Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Stigma Para Crosshijaber ketika Mengekspresikan Diri

Audian Laili oleh Audian Laili
16 Oktober 2019
A A
Stigma Para Crosshijaber Ketika Mengekspresikan Diri MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Setiap orang punya kecenderungan yang berbeda dalam mengekspresikan dirinya. Dan para crosshijaber mungkin telah memilih cara seperti ini.

Pakaian yang dikenakan seseorang sering kali langsung melekat identitas gender tertentu. Hijab dan rok misalnya, telah melekat identitas gender perempuan. Sementara sarung dan peci, melekat identitas gender laki-laki. Lantas, jika pakaian yang sudah punya identitas gender tersebut dikenakan dengan cara sebaliknya, maka akan dianggap aneh. Dan ketika hal tersebut dilakukan, hal ini akan disebut sebagai crossdressing.

Sebetulnya, crossdressing ini sudah ada sejak dulu. Dalam pertujukan hiburan rakyat seperti ketoprak misalnya, penampilan seorang laki-laki yang bersolek dan berperilaku menyerupai perempuan bukan menjadi hal baru apalagi sesuatu yang begitu tabu. Para laki-laki yang berdandan seperti perempuan itu sadar betul bahwa dirinya adalah laki-laki. Hanya saja, memang sedang berperan sebagai perempuan.

Atau dalam penampilan tari Lengger Lanang, sebuah kesenian lintas gender yang sakral bagi masyarakat Banyumas. Seluruh penarinya adalah laki-laki, tapi mereka menggunakan riasan dan pakaian perempuan. Tidak hanya itu, lenggak-lenggok tariannya pun sungguh begitu gemulai. Mereka sama sekali tidak menunjukkan sisi maskulinnya blas.

Nah, baru-baru ini fenomena crossdressing ramai lagi diperbincangkan. Setelah munculnya komunitas-komunitas yang menamakan dirinya crosshijaber. Yak, laki-laki yang berdandan dengan mengenakan hijab, gamis, dan terkadang bercadar: Pakaian yang identik dengan ukhti-ukhti. Bahkan ada pula yang berdandan menjadi perempuan berhijab yang sedang hamil. Atau mereka sebut sebagai pregnant crossdresser.

Setelah Crosshijaber, Kini Muncul Pregnant Crossdresser Pria Berpenampilan Wanita Hamil https://t.co/1695GcMHhA pic.twitter.com/gjpTuTN5Yq

— solopos.com (@soloposdotcom) October 16, 2019

Seperti yang disebutkan dalam Magdalene, komunitas semacam ini dapat ditemukan di grup-grup chat pribadi seperti Telegram. Di Facebook sendiri, ada halaman yang menamakan dirinya “Crosshijaber & Crossdresser” dan telah di-like lebih dari 1.300 akun. Sementara di Instagram akun bernama @cross.hijaber memiliki 1.109 followers.

Sebelum komunitas tersebut menunjukkan dirinya secara terang-terangan, sebetulnya para crosshijaber sudah ada. Meski keberadaannya sebagian besar memang masih sembunyi-sembunyi.

Dilansir dari CNN Indonesia, ada psikolog yang menyebut kalau crosshijaber ini termasuk gangguan perilaku seksual transvestisme. Transvestisme sendiri merupakan salah satu bentuk gangguan seksual yang punya ketertarikan seksual pada hal yang tidak biasa atau tabu. Namun, hal tersebut tidak diikuti dengan perubahan orientasi rangsangan seksual.

Akan tetapi, yang perlu dicamkan baik-baik, kita tidak bisa serta-merta menyebut setiap orang yang punya kecenderungan crosshijaber adalah mereka-mereka yang punya gangguan perilaku seksual. Pasalnya, untuk bisa memberikan judgement yang demikian, tetap saja harus diikuti dengan asesmen yang mendalam. Harus diketahui betul, mereka menjadi crossdressing karena apa. Apakah niatnya untuk mencari kepuasan seksual, merasa nyaman, atau sekadar iseng-iseng aja. Jadi, meski hal ini tampak nggak biasa dalam lingkungan kita, tetap saja kita nggak berhak ngatain yang gimana-gimana~

Sementara itu, Inez Kristanti, seorang psikolog klinis dari klinik AngsaMerah mengungkapkan kalau crossdressing sendiri memang bisa jadi sebuah fetish—yakni adanya ketertarikan seksual pada benda-benda atau objek tertentu. Meski ia juga bisa menjadi awal dari proses eksplorasi identitas gender si individu.

Ngomongin soal gender dan hal-hal yang melekat padanya ini memang agak rumit dan kompleks. Pasalnya, ia bukan saja tergantung aspek bawaan, tapi juga perpaduan dengan konstruksi yang ada di masyarakat. Jadi ya, ketika seseorang berusaha mengekspresikan diri dengan cara crossdressing, peluang untuk mendapatkan cemooh dari masyarakat tentu saja besar.

Bukan sekadar cemooh atau pandangan sinis, sih sebenarnya. Akan tetapi, stigma yang menganggapnya sebagai barisan kriminal ataupun para penjahat kelamin yang berusaha mengambil kesempatan dengan pekaiannya, juga terpaksa mereka terima. Lha bagaimana tidak? Sedihnya, banyak orang yang curi-curi kesempatan berbuat kejahatan dan melakukan hal yang tak pantas dengan pakaian semacam ini.

Oleh karena itu, perasaan curiga yang sebetulnya tidak perlu pun jadi menyebar. Padahal, padahal kan, mereka ini hanya sedang mengekspresikan dirinya sendiri.

BACA JUGA Mengulik Nama ‘Asli’ Lucinta Luna Adalah Ekspresi Transfobia atau artikel Audian Laili lainnya.

Terakhir diperbarui pada 16 Oktober 2019 oleh

Tags: crossdressingcrosshijabergenderpsikologis
Iklan
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

presiden perempuan mojok.co
Kotak Suara

Sentimen Gender Masih Kuat, Perempuan Punya Tantangan Lebih untuk Maju sebagai Presiden

1 Agustus 2023
yenny wahid perempuan mojok.co
Kotak Suara

Yenny Wahid: Tak Perlu Ada Label Gender pada Kepemimpinan Perempuan 

12 Juli 2023
indeks ketimpangan gender mojok.co
Kotak Suara

Indeks Ketimpangan Gender di Indonesia Tinggi, Khususnya dalam Politik, Apa Faktornya?

6 Januari 2023
pengarusutamaan gender mojok.co
Kotak Suara

Mengenal Pengarusutamaan Gender dalam Kebijakan Publik

14 Desember 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Campus League 2025: Gol Detik Akhir yang Bawa Dahlan Muda Raih Peringkat Ketiga MOJOK.CO

Campus League 2025: Gol Detik Akhir yang Bawa Dahlan Muda Raih Peringkat Ketiga

12 November 2025
bidan pemkot jogja.MOJOK.CO

Kala Puskesmas Hadir di Gang-Gang Sempit, Anak Muda dan Lansia Jogja Tak Punya Alasan Untuk Sakit

18 November 2025
Gaji pertama membuat beberapa orang menangis MOJOK.CO

Momen Terima Gaji Pertama bikin Nangis dan Nyesek di Antara Perasaan Lega

14 November 2025
Kafe Gethe di Kampung Sekayu Semarang. MOJOK.CO

Rogoh Kantong Pribadi Sampai Ratusan Juta demi Bikin Kafe Bergaya Retro di Tengah Permukiman Padat Kota Semarang

14 November 2025
Katolik Susah Jodoh Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami MOJOK.CO

Cari Pasangan Sesama Katolik itu Susah, Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami

13 November 2025
Pameran buku anak termasuk komik. MOJOK.CO

Komikus Era 80-an Akui Sulitnya Membuat Karya di Masa Kini, bahkan Harus Mengamati Lewat Drakor untuk Kembangkan Cerita Anak

15 November 2025
Summer Sale Banner
  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.