Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Pertahanan Indonesia Rapuh Diketawain, Pertahanan Hati Rapuh Ditangisi

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
31 Maret 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Sudahlah, cukup pertahanan negara saja yang rapuh, hati kita jangan. Pertahanan Indonesia rapuh, kan, bisa diatasi dengan sistem, lah hati kita gimana?

Saya menonton debat capres keempat semalam. Tak tanggung-tanggung, saya nonton sambil pakai headset supaya lebih khidmat. Yah, walaupun alasannya demi pekerjaan, tapi kan tetep aja saya nonton debat capres dan itu adalah sebuah pencapaian besar bagi orang yang bodo amat sama politik kayak saya.

Singkatnya, ada sebuah pernyataan Prabowo yang menarik perhatian. Katanya, “Kekuatan pertahanan kita sangat rapuh dan lemah. Bukan salah Bapak, salah… nggak tahu saya. Elitenya, yang ketawa. Kenapa kalian ketawa? Pertahanan Indonesia rapuh kok kalian ketawa? Lucu, ya?”

Saya kaget. Kaget, karena tadi saya sempat mesem-mesem sedikit di bagian Prabowo bilang, “Bukan salah Bapak, salah… nggak tahu saya,”, lantas langsung kicep waktu beliau berkata, “Kenapa kalian ketawa? Pertahanan Indonesia rapuh kok kalian ketawa? Lucu, ya?”

Di lini masa, saya perhatikan, beberapa pihak mulai mencari tahu apakah klaim Prabowo yang menyebut bahwa pertahanan Indonesia kita rapuh adalah benar. Beberapa sumber merujuk pada situs Global Fire Power dan menemukan bahwa Indonesia berada di urutan ke-15 dunia sekaligus urutan pertama di Asia Tenggara—yang artinya kurang lebih “nggak rapuh-rapuh amat”.

Namun demikian, Global Fire Power dianggap oleh banyak pihak sebagai sumber yang tak layak dijadikan rujukan untuk hal sekrusial ini, mengingat ia tidak mempertimbangkan faktor-faktor kepemimpinan militer, politik, dan kekuatan nuklir. Jadi, sebagai manusia yang minim informasi, saya sendiri belum tahu pasti apakah pertahanan negara kita cukup rapuh sampai Prabowo berapi-api menyebut betapa lemahnya TNI kita.

Tapi, tapi, tapiiiii, meski kabarnya sentimen negatif netizen terhadap Prabowo justru meningkat setelah adegan tersebut terekam dalam debat capres semalam, saya justru menemukan secercah kebenaran dari ucapan pasangan Sandiaga Uno ini, yaitu..

…bahwa pada bidang pertahanan yang sudah rapuh atau lemah, kita harus berfokus membuatnya kembali menjadi kuat!!!!!11!!!1!!!!

Karena saya nggak punya pengalaman mengatur sebuah negara seperti yang dibilang oleh Jokowi, saya pun memilih untuk membandingkannya dengan apa yang masing-masing kita miliki: pertahanan hati.

Eh, eh, eh, jangan ketawa. Ingat kata-kata Pak Prabowo: kenapa kamu ketawa? Lucu? Hah? Lucu?!

Nyatanya, pertahanan hati adalah sesuatu yang sering menjadi masalah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara masing-masing dari kita. Gebetan punya pacar, hati ambyar. Mantan nikah duluan, otak langsung nggak jalan. Dicuekin pacar seminggu, eh sedih melulu.

Plus, masalah kehidupan bukan cuma soal asmara. Kadang-kadang, hati kita terasa defenseless dan hancur saat menyadari bahwa kita gagal diterima universitas impian lewat SNMPTN, nggak bisa ngerjain kuis dadakan yang diadakan dosen, kalah di lomba Agustusan, nggak merasa secantik dan sepintar Maudy Ayunda, dan lain sebagainya.

Singkatnya, ada banyak hal yang membuat hati kita sebegitu rapuhnya, sampai-sampai kita cuma bisa meratapi nasib dan menyalahkan diri sendiri. Bedanya, saat mendengar informasi soal pertahanan negara rapuh, sebagaimana diucapkan oleh Prabowo, kita tertawa, sedangkan saat menerima fakta bahwa pertahanan hati kita sedang rapuh, kita malah nangis-nangis tanpa henti.

Iklan

Prabowo mungkin sebal melihat kita tertawa, sementara kita sebal karena ketawa aja dilarang. Tapi, kalau dilihat dari tujuannya, benar juga kata beliau: bahwa ada hal-hal yang sebaiknya dipikirkan dengan serius, mulai dari sekarang.

Prabowo meminta Jokowi agar memeriksa jumlah armada kapal selam yang dimiliki TNI dan memastikan informasi yang ia terima soal “kuatnya pertahanan negara”. Pada kasus yang hampir mirip, kita juga sebaiknya meminta diri kita sendiri untuk memastikan banyak hal setelah sebuah patah hati atau kesedihan menghujam hati kita tanpa ampun: apakah benar kita merasa sedih? Apakah ini bentuk kehilangan yang paling kita takuti? Apakah kita mau berkubang di lumpur kesedihan terus-terusan? Apakah benar kita tidak bisa maju lagi ke depan dan selamanya harus terjebak pada kenangan???

Pertahanan hati, mylov, adalah jauh lebih penting daripada apa pun.

Kamu bisa tampil bahagia hari ini, menertawakan lelucon temanmu yang tidak seberapa lucu, atau malah membagikan candaan renyah demi membuat temanmu tertawa. Tapi, kalau hatimu sendiri masih rapuh, ia bisa pecah sewaktu-waktu, bahkan di saat yang tidak terduga, hanya karena kamu mengira kamu telah mengatasinya dengan berpura-pura baik-baik saja.

Kamu mungkin mendengar nasihat bahwa menangis itu baik dan membuktikan bahwa kamu hanyalah manusia biasa. Sedih itu perlu, menangis itu wajar, tapi tidakkah kamu merasa perlu memberi batas waktu?

Prabowo kesal melihat orang-orang tertawa kala ia menyebut soal pertahanan Indonesia rapuh. Ia mengakhiri bagiannya dengan, “Silakan tertawa kalau negara lemah,” sembari berbalik dan kembali ke tempat duduknya.

Mungkin, hal yang sama bisa kita aplikasikan ke diri kita sendiri: “Silakan nangis-nangis melulu kalau udah tahu hatimu lemah.”

Saya pernah dilarang datang ke UKS waktu segerombolan siswa kesurupan massal di sana. Seorang kawan saya berteriak dan menahan saya, “Jantungmu lemah, nggak usah deket-deket ke sana, deh!”

Saya gondok setengah mati. Pertama, jantung saya rasanya nggak lemah—hanya saja, dia kelewat khawatir karena saya pernah pingsan dua kali. Kedua, saya jadi kehilangan kesempatan untuk melihat peristiwa kesurupan massal secara langsung.

Tapi kalau dipikir-pikir, kawan saya benar juga. Saya akhirnya mundur dan memilih pergi ke kantin. Dan hari itu, saya baik-baik saja—tidak lagi pingsan dan merepotkan orang lain.

Maksud saya, hal sebaliknya bisa saja terjadi kalau saya memaksakan diri pergi ke UKS, kan?

Sampai di sini, saya rasa marahnya Prabowo nggak lebay-lebay amat. Mungkin beliau tampak pesimis dan lebay saat ngomel-ngomel di panggung, tapi percayalah: ia sedang mengajarkan ilmu kehidupan juga pada kita. Soal apa?

Bahwa pertahanan adalah batas depan dari apa yang kita miliki, baik negara maupun hati masing-masing dari kita. Kalau pertahanan aja udah rapuh dan dibiarkan lemah terus-terusan, apa nggak bakal membahayakan apa yang ia lindungi?

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: debat capres keempatjokowipertahanan Indonesiapertahanan negara rapuhPrabowo Subianto
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Prabowo-Gibran.MOJOK.CO
Aktual

7 Alasan Mengapa Satu Tahun Masa Kepemimpinan Prabowo-Gibran Layak Diberi Nilai 3/10

20 Oktober 2025
makan bergizi gratis MBG.MOJOK.CO
Aktual

Omon-Omon MBG 99 Persen Berhasil, Padahal Amburadul dari Hulu ke Hilir 

19 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.