Ada kalimat bijak lama yang berbunyi, “Jika Anda tersesat di sebuah kota, memang orang yang paling tepat untuk ditanya adalah sopir taksi. Sopir taksilah yang paling tahu seluk-beluk kota.” Kebijaksanaan lama yang sudah usang sebenarnya. Nah, bagaimana kalau seluk-beluk mobil? Baiklah, memang ada yang bilang, montir dan reviewer mobil sekelas Om Mobi atau Om Edi jagonya. Sebab mobil mereka memang banyak. Selain itu mereka banyak tahu karena belajar dan membaca.
Tapi, jangan lupa. Ada satu pihak lagi yang bisa dijadikan rujukan.
Siapa lagi kalau bukan sopir. Maksudnya sopir rental yang hampir setiap hari gonta-ganti mobil, melebihi kegandrungan Om Edi yang suka membeli dan menjual mobil-mobil mahalnya, tapi ujung-ujungnya tetap mengidolakan Innova.
Jika bisnis rental ibarat sebuah perang, sopir adalah prajurit pemilik rental; orang lapangan yang bahkan jika dibandingkan dengan si pemilik sekalipun, terkadang lebih memahami si mobil. Mulai dari rahasia pemakaian mobil, misal kopling yang harus dipegang setengah agar bisa jalan, rahasia pengereman, atau alamat rahasia pacar gelap sang juragan. Mmm, lupakan rahasia yang terakhir.
Kemudian, jika ditanya mobil apa yang terbaik versi kami para sopir, tentu yang terbaik adalah Toyota Avanza.
Avanza lagi?
Tak henti-hentinya orang membicarakan Avanza, tapi seperti sistem operasi Windows, Avanza memang harus selalu dibicarakan. Bagaimana lagi, begitulah adanya. Mau ngomongin DOS atau Impala, itu sama saja orang Madura ngebahas salju.
Memang banyak yang mencibir mobil satu ini walaupun sebenarnya yang membela juga tidak sedikit. Mobil ini kontroversial sekaligus paling banyak diminati. Bahkan saking banyaknya di jalanan, kawan saya berkelakar, jika diadu kecepatan dengan Tesla sekalipun, Avanza akan selalu menang di jalan.
“Tidak akan pernah kamu nyalip Avanza. Setiap kamu salip, dia pasti selalu ada lagi di depanmu.”
Suatu ketika saya membawa tamu dari Jepang dengan menggunakan Avanza dan dia kebetulan kerja di perusahaan Honda di negaranya. Sedari awal gelagatnya memang kurang baik dan benar saja, baru masuk mobil sudah muncul kritiknya.
“Mobil ini punya tingkat keamanan rendah. Mobil seperti ini memang harusnya dibuang ke lautan.”
Saya hanya bisa tersenyum, beberapa hari sebelumnya saya memang melihat seekor Avanza hancur berantakan karena menabrak seekor Suzuki Carry, sedangan si Carry hanya mengalami lekukan lebar. Saya maklum, Carry kan buatan karoseri lokal. Bodinya, tahulah kualitas besi yang dipakai Adi Putro. Saya juga menambahkan ke Om Jepang agar ia bahagia bahwa kebanyakan Avanza joknya goyang-goyang kayak mau lepas dari pegangannya, belum kaki-kakinya yang kayak kakek-kakek lagi salto.
“Hanya orang bodoh yang mau membeli mobil kualitas segitu dengan harga segitu,” tambah dia mulai menyebalkan
Sebenarnya saya mulai marah dan memang harusnya marah karena yang dibodoh-bodohkan itu warga Indonesia. Jutaan jumlahnya. Memangnya kenapa kalau tingkat keamanannya rendah? Ada yang salah dengan itu? Apakah kemudian kalau Avanza lemah di kualitas bahan, tiba-tiba harus jalan 20 km/jam, sedangkan yang tebal-tebal itu menjadi arogan di jalanan? Di tabrak-tabrakin oleh orang seperti si Dul anaknya Ahmad Dhani dengan Lancernya itu?
Mau pakai Lambo, mau pakai dokar, kalau nggak hati-hati sama saja. Buktinya Pak Edu suaminya Sulastri tetangga saya, Avanzanya sampai sekarang kuat tanpa lecet. Jangankan menabrak tembok, nyenggol janda beranak satu pun nggak pernah.
Layaknya bus, Avanza adalah bus Hino yang menuntut kemahiran seorang sopir karena remnya kurang bagus. Di situlah harusnya ada keseimbangan antara pengemudi dan mobilnya. Keamanan dan yang lain-lain hanya alat bantu.
Bahkan tamu saya yang lain, berkewarganegaraan India, sampai terheran-heran dengan lampu motor yang menyala di siang hari. Dia berkelakar bahwa belum ada survei yang bisa menjelaskan, dihidupkannya lampu sepanjang masa di sebuah motor itu apa bisa menurunkan tingkat kecelakaan. Yang ada perusahaan aki dan lampu semakin senang karena setiap dua bulan sekali harus ganti. Sungguh alat bantu yang mahal.
“Logikamu mangkanya dipegang, jangan dibiarkan mencari kitab suci jauh ke barat,” begitu kira-kira akhir obrolan saya dengan Om Jepang.
Kembali lagi ke mobil terbaik versi sopir rental. Untuk bisnis memang belum ada yang bisa menggantikan Avanza. Baiklah, ada Ertiga dan Grand Livina karena terkadang ada pelanggan yang masih mementingkan kenyamanan. Tapi, kedua mobil itu selain harga spare part-nya mahal, harga jualnya kayak main pelorotan, bisa nyungsep semaunya sendiri.
Uang buat beli kaca spion Livina saja bisa dibelikan kaca depan Avanza yang lebih besar, dapat dua lagi. Purnajualnya jangan ditanya. Mungkin itu yang menyebabkan semua mobil Toyota terkesan mahal dari biaya produksinya. Jangan disangka perusahaan sekelas Toyota tidak menjaga betul harga sekennya dengan cara membeli mobil-mobil seken mereka dengan harga tinggi agar harga tetap stabil.
Tapi, yang lebih penting dari semua itu, kami sopir rental memilih Avanza karena dia punya baut di bawah tangki. Hal ini penting buat sopir-sopir rental agar segera bisa mengambil sisa bensin saat penyewa kebanyakan ngisi BBM. Jadi, kalau mau sewa mobil, sewa Avanza saja dan jangan lupa isi BBM lebih. Rugi sedikit buat Anda adalah sedekah buat kami.