ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Mengenang Kelicikan-Kelicikan Masa Kecil Saat Bermain Petak Umpet dan Permainan Tradisional Lainnya

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
10 Juli 2021
0
A A
permainan tradisional
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Mengenang aksi curang dan culas yang dilakukan anak-anak jaman dulu saat memainkan permainan tradisional.

Di Twitter, seseorang membagikan video anak-anak yang sedang bermain petak umpet. Dalam video tersebut, tampak aksi cerdik seorang anak yang bersembunyi justru persis di balik tembok tempat anak yang “jadi” menutup matanya.

Akal2an orang jakarta ga ada apa2nya sama akal2an yang satu ini pic.twitter.com/vs6OWLAgUu

— The Pains of Being Kevin (@perfectneedle) July 8, 2021

Video pendek tersebut benar-benar membikin hati saya amat bahagia. Pertama karena memang video tersebut benar-benar lucu. Sedangkan yang kedua, video tersebut membuat saya sadar bahwa ternyata masih cukup banyak anak-anak yang mau bermain petak umpet. Hal yang, dalam beberapa tahun terakhir, sudah benar-benar jarang saya temui.

Di tengah gempuran permainan digital, melihat anak-anak masih memainkan permainan tradisional seperti petak umpet, atau kelereng, atau boy-boy-nan, gobak sodor, dan aneka permainan tradisional lainnya memang menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri.

Sebagai anak yang masa kecilnya hampir selalu memainkan permainan-permainan tersebut, ada semacam perasaan agar anak-anak jaman sekarang juga harus mengalami permainan yang dulu biasa saya dan kawan-kawan sebaya saya mainkan.

Saya, dan mungkin juga banyak orang lainnya rasanya agar getir dan prihatin melihat anak-anak jaman sekarang tidak punya banyak kesempatan untuk menikmati keasyikan memainkan permainan-permainan masa kecil kami.

Boleh jadi ini sebenarnya hanya perasaan kami saja yang berlebihan. Toh anak-anak kecil jaman sekarang bisa saja justru jauh lebih bahagia dan senang karena memainkan permainan-permainan digital melalui gadget mereka. Barangkali kami saja, generasi yang lebih tua, yang merasa sok tahu atas standar kebahagiaan-kebahagiaan dalam permainan.

Kendati demikian, perasaan saya tetap sama. Keprihatinan dan kegetiran itu tetap ada.

Bagi saya, walau mungkin permainan digital dan permainan tradisional sama-sama menyenangkan, namun ada sensasi pengalaman yang tak bisa didapatkan oleh permainan digital.

Ada banyak pengalaman-pengalaman lucu, kejadian tak terduga, sampai perkelahian antar teman, yang sangat mungkin terjadi saat memainkan permainan tradisional. Hal yang jarang terjadi pada permainan digital.

Jatuh dari pohon karena nekat bersembunyi di atas pohon saat bermain petak umpet, dihajar orangtua karena pulang terlalu sore setelah bermain gambar umbul tak kenal waktu, atau berkelahi akibat berselisih paham dengan kawan saat bermain kelereng. Itu menjadi pemandangan yang amat biasa.

“Anak kecil itu kadang memang perlu berkelahi,” begitu kata Pak Edi, tetangga saya. “Bukan urusan menang atau kalah, tapi biar mentalnya jadi.”

Aneka permainan tradisional yang saya mainkan waktu kecil dulu tentu saja membawa kenangan-kenangan manis. Bukan hanya soal kekompakan, kebersamaan, kelihaian, dan hal-hal baik lainnya, namun juga tentang kelicikan dan aksi-aksi culas.

Kalau Pak Edi bilang anak kecil kadang perlu berkelahi, maka saya juga meyakini bahwa anak kecil kadang perlu menjadi licik. Dan pada kenyataannya, memang itulah yang dulu kami lakukan.

Kami banyak melakukan hal-hal licik dan curang dalam permainan masa kecil kami. Dalam pikiran kami, licik dan cerdik memang seperti tak berjarak.

Saat bermain petak umpet, misalnya, bukan cerita baru kalau ada anak yang susah sekali ditemukan saat bersembunyi. Hal yang memang masuk akal, sebab ia memang tidak bersembunyi di tempat yang “legal”, melainkan bersembunyi di rumahnya sendiri, sambil makan dan menonton televisi. Ini kelicikan yang amat lumrah.

Kali lain, kami, anak-anak kecil juga bersiasat dengan saling bertukar baju untuk mengelabui anak yang bertugas mencari kami. Tentu ini trik murahan, namun tetap saja banyak yang jadi korban.

Pada permainan lain, misal gambar umbul atau lempar gambar, saya, dan mungkin banyak anak-anak lainnya pasti pernah mencoba menggunakan gacoan gambar yang dua sisinya sama-sama hidup, sebab gacoan tersebut memang berupa dua gambar yang kami tempel menjadi satu, sehingga saat dilempar, jatuh dalam posisi apa pun, ia tak akan pernah menjadi gambar yang mati.

Pada titik tertentu, kelicikan-kelicikan “kecil” yang kami lakukan dulu itu menjadi amat indah untuk dikenang. Ia bakal menjadi kelicikan yang pelakunya justru bakal merasa bangga untuk menceritakannya. Kelicikan-kelicikan menyenangkan yang pada akhirnya saya merasa amat menyesalkannya karena tidak bisa dilakukan oleh banyak anak-anak jaman sekarang.

Tentu saja itu subyektif, sebab anak-anak sekarang pastilah punya “kelicikan”-nya sendiri. Kelicikan yang kelak mereka pasti juga menyesalkannya karena tidak bisa dilakukan oleh banyak anak-anak generasi berikutnya.

Begitu seterusnya.


BACA JUGA Urusan Menyalahkan Generasi, Orang Dewasa Memang Jagonya dan artikel AGUS MULYADI lainnya. 

Terakhir diperbarui pada 10 Juli 2021 oleh

Tags: anak-anakpermainan tradisionalpetak umpet
Iklan
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

psikolog ugm lato-lato mojok.co
Kilas

Psikolog UGM Bilang Lato-Lato Bisa Kurangi Kecanduan Ponsel pada Anak

20 Januari 2023
strict parents mojok.co
Kilas

Strict Parents Sudah Ketinggalan Zaman, Bisa Bikin Anak Jadi Pembully

13 Januari 2023
Anak sakit mojok.co
Kesehatan

Gagal Ginjal Misterius Pada Anak, Ini Gejala dan Pencegahannya

13 Oktober 2022
obat batuk mojok.co
Kesehatan

Mengenal Sirup Obat Batuk dari India yang Tewaskan 69 Anak di Gambia

12 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dicki Olski: Lahir dari Komunitas Stand Up, Kini Bermusik Lewat Lirik Patah Hati

Dicki Olski: Lahir dari Komunitas Stand Up, Bikin Band Pop Gemezz, dan Alasan Hiatus

15 Juni 2025
Jadi driver Gojek buat cari duit malah tekor terus kena order fiktf, hidup tertolong promo MOJOK.CO

Jadi Driver Gojek untuk Cari Duit Malah Tekor Terus Kena Order Fiktif, Hidup Tertolong Promo

13 Juni 2025
Lulusan SMK PGRI Lubuklinggau jadi karyawan Alfamart dan Indomaret, kerja apapun layak diapresiasi MOJOK.CO

Lulusan SMK “Hanya” Jadi Karyawan Alfamart dan Indomaret: Sekolah Harus Tetap Bangga, Karena Sukses Tak Dilihat dari Status

12 Juni 2025
sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Lulus Kuliah IPK 3,7 tapi Susah Dapat Kerja Gara-gara Tidak Mendengarkan Nasihat Orang Tua

18 Juni 2025
Lulusan SMA-SMK awalnya malu karena tak kuliah dan jadi karyawan Alfamart-Indomaret. Tapi merasa terhormat karena bisa kerja sendiri MOJOK.CO

Lulusan SMA-SMK Awalnya Malu Tak Kuliah dan Kerja di Alfamart-Indomaret, Direndahkan Guru Sendiri tapi Kini Merasa Lebih Terhormat

12 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • wpsKebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.