Tolak Islam Nusantara tapi Sama Puasa Bedug Oke-oke Aja - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
Home Pojokan

Tolak Islam Nusantara tapi Sama Puasa Bedug Oke-oke Aja

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
15 Mei 2019
0
A A
Tolak Islam Nusantara tapi Sama Puasa Bedug Oke-oke Aja - Mojok.co
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Islam Nusantara sudah kenyang kalau dianggap sesat, tapi kalau Ramadan begini, produk jejak Islam Nusantara kayak “puasa bedug” sih nggak apa-apa.

Harus diakui, siang hari di bulan Ramadan merupakan salah satu bulan yang paling berat bagi anak kecil. Bagaimana tidak? Main petak umpet dan main bola jadi mustahil lagi dilakukan karena siang hari harus puasa. Masuk sekolah (sebelum era Bulan Puasa diliburkan full 30 hari), jadi terasa begitu berat.

Usai berbuka puasa, waktu bermain begitu sempit karena harus tarawih dan tadarus di masjid. Hampir waktu bermain yang biasanya dilakukan pada siang hari, terpaksa harus dilakukan di malam hari karena takut kalau siang nggak kuat puasanya.

Untungnya, ulama-ulama di Nusantara memahami tingkat kompleksitas masyarakat yang jadi umatnya kala itu. Nggak kebayang kalau ulama kita yang mengislamkan Nusantara ini gebyah uyah secara kaku menerapkan konsep agama Islam hanya sebagai hukum wajib-sunah-haram-halal.

Dibandingkan masyarakat Arab yang cenderung keras dan tegas, masyarakat Nusantara memang dikenal penuh dengan kelembutan dan pendekatan yang lebih persuasif. Itu yang bikin ulama Nusantara cenderung lentur dan ajarannya bisa sesuai dengan penerimanya di Nusantara.

Baca Juga:

Hikmah Puasa yang Sebesar-besarnya 

Berburu Pahala di Akhir Puasa dengan Al Quran Raksasa

Cerita Mudik dan Mitos Cewek Nggak Bisa Ngerawat Motor

Masalahnya ya, kita semua tahu, jejak-jejak Islam Nusantara ini yang kemudian mulai coba digerus oleh—entah apa namanya—gerakan-gerakan pembaharu yang belakangan muncul. Bahkan istilah Islam Nusantara pun dinistakan sebagai bagian dari penyesatan akidah.

Padahal ini sekadar istilah, tak ada yang baru sama sekali.

Toh, kalau pun tidak mau dengan istilah ini pun tak apa. Kalau nggak pakai sarung—karena muslim Arab pakai jubah, nggak usah pakai peci—karena muslim Arab pakai sorban, dan nggak usah pakai bedug—karena muslim Arab nggak mengenal bedug, ya nggak apa-apa. Nggak ada yang melarang.

Namun kan dengan kondisi iklim di Nusantara yang lembab—berbeda dengan Arab yang kering—memakai sorban akan lebih mudah gerah. Gampang berkeringat.

Kalau udah begitu badan jadi nggak nyaman dan panas, kalau udah panas, kesenggol dikit jadi gampang kesulut, kalau udah kesulut jadi mudah terbakar. Mudah marah. Nah lho, malah jadi masalah.

Udah dibawa selo aja.

Kalau ada orang kampung salat pakai baju singlet doang karena habis membajak sawah, dan kaosnya kotor, ya nggak apa-apa. Atau azan ashar jam 4 sore karena orang yang mau salat masih pada sibuk di sawah semua, ya nggak apa-apa.

Mau nebelin jenggot ya nggak apa-apa, tapi kan masyarakat Nusantara memang hormon pertumbuhan rambutnya lebih banyak ke kumis ketimbang jenggot. Kalau manjangin jenggot kok jadinya cuma seuprit di dagu kan ya jangan ngamuk kalau jadi wagu.

Jangan maksain sampai pakai minyak mahal biar bisa lebat kayak ulama-ulama Timur Tengah juga. Selain nggak berfaedah, substansinya malah nggak kena. Lebih bermanfaat duitnya disedekahin ketimbang cuma buat beli minyak Firdaus berkardus-kardus.

Dari gerakan-gerakan yang datang belakangan ini pula, pelan-pelan Islam Nusantara dianggap sebagai penyelewengan bahwa Islam di Nusantara secara akidah berbeda dengan Islam yang dibawa kanjeng Nabi Muhammad.

Sampai dibilang kalau ada Islam Nusantara, berarti ya bakal ada Islam Jawa, Islam Sumatra, Islam Papua, Islam Kongo…. Lah ya kan memang ada.

Masa iya Islam di Kongo yang sulit airnya mau disamain dengan Islam di Jawa yang banyak airnya?

Perkara fikihnya aja bisa beda. Yang di Jawa bisa sunah membasuh tiga kali, sedangkan di Kongo yang sulit air, wudhu pakai air saja malah bisa jadi perkara makruh sampai haram, karena masih ada kebijaksanaan menggunakan tayammum.

Air lebih bermanfaat untuk kebutuhan hidup. Untuk minum. Lebih mendesak.

Dengan begitu, jelas sudah beda konsep Islam di Kongo dengan di Jawa. Masa iya gara-gara perbedaan itu lalu orang Islam di Kongo dibilang sesat karena nggak sama persis dengan Islam kita atau Islam-nya Nabi Muhammad? Lalu dibilang nggak kembali ke Islamnya Nabi?

Ealah, padahal kalau mau buka-bukaan sih, justru pegiat Islam Nusantara lah yang kebanyakan paling gemar bersholawat di kala—orang yang bilang Islam Nusantara sesat itu malah nggak pernah mau melakukannya karena khawatir bid’ah. Jadi siapa dong yang lebih cinta Nabinya di sini?

Akan tetapi, kita patut bersyukur, karena ketika banyak tradisi dan perkumpulan ibadah yang disesat-sesatkan ternyata di Nusantara ini masih ada satu tradisi di Bulan Ramadan ini yang tidak disesatkan dan tidak jadi polemik, dan ritus yang sedikit itu adalah “puasa bedug”.

Sebuah ibadah puasa setengah hari. Nggak makan nggak minum dari subuh sampai azan duhur. Berbuka sejenak, lalu berpuasa lagi sampai magrib.

Nama puasa bedug kayak begini mah jelas nggak ada dalilnya dalam agama. Bahkan dalam pandangan fikih kontemporer, mau yang paling konservatif sampai yang paling progresif sekalipun, istilah puasa bedug nggak mungkin pernah mendapatkan legitimasi.

Jangankan legitimasi, dibahas dalam kitab aja nggak pernah.

Akan tetapi, ketika banyak masyarakat kita yang anti dengan istilah Islam Nusantara, tampaknya cukup banyak yang mengamini lelaku puasa bedug. Semua seolah sepakat kalau itu nggak apa dilakukan, toh puasa ini diperuntukkan untuk anak-anak yang belum balig. Yah, dianggap saja latihan. Nama puasa bedug pun nggak masalah.

Padahal kalau mau ikutin konsep sesatnya Islam Nusantara, kata bedug yang disematkan saja udah bid’ah, ini mana dipakai jadi istilah ibadah sakral lagi, sesakral puasa Ramadan. Jadi puasa bedug. Udah bid’ah, menambah-nambih ibadah, nggak ada dalilnya babar blas lagi.

Ya iya dong, mengadakan ibadah untuk melatih anak kecil kan sama sekali nggak ada dalilnya. Apalagi dengan model “meringankan” beban ibadahnya model puasa bedug begini. Ini jelas murni menggunakan akal untuk menuju ke keimanan. Bentuknya sudah kreativitas dalam beribadah.

Kalau hal begini ketemu sama umat yang suka komen model gini: “dalam beragama itu jangan mendepankan akal, tapi iman”… wah, ya ambyar ini kalau iman nggak dibarengi akal. Ya iman itu penting, tapi akal ya harus ada untuk melengkapinya.

Saya jadi suka heran aja dengan orang yang masih beranggapan kalau dalam beragama tidak boleh menggunakan akal untuk menerjemahkan agama kayak gini, mereka ini kalau baca ayat-ayat yang ada kalimat, “agar mereka berpikir” atau “supaya kamu berpikir” itu preferensi mereka ke siapa ya?

Pinisirin aja.

Terakhir diperbarui pada 16 Mei 2019 oleh

Tags: Islam NusantaraPuasapuasa bedugpuasa ramadanRamadan
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Mr Assaat puasa

Hikmah Puasa yang Sebesar-besarnya 

1 Mei 2022
tadarus al quran raksasa mojok.co

Berburu Pahala di Akhir Puasa dengan Al Quran Raksasa

28 April 2022
cerita mudik dan mitos cewek nggak bisa ngerawat motor - oalah

Cerita Mudik dan Mitos Cewek Nggak Bisa Ngerawat Motor

22 April 2022
Para Pencari Takjil dan yang Menyebalkan dari Bukber

Para Pencari Takjil dan yang Menyebalkan dari Bukber

15 April 2022
Gus Miko Cakcoy: Wayang, Sebuah Seni untuk Ngaji

Gus Miko Cakcoy: Wayang, Sebuah Seni untuk Ngaji

11 April 2022
Ramadan, Mokah, dan Menyebalkannya Bukber

Ramadan, Mokah, dan Menyebalkannya Bukber

8 April 2022
Pos Selanjutnya
Pamer Anak Bikin Suasana Lebaran Jadi Nggak Asik

Pamer Anak Bikin Suasana Lebaran Jadi Nggak Asik

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Tolak Islam Nusantara tapi Sama Puasa Bedug Oke-oke Aja - Mojok.co

Tolak Islam Nusantara tapi Sama Puasa Bedug Oke-oke Aja

15 Mei 2019
Horor Apartemen Tertua di Jogja yang Menghilang dari Ingatan MOJOK.CO

Horor Apartemen Tertua di Jogja yang Menghilang dari Ingatan

26 Mei 2022
Sinar Mandiri melaju di Pantura MOJOK.CO

Melintasi Pantura Bersama Roda Lusuh Bus Sinar Mandiri

21 Mei 2022
makam giriloyo mojok.co

Makam Giriloyo, Rumah Peristirahatan Terakhir Sultan Agung yang Dibatalkan

26 Mei 2022
Rumah milik Mbah Ngadiyo yang jadi tempat syuting KKN di Desa Penari

Cerita Sebenarnya di Rumah Tempat Syuting Film KKN di Desa Penari

25 Mei 2022
gelanggang mahasiswa ugm mojok.co

UGM akan Bangun GIK, Pengganti Gelanggang Mahasiswa

24 Mei 2022
mie ayam om karman mojok.co

Mie Ayam Om Karman, Filosofi Meja Terisi, dan Semangat Perantau Wonogiri

22 Mei 2022

Terbaru

Sungai Aare, Swiss untuk berenang

Orang Swiss Suka Hanyutkan Diri di Sungai pada Musim Panas

29 Mei 2022
buya syafii maarif mojok.co

Melepas Kepergian Buya

28 Mei 2022

Jokowi: Buya Syafii Maarif Sosok yang Menyuarakan Toleransi 

27 Mei 2022
Buya Syafii Maarif

Haedar Nashir Sempat Menemui, Buya Syafii Maarif Ditangani Tim Dokter Kepresidenan

27 Mei 2022
Indonesia Berduka, Buya Syafii Maarif Wafat Jelang Usia ke-87

Indonesia Berduka, Buya Syafii Maarif Wafat Jelang Usia ke-87

27 Mei 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In