Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Komen Status

Menyikapi Orang yang Berhijrah Maupun Pindah Agama

Redaksi oleh Redaksi
30 Agustus 2017
A A
Pindah Agama - Mojok

Pindah Agama - Mojok

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dua status ini menarik karena tema utamanya sama, tentang hijrah atau pindah, tetapi perpindahan itu ke arah yang bertolak belakang. Yang pertama hijrah dalam arti seseorang berpindah dari diri yang awam agama menjadi pribadi yang lebih saleh, namun masih dalam lingkup agama yang sama. Yang kedua hijrah dari agama satu ke agama lain.

Kedua persoalan hijrah itu juga sama-sama dibahas dari sudut pandang orang yang menyaksikan perpindahan tersebut. Bagaimana menyikapi orang (dan keluarganya) yang berhijrah ke kedua arah berkebalikan itu? Inti kesimpulan kedua penulis pun sama: jangan terlalu keras.

Khairi Fuady: Tentang Hijrah yang Salah Kaprah

Semenjak semangat purifikasi agama hidup kembali, semangat berhijrah di kalangan pemeluk agama seperti menemukan momentumnya lagi. Purifikasi adalah proses pemurnian ajaran yang kalau ditarik garis panjangnya, akan bermuara kepada seorang tokoh bernama Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri Wahabisme. Jargonnya cukup populer, yakni “Kembali kepada Al-Quran dan as-sunnah”. Implikasinya, jauhilah segala bentuk praktik takhayul, bidah, dan khurafat.

Sayangnya, rupanya secara praksis hijrah yang mereka pahami lebih condong kepada hijrah simbolik. Berjanggut tebal dan panjang, bercelana gantung, dan berdahi hitam untuk para ikhwan. Untuk akhwatnya, berjilbab lebar, ditambah aksesori cadar dengan pakaian yang dominan berwarna gelap. Sorry to say, ini bukan sejatinya hijrah. Hijrah itu akhlak dan perilaku, empati dan kesadaran.

Fenomena Caisar adalah satu permisalan yang secara telanjang bisa kita saksikan betapa janggut yang tebal juga celana yang menggantung tidak bisa menggaransi bahwa seseorang telah insaf. Alih-alih memantapkan diri untuk berhijrah, ia malah kembali menjadi penghibur dengan berjoget, yang barangkali menurut ajaran Wahabi sudah mutlak haram dan terkutuknya.

Hijrah adalah perjalanan, bukan proses yang ujug-ujug. Karena segala yang instan biasanya takkan lama bertahan. Kalau kamu temui pacarmu ternyata punya tato di salah satu bagian tubuhnya, jangan lantas kauhardik ia lalu kaupaksa ia menghapusnya dengan air keras. Selain fisiknya akan sakit, batinnya pun ikut tersayat. Karena hijrah adalah proses pemantapan hati untuk berangsur menuju yang baik-baik. Dan hati, dalam kajian agama, lebih cocok masuk pada domain akhlak dan tasawuf. Maka, aneh kalau kemudian ada orang yang mendeklarasikan ingin berhijrah, yang kita sodorkan kepadanya justru aturan-aturan fikih yang relatif kompleks. Otomatis kagetlah dia.

Hijrahlah dulu dari hal-hal yang sederhana. Kalau dulu suka cemberut, tersenyumlah sejak pagi ini. Kalau dulu suka bergosip, mulailah bicara yang produktif meski tidak melulu harus soal ilmu agama. Kalau dulunya suka marah-marah, kurangilah mengonsumsi kambing. Selain darah tinggi, juga sering bikin sakit gigi. Lebih sakit daripada sakit hati. Hehehe.

 

Topan Chen: Perihal Pindah Agama

Saya mendapatkan buku ini dari acara Asian Youth Day ke-7 yang diselenggarakan 30 Juli sampai 6 Agustus silam di Yogyakarta. Acara itu merupakan agenda tiga tahunan untuk mempertemukan orang muda Katolik se-Asia.

Baru hari ini sempat saya baca buku itu. Dan salah satu cerita di dalamnya membuat saya sangat terusik. Kisah tentang anggota keluarga yang pindah agama dari Katolik ke Islam.

Saya terusik dengan tulisan yang mengatakan bahwa pada salah satu perayaan Ekaristi, pastornya khotbah seperti ini,

“Merupakan kegagalan terbesar bagi para orang tua jika mereka tidak bisa membuat anak-anaknya terus percaya kepada Yesus.” (Halaman 4)

Iklan

Saya kok tidak setuju ya dengan pernyataan seperti ini. Saya malah kasihan sama orang tua yang terus disalahkan. Ibaratnya, orang tua sudah luka hatinya karena anaknya pindah agama, sekarang malah ditambah dengan beban penghakiman dari panutan mereka di agama mereka sendiri.

Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.

Jika ada yang berproses dan akhirnya memutuskan untuk memeluk agama Katolik, semua umat bersuka cita. Menganggap ia sebagai domba yang hilang dan telah ditemukanlah apalah.

Jika orang Katolik yang berproses dan merasa apa yang ia butuhkan bisa dipenuhi oleh agama lain, semua umat bersama-sama menghakimi.

Sungguh, saya sedih!

Terakhir diperbarui pada 30 Agustus 2017 oleh

Tags: hijrahIslamKatolikpindah agama
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Katolik Susah Jodoh Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami MOJOK.CO
Esai

Cari Pasangan Sesama Katolik itu Susah, Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami

13 November 2025
Ustaz Salman Al-Jugjawy: Saat Rasa Takut Kematian Merubah Jalan Kehiupan
Video

Ustaz Salman Al-Jugjawy: Saat Rasa Takut Kematian Merubah Jalan Kehidupan

3 September 2025
Dakwoh membuktikan bahwa hijrah nggak harus ninggalin dunia lama. Simak perjalanan hidupnya yang penuh tantangan dan inspirasi
Video

Motivasi Hidup Ala Dabwok: Hijrah Nggak Harus Ninggalin Musik

17 Mei 2025
Paus Leo XIV, Sarjana Matematika Memimpin Umat Katolik MOJOK.CO
Esai

Habemus Papam! Kisah Paus Leo XIV Sarjana Matematika yang Akan Memimpin Umat Katolik di Masa Kritis

9 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.