MOJOK.CO – Lagi rame ngobrolin childfree alias keputusan untuk tidak punya anak ya? Dah, jangan ribut. Latihan menghargai pilihan masing-masing.
Kehidupan sosial orang Indonesia terbentuk dari kebanggaan-kebanggaan domestik kayak menikah, punya anak lucu-lucu, dan punya cucu. Sayangnya, banyak anak muda yang mulai menerima pemikiran-pemikiran di luar kebanggaan itu. Mereka, mulai mempertimbangkan kembali tujuan untuk menikah, punya anak, dan membangun keluarga. Jangankan yang urusannya seumur hidup begitu, keputusan belanja lewat Shopee atau Tokopedia juga dipertimbangkan matang-matang kok. Belakangan, gagasan childfree yang artinya memutuskan untuk tidak punya anak, ramai jadi perbincangan setelah youtuber Gitasav secara tegas menganutnya.
Ada banyak ide-ide baru seputar kehidupan yang bergulir di benak anak muda zaman sekarang. Childfree hanyalah salah satunya. Saya pun pernah sesekali memikirkannya. Suatu malam saat nongkrong dengan gebetan, saya pernah nyeletuk iseng, “Kalau aku nggak nikah dan menua, panti jompo ada yang affordable buat pekerja kayak aku nggak ya?”
Si gebetan yang memang menganut hubungan tanpa komitmen itu lalu menjelaskan. “Udah banyak program menghabiskan masa tua di panti jompo kok. Jadi kamu bisa bergaul dengan orang-orang sesusiamu kalau udah tua. Bisa nggak kesepian di masa tua meskipun nggak punya pasangan dan anak-cucu.”
Sejenak saya berpikir, childfree sudah datang bersama solusi atas ketakutan-ketakutan akan hidup kesepian. Yuyur nih, kesepian bagi saya lebih membunuh ketimbang pisau dapur.
Seorang teman dekat saya juga pernah menceritakan perihal keputusan childfree yang diambil Gitasav bersama suaminya, Paul, jauh sebelum gagasan ini jadi viral belakangan. Kebanyakan orang memang punya anak karena hal itulah yang dilakukan banyak orang. Mereka nggak tahu bahwa mereka punya pilihan untuk memutuskan tidak punya anak. Zaman dulu, in bahkan bukan pilihan, ini sama sekali nggak pernah terpikirkan. Memiliki anak punya tanggung jawab yang begitu luar biasa. Mereka memang lucu, tapi anak-anak yang menggemaskan itu suatu saat bisa tumbuh dewasa. Tumbuh jadi orang medioker kayak saya sekarang dan harus menanggung semua kekejaman dunia ini dalam kepalanya sendiri. Ini baru soal emosional, belum lagi perkara finansial.
Tapi, tentu saja untuk memutuskan childfree, kita nggak bisa hanya semalam dua malam memikirkannya. Bahkan kalau kamu punya pasangan, memperdebatkannya adalah hal yang paling wajar dilakukan. Ya enak kalau kamu punya pasangan deokratis macam Chef Juna yang menyerahkan keputusan punya anak pada perempuan. Lha kalau pasanganmu menuntut punya anak segera, ya siap-siap debat.
Gitasav bukan satu-satunya penganut childfree. Katanya, Cinta Laura juga memilih nggak punya anak karena dunia ini sudah over populasi. Hmmm, oke deh Cinta, meskipun alasan ini agak bikin jidat saya gatal, yang penting jangan pernah memaksa orang lain untuk childfree juga, ya. Soalnya alasan macam ini sebenarnya lumayan riskan diterima boomer, terlihat kayak kepengin keren menyelamatkan dunia aja gitu. Kurang kuat.
Memutuskan childfree tentu saja bakal bikin kepala orang tuamu pusing. Sebagai orang yang hidup di generasi berbeda, gagasan semacam ini mungkin bagi mereka aneh dan jahiliyah banget, tanda-tanda akhir zaman, budaya barat, dan rupa-rupa tuduhan lainnya. Nggak sedikit yang kemudian membenturkan keputusan childfree dengan urusan agama. Nah, apakah seorang Muslim boleh childfree ya tentu cobalah mengulik hal ini kembali. Tentu ada banyak pendapat soal ini. Yang saya yakin, suatu saat nanti sedikit banyak bakal ada yang tumbang dari keputusan childfree hanya karena demi menyenangkan orang tua dan saudara. Wes to. Irisan antara menyenangkan orang tua dan tidak setia pada prinsip itu memang tipis banget.
Jika kamu memutuskan childfree, saya rasa, jangan dijadikan sebuah prinsip dan idealisme yang selamanya akan begitu. People change. Keadaan juga mungkin berubah jadi lebih baik nantinya. Teruslah mencari alasan mengapa kamu perlu atau tidak perlu punya anak. Ini yang terpenting. Kalau memutuskan childfree hanya karena pemikiran ini terlihat berbeda dan kayaknya open minded, tolong, cobalah dulu salto 33 kali sambil mencerna kembali keputusanmu itu. Terlihat edgy nggak akan menyelamatkanmu dari kesepian atau pengharapan bakal bahagia begitu saja di hari tua. Mereka yang memutuskan punya anak juga lagi berjuang mati-matian untuk nggak berpikir memasukkan kembali anaknya ke rahim. Hidup itu keras dan kamu bakalan meleyot kalau cuma pengin kelihatan edgy.
Definisi open minded itu nggak secetek menerima semua ide dan gagasan baru, ini mah namanya antikonservatif konservatif club. Punya “pemikiran terbuka” juga berarti menghargai keputusan orang lain walau itu terdengar kuno. Tahu sendiri kita dikasih dua kuping dan satu mulut itu biar kita lebih banyak memahami ketimbang ngebacot. Mau memutuskan childfree atau punya anak sebelas yang penting alasannya masuk akal dan kayak dihargai.
BACA JUGA Chef Juna Adalah Bukti Terbaru Bahwa Tren Lelaki Idaman Perempuan Mulai Bergeser dari Pria Romantis Menuju Pria Demokratis dan artikel AJENG RIZKA lainnya.