Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Memahami Logika Atap JPO yang Dicopot Anies Baswedan

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
7 November 2019
0
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Orang-orang nyinyir karena Anies Baswedan kasih instruksi mencopot atap jembatan penyeberangan orang (JPO). Hadeh, padahal banyak lho manfaatnya.

Anies Baswedan kena lagi. Gubernur tercinta masyarakat Jakarta ini jadi bahan ghibah netizen usai ramai soal lem Aibon. Sebabnya, salah satu jembatan penyeberangan orang (JPO) di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat tiba-tiba jadi nggak ada atapnya.

Gubernur DKI Jakarta pada 23 Oktober silam memang sudah mengimbau kepala dinas agar atap JPO dibongkar saja. Artinya, pencopotan ini memang merupakan program gubernur.

“Saya sudah minta Bapak Kepala Dinas, nanti Bapak ulangi. Ini semua penyeberangan-penyeberangan yang ada di sini, di sisi sini, kan ada JPO-JPO, Pak, atapnya dicopot, Pak. Jadi tanpa atap. Tidak usah pakai atap. Karena memang dari tempat panas ke tempat panas lagi,” kata Anies saat itu.

Kenapa Anies minta atap JPO dicopot, alasannya ada di tuturan selanjutnya. “Itu tempat selfie paling sering, Pak, nanti. Karena pemandangan gedung di malam hari, bagus sekali. Sore, siang. Jadi atapnya copot, itu langsung jadi space terbuka. Ini tidak perlu pakai kerumitan, tinggal copot atap saja.”

“Tapi JPO kita itu atapnya ada, supaya tidak kena hujan dan panas. Itu benar bila dari indoor ke indoor. Tapi kalau dari ruang terbuka ke ruang terbuka, sebetulnya tidak perlu ada penutup,” tambah Anies lagi.

Tentu saja ide ini banyak dipertanyakan oleh kita semuwa. Kalau memang sedari awal desain JPO tidak ada atapnya, mungkin masih bisa dipahami, tapi kalau tadinya punya atap lalu dibongkar, bukannya itu malah aneh? Ngabis-ngabisin anggaran aja.

Lah, mending anggarannya untuk bongkar atap JPO dong ketimbang buat beli lem Aibon. Bijimana seh, masak gitu aja kagak ngarti?

Di sisi lain, keputusan ini juga dikritik karena melihat kondisi panas menyengat di Jakarta, disertai dengan tingkat polusi yang tinggi, bikin pejalan kaki butuh tempat-tempat teduh. Setelah pepohonan di sekitar Jalan Sudirman juga nggak teduh-teduh amat, menghilangkan tempat yang teduh tentu sangat dipertanyakan. Lebih-lebih kalau alasannya biar bisa pada selfie.

Namun, harus dipahami, pandangan seperti itu sebenarnya cuma pandangan nyinyir saja. Sebab, kalau mau dipikir-pikir kembali, netizen saja yang belum paham betapa banyak manfaat dari dicopotnya atap JPO ini. Lagipula keputusan ini jelas sudah dipikirkan masak-masak. Bahkan mungkin sampai kematengan jadinya.

Seperti misalnya soal panas. Netizen yang nyinyirin Anies Baswedan ini tidak paham, bahwa jembatan ini kan dipakai (paling sering) untuk mereka yang berangkat kerja di pagi hari, sehingga mataharinya masih sangat bagus untuk berjemur.

Lagipula seharian para pekerja itu berada di gedung ber-AC. Nggak terpapar sinar matahari babar blas. Waktu pulang juga udah malem, udah nggak ada matahari lagi. Maka jelas, atap JPO itu malah menghalangi warga Jakarta dari sinar matahari. Itu namanya melanggar sunnatullah, bahwa kulit manusia itu bagusnya ya terpapar panas sinar matahari.

Melalui keputusan ini pula, Anies sebenarnya juga sedang memikirkan kebutuhan Vitamin D warganya. Masing ingat kan dengan jargon Pak Anies dulu? Maju kotanya, bahagia warganya. Dan kebahagiaan itu bisa terpancar makin jelas kalau warganya mau dipaksa berjemur.

Lebih ajaib lagi, kebutuhan Vitamin D ini minim memakai dana BPJS. Sudah irit, bisa keringetan gratis, minim makan anggaran negara lagi. Warbiyasa bukan?

Soal selfie juga mashook sekali. Buat warga Jakarta, kondisi jalanan yang macet dan polusi yang tinggi kan cuma dikeluhkan oleh mereka, bagi warga udik dari daerah kayak saya yang sesekali melancong ke Jakarta, melihat kemacetan itu menjadi sebuah wahana yang unik lho. Di daerah jarang soalnya lihat macet separah itu.

Hal-hal kayak gitu malah baiknya memang jangan ditutupi, tapi dibuka selebar-lebarnya. Lagian, kapan lagi bisa selfie di atas kemacetan Jakarta? Sebab, kalau zaman dulu maskot Jakarta adalah Monas atau Kota Tua, sekarang itu maskot Jakarta adalah kemacetan.

Jadi kalau ada orang daerah yang melancong ke Jakarta belum ngerasain macet, ya berarti mereka “belum ngerasain Jakarta”. Itulah kenapa, selfie di atas kemacetan kota jadi pembuktian yang perlu untuk diupload di IG Story.  Sambil berpanas-panas ria pula, di atas JPO, wah, wah, jadi makin ngerasain Jakarta banget. Panas, polusi, keringetan, dan macet.

“Mak, aku di Jakarta neeeh!”

Oke deh. Itu kan kalau cuacanya cerah, kalau hujan gimana? Kehujanan dong orang-orang yang lewat JPO?

Yaelah, hujan aja ditakutin.

Justru tanpa adanya atap JPO, Gubernur Anies Baswedan sebenarnya sedang memberdayakan hal lain agar bisa dimanfaatkan warganya, yakni: jasa ojek payung.

Coba kita pikir lagi. Kalau semua atap JPO ada, orang-orang menyeberang tanpa perlu jasa ojek payung dong? Mematikan lahan rezeki orang lain dong itu namanya? Yawla, kelas menengah ngehek memang cuma mikirin kepentingannya sendiri sih. Nggak kayak Anies Baswedan yang memikirkan semuanya.

Dengan tanpa atap JPO, profesi ojek payung ini bisa sangat menjanjikan. Untuk menyeberang dari satu titik ke titik kan lumayan untuk tambah-tambah penghasilan warga Jakarta. Lagian, sebentar lagi bakal musim ujan. Ini tepat banget. Momentumnya pas gitu.

Lah, kalau JPO jadi licin gimana? Orang yang menyeberang jadi kepleset gimana? Ya itu namanya risiko. Dengan adanya risiko licin, orang bisa kepleset, Gubernur sedang mengajari warganya kalau lagi jalan kaki itu baiknya jangan buru-buru. Pelan-pelan dong dikit. Santai, selow, nggak usah diburu waktu. Kalau jalannya buru-buru kepleset kan? Gimana, keren sekali bukan?

Sayangnya, pandangan penuh visi yang membahagiakankayak gini tentu bakal sulit dipahami kalau sedari orok udah benci sama Anies Baswedan. Padahal kebijakan ini sangat pro sekali dengan keajaiban. Maju kotanya, keringetan warganya.

Terima kasih, Pak Anies. Udah berani bikin kebijakan tak populer tapi wangun tiada banding tiada tanding. Benar-benar out of the box kayak Wiro Sableng dengan kapak 212-nya aja.

BACA JUGA Halo Jokower, Serangan Kalian ke Anies Baswedan Bisa Jadi Bumerang atau tulisan AHMAD KHADAFI lainnya.

Terakhir diperbarui pada 7 November 2019 oleh

Tags: Anies Baswedanatap JPOGubernur Jakarta
Iklan
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Hidup Cemas di Manggarai Jakarta Selatan karena Tawuran MOJOK.CO
Esai

Merantau di Manggarai Jakarta Selatan Artinya Hidup Sambil Memelihara Ketakutan, Hidup Susah, dan Terancam Tawuran yang Bisa Terjadi Kapan Saja

18 Mei 2025
Prabowo Itu Pura-pura Goblok dan Anies Masuk Perangkap MOJOK.CO
Aktual

Prabowo Itu Pura-pura Goblok dan Anies Masuk Perangkap

8 Januari 2024
Anies Baswedan.MOJOK.CO
Aktual

Teka-teki Kematian Harun Al-Rasyid yang Jadi Sorotan Anies Baswedan saat Debat Capres

12 Desember 2023
Debat Capres 2024 11 Panelis dari UIN, UGM, dan Universitas Terkemuka Lainnya Siap Uji Ketangkasan Capres
Politik

Debat Capres 2024: 11 Panelis dari UIN, UGM, dan Universitas Terkemuka Lainnya Siap Uji Ketangkasan Capres

12 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Cerita bapak ojol pinjam sepatu ke tetangga agar anak bisa ikut sepak bola putri di Jogja MOJOK.CO

Bapak Ojol Pinjam Sepatu Bola ke Tetangga demi Anak Ikut Sepak Bola Putri di Jogja

22 Juni 2025
Perjuangan ibu hingga antar anak jadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), jadi pembuktian untuk ayah yang telah meninggalkan keluarga MOJOK.CO

Bisa Kuliah UGM karena Perjuangan Ibu, Bertekad Buktikan Kesuksesan ke Ayah yang Pergi Tinggalkan Keluarga

21 Juni 2025
Innova Zenix Tidak Otentik, Kalah Populer dari Innova Reborn MOJOK.CO

Innova Zenix Bisa Menjadi Penyesalan Toyota karena Melahirkan Mobil Tidak Otentik dan Ternyata Innova Reborn Belum Habis

16 Juni 2025
Pertama kali punya mobil pribadi. Niat pamer dan bikin panas tetangga di Pati malah jadi repot sendiri MOJOK.CO

Pertama Kali Punya Mobil Pribadi buat Pamer ke Tetangga, Malah Berujung Repot Sendiri hingga Dijual Lagi

16 Juni 2025
Coach Timo Scheunemann: Jangan Buat Anak-anak Trauma dengan Sepak Bola. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Coach Timo Scheunemann: Jangan Buat Anak-anak Trauma dengan Sepak Bola!

22 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.