MOJOK.CO – Irjen Napoleon Bonaparte, pelaku suap kasus Djoko Tjandra, menulis surat terbuka atas perlakuannya terhadap Muhammad Kece. Ini balasannya.
Assalamu’alaikum Pak Irjen Napoleon Bonaparte. Anggota Polisi yang taat sama agama, seorang muslim yang baik, selalu berusaha menjalankan perintah-Nya, dan segala larangan-larangan-Nya.
Izin membalas suratnya ya Pak Irjen ya? Surat yang keren sekali karena di sana panjenengan terkesan sedang mewakili kemarahan umat Islam se-Indonesia terhadap bacotannya Muhammad Kece.
Tapi monmaap, demi kelancaran pemahaman netizen dalam membaca konteks surat balasan ini, izinkan saya untuk melampirkan surat panjenengan dulu. Itu lho, semacam surat pledoi panjenengan setelah melakukan penganiayaan terhadap tersangka penistaan agama Muhammad Kece.
Berikut surat Pak Irjen Napoleon Bonaparte.
Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air,
Sebenarnya saya ingin berbicara langsung dengan saudara-saudara semua, namun saat ini saya tidak dapat melakukannya.
Terkait simpang siurnya tentang penganiayaan terhadap KACE, dapat saya jelaskan sebagai berikut:
Alhamdulillah bahwa saya dilahirkan sebagai seorang MUSLIM dan dibesarkan dalam ketaatan agama ISLAM yang RAHMATAN LIL ALAMIN.
Siapapun bisa menghina saya, tapi TIDAK dengan Allah-ku, AL-QURAN, Rasulullah SAW, dan akidah Islamku. Karenanya, saya bersumpah akan melakukan tindakan terukur apa pun kepada siapa saja yang berani melakukannya.
Selain itu, perbuatan KACE dan beberapa orang tertentu telah SANGAT MEMBAHAYAKAN persatuan, kesatuan, dan kerukunan umat beragama di Indonesia.
Saya sangat menyayangkan bahwa sampai saat ini PEMERINTAH belum juga menghapus SEMUA konten di media, yang telah dibuat dan dipublikasikan oleh manusia-manusia tak beradab itu.
Akhirnya, saya akan mempertanggungjawabkan semua tindakan saya terhadap KACE.. apa pun risikonya.
Semoga kita semua selalu berada dalam perlindungan ALLAH SWT dan hidup rukun sebagaimana yang ditauladani oleh para pendiri bangsa kita.
Jakarta, September 2021
Oke, mari kita bedah satu demi satu surat panjenengan itu ya, Pak Irjen Napoleon Bonaparte. Pertama, panjenengan mendaku ingin bicara langsung dengan saudara-saudara panjenengan (dalam hal ini seluruh rakyat Indonesia) tapi ndak bisa melakukannya.
Pertanyaannya, kenapa panjenengan ndak bisa melakukannya?
Apa ini karena panjenengan masih dalam masa hukuman dalam kasus penghapusan red notice/DPO Djoko Tjandra? Dan karena sebab itu pula panjenengan harus divonis 4 tahun penjara dan denda Rp100 juta subsider 6 bulan kurungan tingkat pertama?
Ini sebenarnya bikin saya (dan banyak rakyat Indonesia) jadi bertanya-tanya banyak sekali sih Pak Irjen Napoleon Bonaparte.
Soalnya gini, Pak, mohon izin.
Kalau memang status panjenengan adalah narapidana, yang artinya panjenengan secara meyakinkan (menurut pengadilan) telah menerima suap padahal di saat yang bersamaan panjenengan adalah penegak hukum dengan jabatan tinggi, kok panjenengan bisa seselo itu menemui Muhammad Kece di sel-nya?
Bukan apa-apa, Pak Irjen. Panjenengan itu kan seorang narapidana, sedangkan Muhammad Kece itu statusnya masih tersangka. Seharusnya (seharusnya lho ini ya) sel panjenengan berdua itu kan berbeda.
Lah iya dong, hawong jelas secara status hukum saja yang satu sedang menjalani vonis hukuman, yang satu ditahan untuk menunggu persidangan. Tapi kok di situ panjenengan bisa “jalan-jalan” santai menuju selnya Muhammad Kece dengan gampang?
Masa iya, di penjara pun seseorang yang punya pangkat tinggi masih bisa berlaku sewenang-wenang terhadap tahanan lain? Bisa jalan-jalan sesuka hati menyambangi tahanan lain?
Kan nggak mungkin banget kalau itu terjadi di Indonesia, mengingat Indonesia itu penegakan hukumnya baik sekali dan tanpa cela. Itu pasti penjara di Wakanda ya, Pak ya? Nggak mungkin di Indonesia kan, Pak?
Kedua, soal kalimat panjenengan yang sangat mengharu biru ini, “Siapapun bisa menghina saya, tapi TIDAK dengan Allah-ku, AL-QURAN, Rasulullah SAW, dan akidah Islamku. Karenanya, saya bersumpah akan melakukan tindakan terukur apa pun kepada siapa saja yang berani melakukannya.”
Sebenarnya yang dihina itu Tuhan, kitab suci, nabi, akidah Islam, atau ke-“aku”-an njenengan sih Pak? Kok perangkat yang masuk pada atribusi agama Islam itu jadi kepemilikan Irjen Napoleon Bonaparte semua?
Bukan gimana-gimana, Pak. Kalau bener itu semua perangkat keagamaan sudah masuk dalam sanubari Pak Irjen, kan seharusnya panjenengan nggak terima suap dong waktu gembong koruptor sekelas Djoko Tjandra minta tolong ke panjenengan?
Lah terus kenapa panjenengan malah terima suap waktu itu? Panjenengan itu penegak hukum lho. Orang yang dipercaya negara dan rakyat untuk menegakkan keadilan di negeri ini, dan sudah disumpah jabatan di bawah kitab suci, (dan dalam keyakinan umat Islam, sumpah itu) disaksikan Tuhan panjenengan serta Nabi panjenengan.
Kalau perkara suap saja panjenengan mengkhianati amanah tersebut, kok bisa sih panjenengan sepede itu merasa berhak marah mewakili Tuhan, Nabi, dan kitab suci umat Islam?
Soalnya gini, Pak, asal Bapak tahu aja, makin banyak lagi orang yang merasa lebih berhak marah ke pejabat yang sudah bekerja di bawah sumpah agama, tapi malah mengkhianati sumpah tersebut. Apa Bapak nggak kepikiran sampai ke arah sana?
Ya gimana ya, Pak. Rakyat itu sudah sampai pada tahap muntab sama perilaku koruptif pejabat-pejabat tinggi di negeri ini. Terlebih kalau yang bersangkutan justru merupakan penegak hukum.
Ketiga. Iya, Pak Irjen Napoleon Bonaparte, memang sudah bener kalau panjenengan itu marah. Banyak juga orang yang marah sama Muhammad Kece, yang jadi tersangka penistaan agama itu.
Cuma masalahnya, panjenengan itu kan juga sama-sama salah. Sama-sama melakukan kesalahan pakai embel-embel agama. Muhammad Kece lewat ceramah provokatifnya, panjenengan lewat pengkhianatan kejahatan suap di bawah sumpah jabatan yang pakai Al-Quran di bawah kepala panjenengan.
Bedanya mungkin, kesalahan Muhammad Kece itu langsung menyinggung keyakinan banyak orang di Indonesia. Sedangkan penjenengan Pak Irjen, kesalahan panjenengan itu ada pada hajat hidup orang banyak di Indonesia. Terutama soal koruptor yang sudah panjenengan “selamatkan” pakai jabatan dan pengaruh panjenengan.
Itu sama-sama bikin sakit hati lho, Pak. Nggak ada yang lebih mending. Yakin deh.
Jadi, plis lah, Pak, jangan ngerasa berhak melakukan apapun hanya karena merasa lebih benar lah. Kan kita sebagai rakyat (terutama umat Islam) jadi rada malu lihatnya. Bukan gimana-gimana, kalau kita mau ngirim luapan kemarahan, masak iya rakyat malah ngirim pelaku suap buat menghukum si tersangka penistaan agama? Kan ya nggak dong.
Apalagi Pak Irjen Napoleon Bonaparte sempat melumuri tubuh Muhammad Kece pakai kotoran manusia. Tindakan yang ngeri banget dan out of the box. Bahkan semarah-marahnya rakyat pada pelaku korupsi atau pelaku suap, rakyat nggak pernah tuh kepikiran untuk menghukum mereka dengan pembalasan kayak gitu.
Terakhir, Pak Irjen yang terhormat dan semoga selalu dirahmati Allah.
Muhammad Kece itu sempat memprovokasi dengan menyebut bahwa Islam itu agama yang radikal. Maksud dari kata radikal ini kira-kira gini: pemeluk agamanya adalah orang-orang gampang marah, suka melakukan tindak kekerasan, dan gemar melakukan penghinaan orang lain.
Nah, di sinilah masalahnya.
Apa yang panjenengan lakukan ke Muhammad Kece itu, Pak Irjen Napoleon Bonaparte, bisa jadi dalam kacamata orang-orang kayak Muhammad Kece itu bukanlah sebuah “pembalasan yang pantas” tapi justru malah jadi pembenaran untuk bilang…
… “Tuh, kan. Apa gue bilang. Umat agamanya saja suka kekerasan dan melakukan hal sewenang-wenang gini! Udah gitu yang melakukan kekerasan ini pelaku suap lagi. Hadeh.”
Artinya, bukannya memperbaiki citra Islam atau merevisi pandangan orang kayak Muhammad Kece, panjenengan malah memberi red notice ke agama mayoritas di Indonesia ini. Tindakan panjenengan itu jatuhnya malah mengafirmasi sebagian yang dibilang Muhammad Kece sendiri. Wah, itu kan bahaya sekali, Pak.
Padahal red notice itu harusnya buat Djoko Tjandra lho Pak, lah kok malah nyasar ke citra Islam di Indonesia ini sih, Pak. Kan kami, umat Islam yang ada di luar penjara ini yang akhirnya jadi repot untuk bersih-bersihnya.
Akhir kata, semoga Pak Irjen selalu berada di dalam lindungan-Nya, menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya, dan jadi pelajaran bersama. Amin. Amin ya robbal’alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
BACA JUGA Cinta yang Berakhir untuk KPK dan tulisan Ahmad Khadafi lainnya.