Sebenci-bencinya kalian terhadap Satria FU, tak bisa dimungkiri, di awal kemunculannya, motor ini adalah motor paling cantik. Dan pola tersebut berulang di masa kini. Sayangnya, kali ini bukan Suzuki yang mengulang pola, tapi justru rivalnya (kalau bisa disebut rival sih), yaitu Yamaha dengan motor Yamaha Aerox.
Motor yang katanya bisa didapat dengan nendang pintu rumah ini memang harus saya akui, adalah motor matic dengan desain paling cantik. Yamaha Aerox gagah dan elegan di saat yang bersamaan. Ia punya kesan yang menurut saya unik: dia tegas, plus cantik di waktu yang sama. Kau tidak bisa menemukan kesan yang sama, setidaknya, jarang.
Siapa yang bisa menyamai? XMAX? Jelas lah, tapi dia sudah kelewat premium. Harganya tidak sama. Honda PCX? Well, PCX lebih ke arah elegan. NMAX? Plis.
Saya kemarin sempat menulis, bahwa barang sebaiknya jangan dijadikan simbol kesuksesan. Tapi, entah kenapa, saya agak goyah saat melihat motor Yamaha Aerox. Ah, mungkin ia bukan simbol kesuksesan, tapi lebih tepatnya, simbol masa muda yang menyenangkan, persis saat saya melihat Satria FU semasa SMP dulu.
Era 2000-an, era paling gila
Banyak yang tidak tahu, bahwa Aerox sebenernya sudah mengaspal sejak lama. Tapi, namanya bukan Aerox. Kalau saya tidak salah data, pertama kali embrio Aerox muncul di Indonesia dengan nama Yamaha Nouvo. Menurut saya, Nouvo ini adalah cikal bakal matic gagah yang sayangnya gagal bersaing dengan saudaranya yang sebenernya biasa saja: Yamaha Mio.
Kegagalan Nouvo sebenarnya bukan semata karena Mio. Desain Nouvo saat itu memang bikin orang mengernyit. Tapi jangan tanya perkara lampunya. Siapa pun yang mengalami masa remaja pada 2000-an, pasti kepikiran untuk modif Mio-nya dengan masang lampu Nouvo Z. Nggak usah sok beda, kalian pasti pengin.
Kegagalan Nouvo, mbahnya Yamaha Aerox lebih disebabkan bahwa di era tersebut, semua pabrikan saling baku hantam dengan mengeluarkan motor andalan mereka. Perlu kalian tahu, era 2000-an itu tahun di mana Satria FU, Jupiter Z, Jupiter MX, Vario, Beat, Mio, Mio Sporty, Vixion, Smash, Shogun generasi baru, dan motor gila lain yang keluar di tahun segitu. Nouvo, yang punya desain yang agak berbeda jelas kelimpungan melawan motor-motor tersebut.
Gara-gara Mio, Vario, Beat, merajai jalanan, akhirnya motor-motor lain tersebut redup. Bahkan Satria FU pun harus mengakui kekalahan. Ketika Honda PCX CBU masuk, serta NMAX mulai mengaspal, barulah era matic 150 CC mengambil alih.
Dan motor Yamaha Aerox, melemaskan sendi-sendinya, bersiap di pojokan, bersiap menghantam dominasi dua matic gambot tersebut.
Motor Yamaha Aerox sebagai petarung ketiga
Saya kira, tak ada yang patut jadi petarung ketiga di ring matic 150-250 cc kecuali Yamaha Aerox. Lupakan Vario 160 itu, nggak usah diajak, nggak usah digubris. Dibanding Aerox, Vario 160 baiknya ngobrol sama BeAT dan Mio.
Hah? Apa? ADV 160? Nggak, nggak.
PCX dan NMAX memang saling sikut. Mereka, entah kenapa, kayak bersaing jadi yang paling besar. Kayak berusaha keras untuk jadi motor yang paling tidak menyenangkan. Di sinilah Aerox masuk, menyikut mereka dari segala sisi, dan menancapkan eksistensinya.
Apa yang PCX dan NMAX punya, tapi Aerox tak punya?
Bodi besar? Jelas. Ergonomi? Well, sama saja. Kecepatan? Oh come on, kalian bertiga sama-sama CC-nya. Bedanya jelas tidak bumi langit. Overprice? Oh, motor Yamaha Aerox sudah mengikuti jejak kalian. Lalu, apa yang bikin kalian ragu ambil Aerox?
Baca halaman selanjutnya












