Jangan pernah tergoda dengan kemewahan dan kemampuan belanja seseorang, sebab kita tak tahu, berapa utang yang mungkin sedang ia tanggung.
Hal tersebut agaknya sangat relevan dengan kondisi proyek, eh megaproyek Meikarta sekarang. Di balik kemewahan dan iklan yang begitu masif dari Meikarta, ternyata ia menyimpan utang yang tak sedikit.
Baru-baru ini, Pengembang Meikarta PT Mahkota Sentosa Utama digugat oleh PT Relys Trans Logistic dan PT Imperia Cipta Kreasi. PT Mahkota Sentosa Utama digugat dengan gugatan penundaan kewajiban pembayaran utang.
PT Relys Trans Logistic dan PT Imperia Cipta Kreasi adalah dua perusahaan yang selama ini menjadi mitra Meikarta dalam menciptakan dan memasarkan iklan-iklan Meikarta.
Dua perusahaan menggugat PT Mahkota Sentosa Utama setelah anak perusahaan PT Lippo Cikarang Tbk ini disebut menunggak tagihan pembayaran yang sudah memasuki masa jatuh tempo.
Sebelumnya, PT Relys Trans Logistic dan PT Imperia Cipta Kreasi sudah mengirimkan surat somasi ke Mahkota Sentosa Utama agar segera membayar tagihan sesuai perjanjian. Namun, surat tersebut tak mendapat tanggapan. Sehingga, keduanya memutuskan untuk menempuh jalur hukum.
“Malu dong, masak proyek senilai Rp278 triliun tak membayar tagihan iklan,” kata Tommy Sihotang, Kuasa hukum PT Relys Trans Logistic dan PT Imperia Cipta Kreasi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Meikarta memang menjadi proyek dengan belanja iklan yang sangat besar. Hampir di setiap jeda pariwara sinetron dan FTV muncul iklan “Aku ingin pindah ke Meikarta.” Di berbagai majalah dan koran, iklan Meikarta begitu mudah ditemukan. Baliho Meikarta juga memenuhi setiap sudut kota-kota besar di Indonesia. Mungkin jumlahnya mengalahkan jumlah baliho Cak Imin Cawapres atau plang rumah makan Pringsewu.
Gambaran visual tentang betapa modern dan mewahnya Meikarta menjadi santapan sehari-hari orang Indonesia. Ia bahkan layak menjadi bagian dari komponen penggoda manusia: Harta, Tahta, Wanita, Meikarta.
Berdasarkan riset Nielsen, Meikarta menjadi merek dengan belanja iklan tertinggi sepanjang 2017 lalu dengan nilai lebih dari Rp1,5 Triliun.
Yah, peristiwa ini setidaknya bisa memberikan pelajaran pada kita. Kalau Meikarta yang kayanya ngaudubillah setan saja bisa menunggak utang, kenapa kita tidak bisa? hahaha.