MOJOK.CO – Belum 100 hari rezim berganti, direktur utama BUMN besar kayak Garuda sudah kena pecat. Masalahnya dibilang besar ya besar, dibilang sepele ya sepele: nyelundupin moge biar nggak kena cukai.
Seorang tahanan kasus korupsi pernah berkata kurang lebih begini, “Kalau KPK mau, tutup mata aja, lalu comot salah satu petinggi di instansi negara mana pun, pasti ada kasus korupsinya.”
Tidak mau ketinggalan, orang-orang di badan pengumpul uang BUMN pun sama. Mungkin merasa tidak enak kalau dianggap ketinggalan langkah, lalu ikut-ikutan gembat. Garuda Indonesia masih belum bersih-bersih amat namanya dari kasus pembunuhan Munir, lalu disusul kasus dugaan suap pembelian mesin pesawat dari Rolls-Royce yang melibatkan mantan dirutnya, Emirsyah Satar, sekarang yang paling gres dirutnya, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra alias Ari Askhara, ketauan nyelundupin moge Harley Davidson dan sepeda mahal dalam bentuk mutilasian.
Iya, komponen-komponennya dicopotin terus masing-masing dikardusin gitu. Mungkin si Dirut, selain gemar mengendarai moge dan sepedahan, adalah juga penggemar Lego.
Komponen-komponen Lego, eh motor dan sepeda tersebut dimasukkan dalam bentuk kargo pesawat anyar milik Garuda Indonesia, yaitu GA-9721 tipe Airbus A330-900, yang baru dibeli dan diterbangkan dari Prancis ke Cengkareng. Berdasarkan hasil pemeriksaan petugas bea cukai ditambah laporan Komite Audit PT Garuda, ditemukan bahwa boks komponen-komponen motor Harley Davidson dan sepeda tersebut diindikasikan milik Ari Askhara.
Tujuan pemutilasian motor HD dan sepeda tersebut tentu saja agar kargonya nol sehingga lolos bea dan cukai. Menteri BUMN Erick Thohir langsung memberhentikan sang Dirut Garuda Ari Askhara. Sudah betul, Pak Erick, masak pesawat baru yang akan beroperasi, belum-belum sudah ditumpangi barang haram? Nggak syar’i amat sih? Bisa kena kwalat itu pesawat dan ujungnya bikin sial penumpang.
Apalagi PT Garuda yang lagi ngos-ngosan karena rugi sudah mengurangi beberapa penerbangan domestik, dan masih berencana menutup sebagian penerbangan domestik dan internasionalnya. Intinya, Garuda lagi nggak beres. Ya gabener lah, lagi rugi kok, bukannya ngerukyah pesawat, malah ngelibatin pesawat dalam tindakan nir-syar’i.
Erick Thohir marah. Dengan potensi kerugian negara 1,5 M, tindakan ini juga berindikasi bukan cuma aksi individu, tapi komplotan di sarang Garuda. Erick masih akan menyelidiki orang-orang papan atas Garuda, yang kalau ketemu bakal dipidanakan juga. Untuk menyelidiki, Pak Erick, camkan inspirasi dari penyelundup miras paling legendaris Al Capone ini: “Hati-hati dengan siapa pun yang kau anggap teman-temanmu. Karena aku lebih menyukai menyimpan uang sejuta dalam sepuluh lembar seratusan ribu daripada kumpulan uang koin seribuan.”
Kalau penyelidikan Erick Thohir berhasil membersihkan kutu-kutu di Garuda, hal itu akan semakin menunjukkan bahwa kegiatan berjamaah ini berindikasi sistemik. Ingat ya, etimologi kata corruption itu berasal dari kata Latin corrumpere yang berarti to destroy, to spoil dalam Inggris. Jadi semua tindakan yang merusak, membuat busuk, dan berpotensi menghancurkan sebuah tatanan, ya korupsi namanya.
Mau nilep uang kek, mau ngembat termos atau kompor gas kantor kek, mau nyelundupin barang kek, sepanjang memenuhi unsur kejahatan merusak, apalagi berjamaah, tangkap dan jeblosin!
Apalagi di tubuh institusi ini melekat nama Garuda. Itu kan asosiatif dengan Pancasila. Iya, emang sih, nama Garuda di penerbangan ini memang dari Sukarno, yang dia comot dari puisinya Noto Soeroto dalam bahasa kumpeni: “Ik been Garuda, Vishnoe’s vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen.” Akulah Garuda, burung Wisnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauanmu.
Tapi coba sekarang sebut kata Garuda di luar konteks penerbangan, asosiasi orang pasti ke burung yang suka menclok di tembok itu, kan? Bisa banget lho tindakan nyelundupin barang ini dianggap pelecehan simbol negara. Mau dilaporkan Junimart Girsang ke plokis juga? Syak wasangka yang kebablasan, ya? Yah, kita kan harus waspada aja. Ingat lagu “Garuda Pancasila”. Apa di bait pertamanya disebut “burung Pancasila?” Nggak! Tapi “Garuda Pancasila….”
Dan jangan lupa, Garuda satu-satunya penerbangan dalam sejarah dirgantara Indonesia yang pesawatnya, dengan bantuan aparat, terlibat pembunuhan aktivis HAM Munir. Kasus pembunuhan ini dianggap masih menyimpan misteri yang belum terungkap. Atau tepatnya: tidak mau diungkap. Orang mungkin bisa memaafkan, tapi akan sangat susah melupakan.
Geser dikit pernyataan seorang terpidana korupsi yang saya sebut di awal, bahwa di banyak instansi negara, tindakan nilep, ngembat, nyogok, nyelundup, dan tindakan yang merusak dan membuat busuk tatanan, kemungkinan besar memang ada. Coba aja, daripada mata-matain para pengkhotbah di masjid-masjid atau ngurusin celana cingkrang, coba waskat (pengawasan melekat) ke lembaga-lembaga BUMN dan lainnya. Waskat sewaskatnya. Kayaknya bakal bejibun yang kena cokok. Lah, belum juga ni rejim seumur jagung, udah bisa ngegusur seorang direktur utama BUMN. Direktur utama! Apalagi kalau udah seumur duren mateng, bakal panen raya dah.
Kalau nanti Ari Askhara terbukti melakukan tindakan melawan hukum, ia akan menambah koleksi eks dirut Garuda bermasalah. Ngomong-ngomong, Pak Erick, saya jadi teringat kata-kata Abraham Lincoln: “Semua orang sangat mungkin berbeda. Tapi kalau kau ingin mengetes karakter seseorang, berilah ia kekuasaan.”
BACA JUGA Terima Kasih Mahkamah Agung, Sudah Bikin Sunatan Massal Hukuman Pelaku Korupsi atau esai SALEH ABDULLAH lainnya.