Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Anak Jokowi Gagal CPNS dan Tommy Soeharto yang Sebut KKN Sekarang Makin Parah

Redaksi oleh Redaksi
23 Juli 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Tommy Soeharto kecewa karena praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme semakin parah pada era sekarang. Tapi Tommy lupa, kalau salah satu anak Presiden Jokowi pernah gagal masuk CPNS karena nggak pakai KKN.

Tommy Soeharto kembali bikin cerita yang menggetarkan bumi Indonesia. Setelah sukses meloloskan Partai Berkarya menjadi salah satu partai yang akan berlaga di Pemilu tahun depan, putra kelima Presiden Soeharto ini mengaku prihatin dengan praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang masih terjadi di negeri ini sejak era reformasi.

“Reformasi janjikan KKN hilang, tapi nyatanya makin parah. Utang luar negeri semakin besar. Investasi asing pun semakin dimanja,” kata Tommy Soeharto.

Tanggapan atas pernyataan ini tentu menciptakan respons yang cukup ramai. Beberapa politisi bahkan meminta Tommy untuk berkaca pada situasi yang terjadi pada masa Orde Baru. Yang unik, baik koalisi partai pro pemerintah dan oposisi seolah kompak bersatu padu untuk menanggapi komentar Tommy Soeharto ini. Lebih unik lagi, Partai Golkar, yang merupakan partai Presiden Soeharto pun mengritik dengan cukup nylekit.

Menanggapi komentar Tommy Soeharto ini, barangkali kita bisa berkaca pada peristiwa pada 2014 silam, saat putri Presiden Jokowi berniat mendaftarkan diri menjadi PNS dengan mengikuti seleksi CPNS di Pemerintahan Kota Solo.

Pada saat itu, Kahiyang Ayu, dinyatakan tidak lolos tes karena nilainya tidak mencukupi. Dari hasil pengumuman tes hasil seleksi CPNS Pemerintah Kota Surakarta tersebut, tidak muncul nama Kahiyang Ayu. Padahal jika sebagai putri presiden, bisa saja Kahiyang tidak perlu repot-repot untuk antre dan ikut tes, tapi bisa saja diistimewakan untuk jadi PNS secara otomatis kalau mengikuti budaya Orde Baru.

Saat itu, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB), Yuddy Chrisnandi sempat menyampaikan kekecewaannya karena Kahiyang gagal lolos CPNS. Hanya saja, di balik kekecewaan Yuddy, ada hal yang membuat Menteri saat itu jadi sedikit semringah.

“Presiden bilang nggak usah, Mas, kan beliau panggil saya, Mas. Kalau anaknya nggak lulus ya sudah biarkan nggak lulus,” kata Yuddy seperti yang diberitakan merdeka.com.

Hal tersebut jadi contoh yang baik dari Presiden Jokowi untuk tidak mengikuti cara-cara pada era Orde Baru yang lebih mengistimewakan seseorang yang punya koneksi. Yuddy pun mengatakan saat itu, jika Kahiyang tetap ingin jadi PNS, anak ketiga Jokowi ini masih bisa mencoba untuk tes-tes berikutnya.

Yuddy pun mengapresiasi langkah Jokowi. Padahal, pejabat di Indonesia biasanya menggunakan kekuatan jatabannya untuk membantu hal-hal demikian.

“Bagaimana perasaan Anda, di mana punya kewenangan besar. Presiden adalah pemimpin negara tertinggi membawahi 6 juta aparatur negara. Kalau Presiden nggak tanda tangan ngga bisa. Orang paling kuasa. Anaknya mau masuk PNS, ratusan ribu yang daftar masa nggak diterima? Tapi Presiden tidak melakukan itu ketika putrinya angkanya kurang sedikit saja, 15 poin,” kata Yuddy saat itu.

Bahkan tanpa mennggunakan cara “kotor” pun, Kahiyang masih bisa dibantu dengan—misalnya—memindahkan peruntukkannya tidak di Solo, tapi di kota-kota lain yang secara standar nilainya memang sedikit ada di bawah Solo. Dengan nilai saat itu, Kahiyang masih bisa lolos di beberapa kota di Indonesia selain di Solo. Akan tetapi, langkah ini pun tidak diambil oleh Presiden Jokowi.

Hal ini jelas kontras dengan apa yang disampaikan oleh Tommy Soeharto soal KKN makin banyak pada era sekarang. Mungkin kalimat Tommy Soeharto itu belum selesai, soalnya yang sebenarnya dimaksud adalah “semakin banyak yang ketahuan” ketimbang era sebelum reformasi. Itu tanda bahwa koruptor era sekarang memang tidak secanggih dan sekuat pada era ketika bapak Tommy Soeharto masih berkuasa. (K/A)

Terakhir diperbarui pada 23 Juli 2018 oleh

Tags: Cpnsjokowikahiyang ayuKKNkorupsiKoruptorMenterioposisiPNSPresiden JokowiSoehartosoloTommy Soeharto
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga
Pojokan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO
Esai

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Menjajal GoTransit yang Terintegrasi dengan GoCar, “Keluyuran” di Jogja dan Solo Jadi Lebih Mudah Mojok.co
Ragam

Menjajal GoTransit yang Terintegrasi dengan GoCar, “Keluyuran” di Jogja dan Solo Jadi Lebih Mudah

28 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.