Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Plus dan Minus Merangkul Ahok Setelah Bebas dari Mako Brimob

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
24 Januari 2019
A A
Ahok bebas MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Setelah bebas dari Mako Brimob, ke mana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok alias BTP akan berlabuh? Perlu merangkul beliau? Pertimbangkan plus dan minusnya.

Kamis (24/1), Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, atau yang saat ini ingin dipanggil BTP, resmi bebas dari masa hukuman. Setelah 1 tahun 8 bulan dan 15 hari, setelah tersandung kasus penodaan agama terkait pernyataannya soal Surat Al-Maidah 51, BTP bisa menghirup udara segar. Rona bahagia dan cap enam jari mewarnai bebasnya Ahok dari Mako Brimob.

Sementara itu, di luar Mako Brimob, Ahoker sudah menunggu dengan begitu setiap. Sejak Rabu (23/1) malam, Ahoker berkumpul, berdiang ditemani nyala lilin, duduk tenang di atas trotoar, menantikan pujaan hatinya bebas dari penjara. Kebebasannya sudah sangat dinanti. Jangan salah, bukan hanya Ahoker, tapi “tangan-tangan” yang sudah siap merangkul.

Merangkul? Yup, betul. Begini, Ahok memang tidak bisa direkrut menjadi menteri, jadi anggota DPR, apalagi masuk dalam proyeksi calon presiden di masa depan. BTP divonis hakim menggunakan pasal 156a KUHP tentang penistaan agama. Ancaman kurungan maksimal 5 tahun. Ini akan berdampak terhadap karier politik Ahok.

Bivitri Susanti, ahli hukum tata negara dari Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK), mengatakan pasal yang menjerat memastikan Ahok tidak bisa menjadi menteri. Sebab, dalam pasal 22 ayat 2(f) Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara menyebutkan seseorang yang “melakukan tindakan pidana yang diancam … penjara 5 tahun atau lebih” tidak boleh diangkat menjadi menteri oleh presiden.

Begitupun bila Ahok berkeinginan menjadi presiden atau wakil presiden. Mengacu pada Peraturan KPU nomor 15 tahun 2014 tentang pencalonan dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden, dalam pasal 10 huruf n, disyaratkan bahwa riwayat calon presiden maupun wakil presiden tidak boleh pernah dipidana dengan ancaman hukuman penjara lima tahun atau lebih. Untuk menjadi anggota DPR pun, Ahok tidak bisa karena ada aturan yang sama.

Jadi, BTP tidak akan masuk ke dalam dunia politik (dalam waktu dekat atau selamanya). Namun, kita tentu tidak bisa melepas citra diri dan pengaruh yang dibawa seseorang. Suara manusia, bisa jadi, sifatnya lepas dari posisi berdirinya saat ini. meski tidak lagi berada dalam lingkaran terdalam dalam ekosistem politik, BTP tetap punya suara yang “berat”.

Keberadaan Ahoker dan para pengagum yang “tidak terdaftar secara resmi” atau tidak secara terbuka mendukung jumlahnya sangat besar. Dan, militansi Ahoker sendiri terlihat ketika BTP akan keluar dari penjara. Mundur ke belakang, film A Man Called Ahok ditonton lebih dari satu juta orang. Tentu tidak semuanya pendukung. Namun, aman untuk dikatakan 60 persen lebih dari satu juta penonton adalah pengagum beliau.

Beberapa pilihan karier Ahok selepas bebas terbentang dari pembicara, dosen tamu, hingga Ketum PSSI. Kita bisa melepaskan variabel terakhir jika melihat dinamika di dunia sepak bola saat ini. persentasenya terlalu kecil jika BTP ingin jadi Ketum PSSI. Meskipun perlu dicatat juga, politik adalah “seni tentang ketidakmungkinan”.

Menjadi pembicara dalam seminar atau dosen tamu menempatkan BTP ke bawah sorot lampu. Suaranya akan tetap berbobot dan memberi dampak. Toh, selama memegang jabatan publik, sifat frontal dan tanpa takut menentang “kejahatan” sukses bikin banyak orang jatuh cinta.

Inilah sisi “plus” dari merangkul Ahok. Suara yang berbobot dan besarnya pendukung membuat Ahok bisa menjadi “juru bicara” yang ideal. Seperti misalnya ketika ia mengimbau Ahoker untuk tidak golput. Sedikit banyak, imbauan itu berdampak kepada jumlah golput atau swing voter pecinta BTP.

Jika potensi ini bisa “dipegang” oleh kubu tertentu, potensi suara (atau pengaruh) yang besar berhasil dirangkul. Tinggal dimanfaatkan, apakah untuk bertahan dari serangan lawan, atau menjadi salah satu senjata andalan menyerang kebijakan lawan. Suara, seperti menjadi inti dari semua kehidupan politik. Suara rakyat, suara tokoh, yang menentukan siapa yang akan berkuasa.

Bisa kita lihat buktinya di Juli 2018 ketika PKS pun bersedia “menampung” BTP asal bertobat. PKS, yang notabene menjadi salah satu motor gerakan 212 paham dengan kekuatan yang dibawa Ahok. Sempat beredar kabar juga bahwa BTP akan bergabung ke PDIP. Dinamika itu menjadi gambaran betapa seksinya suara BTP.

Menampung BTP bisa menyiratkan bahwa kubu tertentu itu toleran, pemaaf, arif bijaksana, dan dewasa secara politik. Namun, menghitung sisi minus tetap kudu dilakukan.

Iklan

Nah, sisi minusnya, mereka yang akan merangkul Ahok harus menyiapkan diri mendapat status “pendukung penista agama”. Masifnya politik identitas saat ini membuat status seperti itu sungguh sensitif. Meskipun kita tahu, di politik, tidak ada yang namanya agama.

Jika pendekatan yang dilakukan tidak berjalan dengan lancar, Ahok kecewa, atau muncul indikasi negatif, Ahoker bisa menjadi “lawan diskusi” yang berbahaya. Mereka militan, didukung barisan milenial yang melek politik dan teknologi. Dan yang paling berbahaya: solidaritas di antara Ahoker cukup bagus.

Menjadikan Ahoker sebagai lawan menjelang coblosan tentu bukan langkah yang bijak. Jadi, supaya suara BTP (dan pendukungnya) tidak sumbang ke salah satu kubu, merangkul dengan tempo dan strategi yang tepat perlu dipertimbangkan.

Terakhir diperbarui pada 24 Februari 2021 oleh

Tags: ahokBasuki Tjahaja PurnamaBTPPilpres 2019
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Sialnya Warga Banjarsari Solo, Dekat Rumah Jokowi tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Esai

Surat Terbuka untuk Jokowi 2014, Tolong Selamatkan Kami dari Jokowi 2024

13 Februari 2024
Terjawab, Misteri Awal Mula Baju Kotak-kotak Jokowi-Ahok di Pilkada DKI 2012. MOJOK.CO
Kilas

Terjawab, Misteri Awal Mula Baju Kotak-kotak Jokowi-Ahok di Pilkada DKI 2012

6 Juni 2023
ratna sarumpaet
Kotak Suara

Lama Tak Terdengar, Ratna Sarumpaet Luncurkan Buku dan Bongkar Liarnya Dunia Politik

19 Februari 2023
Esai

Utang Ahok soal Penghapusan Kartu Kredit Korporat Pertamina Limit 30 Miliar

17 Juni 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Teknisi dealer Yamaha asal Sumatera Utara, Robet B Simanullang ukir prestasi di ajang dunia WTGP 2025 MOJOK.CO

Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

16 Desember 2025
bantul, korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO

Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan

16 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.