Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kenapa Khilafah dan Jihad Justru Penting Dipelajari di Sekolah?

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
9 Desember 2019
0
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kontroversi soal ujian yang memuat konten khilafah dan jihad di Kediri, Kemenag sempat berencana untuk menghapus dua konten pelajaran tersebut.

Geger mengenai soal ujian di Madrasah Aliyah (MA) di Kediri yang bermuatan tentang khilafah, Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur segera melakukan revisi. Kemenag Jatim pun sudah meminta maaf atas kontroversi tersebut.

Menanggapi hal itu, Menteri Agama Fahrul Razi sempat berencana untuk merombak konten khilafah dan jihad di seluruh pelajaran agama Islam di Madrasah. Di sisi lain, ada juga pihak yang mewanti-wanti agar jangan sampai dua konten itu hilang seluruhnya di pelajaran madrasah.

Salah satunya adalah Wakil Ketua Komisi VII DPR, Ace Hasan Syadzily. Menurut Ace, kedua konten itu tetap harus masuk kurikulum karena itu bagian dari fakta sejarah agama Islam.

“Menurut fiqh siyasi, khilafah itu merupakan bagian dari khazanah pemikiran politik Islam yang pernah diterapkan dalam sejarah Islam. Kita tak boleh menghapus fakta sejarah itu,” kata Ace seperti diberitakan CNN Indonesia.

Menurut Ace, justru peserta didik malah harus mempelajari khilafah dan jihad. Tentu saja Ace membatasi bahwa pelajaran tentang khilafah dan jihad disesuaikan dengan sistem Pemerintahan Indonesia.

Oleh karena itu, Ace mengusulkan agar Menteri Agama tidak serta merta menghapus seluruh konten pelajaran mengenai khilafah dan jihad di madrasah. Sebab, akan jauh lebih berbahaya kalau peserta didik tahu tentang khilafah dari luar madrasah. Misalnya dari kelompok ekstremis.

“Kami di Pesantren dulu belajar tentang konsep fiqh siyasi (fikih politik) yang mengacu pada Kitab Ahkam Al-Sultoniyah karangan Imam Mawardi yang memuat tentang konsep politik khilafah. Bukan berarti kami mengikuti ajaran itu, karena itu tidak mungkin diterapkan dalam sistem politik saat ini,” kata Ace.

Ada baiknya pelajaran khilafah dan jihad memang tidak total dihapus, sebab kesalahannya bukan pada kedua konten itu sendiri melainkan pada penafsirannya. Tafisr yang sering jadi dalih untuk melakukan tindak kekerasan atau aksi terorisme.

Oleh karena itu, Ace mengusulkan daripada menghapus kontennya, lebih baik melakukan filter guru atau pengajarnya.

“Jadi yang seharusnya dikedepankan adalah kemampuan para pendidik untuk menjelaskan tentang konsep kenapa kita menerapkan sistem kenegaraan kita saat ini, di mana Pancasila dan NKRI sebagai pilihan tepat dan keharusan kita mengedepankan moderasi beragama,” tambah Ace.

Usulan Ace ini memang sudah sangat tepat.

Mau bagaimanapun juga, khilafah dan jihad adalah bagian dari sejarah Islam. Tentu penggunaannya bukan untuk digunakan dalam semangat mengganti dasar negara atau melakukan aksi terorisme, namun justru digunakan sebagai counter narasi kelompok-kelompok ektrem.

Salah satu hal yang bisa dilakukan misalnya, dalam konten khilafah. Peruntukannya bukan masuk pada ranah mata pelajaran fikih atau politik, melainkan masuk dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam—misalnya. Jadi khilafah dipandang sebagai entitas sejarah Islam, bukan sebagai ajaran yang harus serta-merta dilakukan.

Begitu juga dengan konten jihad yang pemaknaannya tidak melulu soal peperangan. Jangan karena para pelaku teroris menggunakan kata “jihad” lalu kita malah jadi anti untuk mempelajari apa itu jihad.

Bahkan kalau perlu, dua terminologi ini tidak hanya dipejari sekolah-sekolah di bawah Kementerian Agama, dari Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, sampai Aliyah, melainkan juga sekolah-sekolah di bawah Kemendikbud. Seperti SD, SMP, SMA.

Sebab, kalau senjata yang dipakai “musuh” saja tidak dipelajari, bagaimana anak-anak ini bisa siap menghadapi doktrin dari kelompok ekstremis suatu saat nanti?

Oke deh kalau soal khilafah, tapi kalau kuminis gimana? Masih haram juga kah dipelajari dan didiskusikan? Eh.

BACA JUGA Ada Khilaf dalam Khilafah atau tulisan Ahmad Khadafi lainnya.

Terakhir diperbarui pada 9 Desember 2019 oleh

Tags: JihadKhilafahMenteri Agama
Iklan
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Jihad Warga Kecamatan Selo Boyolali Mempertahankan Tanah MOJOK.CO
Esai

Warga Kecamatan Selo Boyolali “Jihad” Mempertahankan Tanah, Enggan Menjualnya ke Investor Luar, Menolak Membuka Destinasi Wisata Secara Ugal-ugalan karena Bertani Adalah Prioritas

1 Juni 2025
bendera merah putih mojok.co
Politik

Tolak Khilafah, Ratusan Warga Jogja Bentangkan 90 Meter Bendera Merah Putih

19 Juni 2022
Pada Hari Santri, Yuk Bikin Gerakan Santri Melek Investasi Saham!
Esai

Pada Hari Santri, Yuk Bikin Gerakan Santri Melek Investasi Saham!

22 Oktober 2021
yaqut cholil qoumas
Kilas

Menag Yaqut Cholil Qoumas Berkomitmen Lindungi Pemeluk Syiah, Ahmadiyah, dan Kelompok Minoritas Lainnya

25 Desember 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Hari-hari putus asa pedagang es teh jumbo MOJOK.CO

Hari-hari Putus Asa Pedagang Es Teh Jumbo: Melamun Berjam-jam untuk Tunggu 1 Pembeli, Sudah Harga Murah Dituntut Tanpa Cela

10 Juli 2025
Jogja Tanpa Klakson Itu Omong Kosong, Nggak Usah Berlebihan Bikin Narasi Puji-pujiannya

Jogja Tanpa Klakson Itu Omong Kosong, Nggak Usah Berlebihan Bikin Narasi Puji-pujiannya

10 Juli 2025
Sekolah Kedinasan Disuapi Anggaran 104 Triliun. Negara Gila! MOJOK.CO

Bukti Indonesia Udah Gila: Sekolah Kedinasan Dapat Anggaran 104 Triliun, ketika Sekolah Formal dengan 62 Juta Pelajar Cuma Dapat Nasi Bungkus

9 Juli 2025
Keculasan Dosen dalam Publikasi Jurnal Internasional bikin Integritas dan Kualitas Riset Kampus di Indonesia Dipertanyakan. MOJOK.CO

Keculasan Dosen dalam Publikasi Jurnal Internasional bikin Integritas dan Kualitas Riset Kampus di Indonesia Dipertanyakan

10 Juli 2025
Derita orang tinggi yang penuh stigma. MOJOK.CO

Orang Berpostur Tinggi Sering Dikira Banyak Privilese seperti Gampang Cari Kerja, padahal Penuh Kerepotan

14 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.