak soto dan pecel rawon bikin orang luar rela datang untuk mencoba. Sayangnya, kolak ayam cuma ada pas malam 23 Ramadhan yang menjadi tanggal kesembuhan Sunan Dalem. Dengan kata lain, kita cuma bisa merasakannya setahun sekali. Tapi kalau ada kesempatan, datang ke sana ya karena kolaknya nggak amis dengan paduan gurih dan manis yang pas, serta kaya rempah.
#3 Nasi roomo
Masih tentang nasi dan kali ini ada makanan khas Gresik bernama nasi roomo. Makanan ini sudah eksis sejak kekuasaan Sunan Giri dan masih bisa ditemui sampai sekarang. Dulunya, nasi roomo menjadi sajian makanan bagi bangsawan maupun tamu penting kerajaan.
Nasi roomo disajikan dengan nasi di atas daun pisang yang kemudian diberi sayur serta kerupuk. Di bagian terakhir, nasi disirami kuah kuning seperti sate Padang dan ditabur kuah dan sambal. Kuah kuning inilah yang dinamakan roomo. Mungkin saat suapan pertama terasa eneg. Tapi kalau sudah terbiasa, rasa aneh tersebut perlahan hilang berganti menjadi gurih dan sedikit asin. Oiya, Kalau kalian nggak doyan nasi, di sini kalian bisa milih lontong sebagai karbohidrat
Meski masih bisa ditemui, jumlah penjual nasi roomo sudah nggak ramai seperti dulu dan hanya bisa ditemui di Desa Roomo, Kecamatan Manyar. Sekalipun ada harus rela antre untuk mencoba kuliner khas kota pesisir. Saya jamin, kalian bakal nambah saking enaknya
#4 Pudak
Bosan dengan nasi, kini kita beralih ke jajanan. Gresik juga punya jajanan yang khas dan mantap. Salah satunya adalah pudak. Jajanan ini terbuat dari tepung besar, gula jawa, gula pasir, dan santan yang dibungkus dengan pelepah daun pinang. Ada juga berbahan dasar sagu sehingga disebut sebagai pudak sagu
Keunikan pudak dibanding jajanan lain bisa dilihat dari kemasannya. Kemasan dari pudak disebut dengan “Ope” yang pembuatannya lebih rumit dibanding masakannya. Pelepah daun pinang disamak terlebih dahulu untuk diambil bagian kulit dalamnya. Setelah itu, kulit daun dibersihkan, kemudian dijahit menyerupai huruf L tanpa sudut sehingga bisa tertutup dengan rapat.
Varian rasa pudak bermacam-macam. Saat pertama kali dibuat, pudak hanya memiliki tiga jenis rasa: pudak putih dari gula pasir, pudak merah dari gula jawa, dan pudak sagu. Seiring berkembangnya zaman, rasa dari pudak bertambah dengan menambahkan pandan dalam bahan pembuatan sehingga menimbulkan aroma yang wangi.
Oleh karena berupa jajanan, pudak sering dijual di toko oleh-oleh Gresik. Kalau kalian pulang dari Gresik, jangan lupa beli pudak ya!
#5 Bonggolan
Bentuknya kayak sosis, tapi ini bukan sosis. Masih tentang jajanan, bonggolan merupakan makanan khas Gresik berbentuk lonjong berwarna putih dengan bercak di dalam. Jajanan ini terbuat dari ikan tenggiri yang dicampur dengan tepung kanji sehingga bertekstur kenyal. Bonggolan paling enak disajikan dengan cara digoreng sebagai lauk dari nasi.
Bonggolan sering dijadikan camilan warga Gresik, terutama jika dicocol dengan saos sambal yang pedas. Biasanya, bonggolan paling sering dijumpai saat momen Bulan Ramadan sebagai menu berbuka puasa. Tapi tenang kok. Kalian bisa menjumpai bonggolan kapan pun, terutama saat kalian berkunjung di Pasar Giri maupun Gresik Kota Baru.
Itulah lima makanan khas Gresik kalau bosan sama nasi krawu. Saking populernya nasi krawu sampai makanan lainnya seakan terlupakan. Jadi gimana? Tertarik?
Sumber gambar: Ya sayaInBaliTimur via Wikimedia Commons
Penulis: Muhammad Haekal Ali Mahjumi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Culture Shock yang Saya Alami Saat Kulineran di Gresik